Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IMG-20250909-WA0156.jpg
Pengungsi terdampak konflik sosial di Klungkung pulang ke kampung halaman di Banjar Sental kangin, Desa Ped, Nusa Penida. (Dok. IDN Times/istimewa)

Intinya sih...

  • Danrem meminta peristiwa konflik sosial di Nusa Penida bisa menjadi pelajaran berharga bagi semua

  • Danrem pastikan keamanan dan kenyamanan warga terdampak konflik di kampung halamannya

  • Masalah ini dipicu sengketa pemanfaatan tanah negara

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Klungkung, IDN Times - Hujan deras tidak menghalangi langkah 15 warga asal Banjar Sental Kangin, Desa Ped, Kecamatan Nusa Penida, untuk kembali ke kampung halaman mereka, pada Selasa (9/9/2025).

Mereka sebelumnya lebih dari lima bulan bertahan di tempat pengungsian Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) Banjarangkan. Kini, mereka bisa pulang ke rumah masing-masing. Kepulangan warga ini mendapat pendampingan langsung dari Danrem 163/Wirasatya, Brigjen TNI Ida I Dewa Agung Hadisaputra.

Sejumlah pejabat daerah juga hadir, di antaranya Kapolres Klungkung, AKBP Alfons; Dandim 1610/Klungkung, Letkol Kav. Sidik Pramono; Kadis Sosial Klungkung, I Gusti Agung Putra Mahajaya; serta Kepala Kesbangpolinmas, Dewa Suweta Negara.

Meski hujan mengguyur, raut wajah para pengungsi terlihat bahagia dan haru. Mereka memilih tetap melanjutkan perjalanan menuju Pelabuhan Kusamba untuk menyeberang ke Nusa Penida.

“Rasanya senang sekali bisa pulang,” tutur I Ketut Paing, seorang pengungsi dengan mata berkaca-kaca sebelum meninggalkan SKB.

Hal serupa diungkapkan pengungsi lainnya, I Wayan Widi. Ia berharap setelah di kampung halaman, situasi kondusif dan aman. Tidak ada lagi konflik. Ia dan keluarganya bisa kembali bermasyarakat seperti sebelumnya.

"Saya dan keluarga juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak, khususnya Tagana. Selama kami di sini, kami dilayani dengan sangat baik, sudah seperti keluarga," ujarnya.

Wayan Widi merupakan seorang pekerja travel. Namun akibat terdampak konflik adat di Banjar Sental kangin, ia sama sekali tidak bisa bekerja.

"Nanti sampai rumah, kami pikirlah untuk selanjutnya bagaimana. Kami sembahyang dulu sampai rumah," ungkapnya.

1. Danrem meminta peristiwa konflik sosial di Nusa Penida bisa menjadi pelajaran berharga bagi semua

Pengungsi terdampak konflik sosial di Klungkung pulang ke kampung halaman di Banjar Sental kangin, Desa Ped, Nusa Penida. (Dok. IDN Times/istimewa)

Brigjen TNI Ida I Dewa Agung Hadisaputra berharap peristiwa ini bisa menjadi pelajaran berharga bagi semua pihak. Ia mengingatkan warga mampu menahan diri, tidak mudah terprovokasi, dan mengedepankan kebersamaan.

"Kita harus berani introspeksi. Jangan terus menoleh ke belakang, mari menatap ke depan. Jika pernah salah, akui dan perbaiki. Jangan sampai keluarga, apalagi anak-anak dan orangtua, ikut menanggung akibatnya,” pesannya.

2. Danrem pastikan keamanan dan kenyamanan warga terdampak konflik di kampung halamannya

Pengungsi terdampak konflik sosial di Klungkung pulang ke kampung halaman di Banjar Sental kangin, Desa Ped, Nusa Penida. (Dok. IDN Times/istimewa)

Ia juga memastikan keamanan dan kenyamanan warga yang kembali ke Nusa Penida akan dijaga, sehingga dapat kembali hidup berdampingan seperti sedia kala.

Sementara itu Kadis Sosial Klungkung, I Gusti Agung Putra Mahajaya, menjelaskan total warga yang terkena dampak konflik berjumlah 34 orang.

Dari jumlah itu, 15 orang berada di SKB, delapan sudah lebih dulu kembali ke Nusa Penida. Sisanya tinggal di Kota Denpasar karena urusan sekolah dan pekerjaan.

“Meski ada yang di Denpasar, mereka kadang tetap datang ke SKB. Karena itu tim Tagana Klungkung setiap hari menyiapkan 24 bungkus nasi, tiga kali sehari,” ujarnya.

3. Masalah ini dipicu sengketa pemanfaatan tanah negara

Pengungsi terdampak konflik sosial di Klungkung pulang ke kampung halaman di Banjar Sental kangin, Desa Ped, Nusa Penida. (Dok. IDN Times/istimewa)

Perselisihan ini berakar pada perebutan hak pemanfaatan tanah negara seluas 7 are di pesisir Pantai Sental Kangin. Ketegangan antara 8 KK dan kelompok warga lainnya berujung pada pengucilan adat berupa kasepekang dan kanorayang, yang memaksa mereka mengungsi ke SKB Banjarangkan.

Editorial Team