Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

2000 Pohon Endemik Ditanam Untuk Satwa Liar Hutan Bali Barat

Penanaman pohon endemik bersama Kelompok Tani Hutan (KTH) Giri Amerta di Hutan Bali Barat (IDN Times/Ayu Afria)
Penanaman pohon endemik bersama Kelompok Tani Hutan (KTH) Giri Amerta di Hutan Bali Barat (IDN Times/Ayu Afria)

Jembrana, IDN Times – Kelompok Tani Hutan (KTH) Giri Amerta di Dusun Yeh Buah, Desa Yeh Embang Kauh, Kecamatan Mendoyo, Kabupaten Jembrana merupakan penjaga kelestarian hutan yang mengelola kawasan Hutan Bali Barat. Mereka memastikan hutan tumbuh lestari, dan masyarakat bisa menikmati manfaat ekonomi dari hasil hutan.

Menurut Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Bali Barat, Agus Sugianto, langkah untuk mewujudkan hal itu adalah gerakan menanam dua ribu pohon produktif-endemik untuk Koridor Satwa Liar Hutan Bali Barat, yang diinisiasi oleh Amartha dan KTH Giri Amerta.

“Hutan ini kami tata blok menjadi tiga. Ada Mahowana, hutan yang dipertahankan sebagai blok inti yang tidak boleh sembarangan beraktivitas. Hutan Tapawana untuk tempat suci. Kemudian Sriwana, hutan kemakmuran,” ungkapnya.

1.Penanaman pohon produktif-endemik di lahan seluas seluas 304 hektare

Penanaman pohon endemik bersama Kelompok Tani Hutan (KTH) Giri Amerta di Hutan Bali Barat (IDN Times/Ayu Afria)

Founder & CEO Amartha, Andi Taufan, mengatakan perlahan tapi pasti, hasil hutan mengalami penurunan yang mengakibatkan kehidupan satwa liar terusik. Hal ini diindikasikan dengan semakin seringnya satwa liar memasuki lahan petani hutan guna mendapatkan suplai makan.

Dengan Koridor Satwa Liar Amartha, pihaknya menanam pohon produktif-endemik di dalam kawasan Hutan Bali Barat seluas 304 hektare tersebut. Penanaman ini untuk melindungi habitat satwa liar dengan ketersediaan suplai makan, dan menciptakan sumber penghidupan alternatif yang berkelanjutan bagi masyarakat. Penanaman ini dilakukan dengan sistem agroforestry.

“Pemberdayaan ekonomi masyarakat akar rumput bisa berkembang selaras dengan upaya pelestarian hutan,” ungkapnya.

Gerakan ini juga sebagai langkah memenuhi komitmen pengurangan emisi karbon sebesar 30 persen pada 2030. Hingga 2024, Amartha telah menanam 7.830 pohon di wilayah Jawa Tengah, Nusa Tenggara Barat (NTB), Sulawesi Selatan, Kalimantan Timur, dan Bali dengan penyerapan karbon sebesar 38.006 kilogram per tahun.

2.Koridor Satwa Liar sebagai perekat keutuhan ekologi dan ekonomi akar rumput

Buah Sentul di Hutan Bali Barat (IDN Times/Ayu Afria)

Sebagai dukungan terhadap konsep perhutanan sosial, pembangunan koridor satwa liar ini tidak hanya bertujuan melestarikan fauna asli hutan, tetapi juga mendukung Hutan Bali Barat sebagai pusat tangkapan air (water catchment). Termasuk sebagai solusi bagi pengembangan ketahanan ekonomi lokal masyarakat.

Dengan adanya koridor satwa liar, masyarakat dapat mengelola tanaman produktif tanpa mengganggu habitat alami satwa dan menciptakan harmoni antara manusia beserta alamnya. Koridor ini berfungsi sebagai zona penyangga yang diisi tanaman produktif asli Bali, melindungi lingkungan sembari menebarkan manfaat ekonomi bagi masyarakat lokal.

Andi Taufan menyampaikan, hutan Bali Barat memiliki sekitar 160 spesies hewan dan tumbuhan yang dilindungi. Beberapa di antaranya banteng, rusa, lutung, kalong, aneka burung seperti Jalak Bali, dan sebagainya. Sedangkan untuk flora di antaranya buni, jambu, durian, juwet, sawo, dan sentul.

3.Jumlah KTH Giri Amerta di Bali Barat mencapai 221 orang

Penanaman pohon endemik bersama Kelompok Tani Hutan (KTH) Giri Amerta di Hutan Bali Barat (IDN Times/Ayu Afria)

Sementara itu Ketua KTH Giri Amerta, I Gusti Made Loka Putra, berharap hal ini sebagai langkah awal dalam menerapkan konsep perhutanan sosial yang utuh dan menyeluruh.

“Harapan kami para petani hutan dan masyarakat lokal dengan dukungan ini dapat menjadi langkah awal dalam menerapkan konsep perhutanan sosial,” ungkapnya.

Anggota KTH Giri Amerta, I Wayan Kastawa, mengatakan hingga saat ini jumlah petani hutan mencapai 221 orang dengan luasan area 304 hektare. Para petani hutan ini menanam Tuwuh, yang sekali tanam bisa dipetik hasilnya sepanjang tahun. Tanaman itu di antaranya durian, manggis, pala, alpukat, kopi, kakau, dan sebagainya. Menurutnya, buah dari semua tanaman tersebut disenangi oleh satwa liar.

“Bagaimana kami menjaga kawasan itu agar tetap lestari, masyarakatnya bisa sejahtera,” katanya.

Share
Topics
Editorial Team
Ayu Afria Ulita Ermalia
EditorAyu Afria Ulita Ermalia
Follow Us