10 Inovasi Teknologi Terpilih dalam Indigenous Technology

Denpasar, IDN Times - Puncak dari program The Indigenous Technology Innovators in Residence and Hackathon yang sudah bergulir sejak Desember 2024 lalu menghadirkan 10 inovator teknologi tradisional. Program yang diprakarsai oleh Pratisara Bumi Foundation, CAST Foundation, dan Fab Lab Bali tersebut bertujuan untuk menjembatani tradisi untuk ketahanan iklim dengan menghidupkan kembali teknologi asli Indonesia.
Nah, berikut ini 10 Inovator terpilih dalam program Indigenous Technology Innovators Residence & Hackathon.
1. Salamun Tujuh Living Heritage, Mempawah, Kalimantan Barat

Menurut Abdul Muiz, konsep ini dirancang untuk melestarikan dan memperkenalkan Salamun Tujuh dari Mempawah melalui empat pilar utama. Pertama, lab interaktif untuk belajar menulis ayat. Kedua, perjalanan budaya untuk menelusuri situs-situs bersejarah. Ketiga, workshop kreatif menjadi ruang untuk menghasilkan karya berbasis Salamun Tujuh, termasuk pengembangan Salamun Tujuh Toolkit sebagai media ekspresi baru. Terakhir, community hub berfungsi sebagai wadah kolaborasi.
2. Pemecah Cangkang Buah Tengkawang, Sanggau, Kalimantan Tengah

Menurut Akhmad Rizaldi, alat untuk pemecah cangkang buah Tengkawang dengan cara kerja yang cukup sederhana. Beberapa buah dimasukkan sekaligus ke dalam alat ini, kemudian ditekan dengan tenaga manusia sehingga cangkangnya bisa retak secara bersamaan. Inovasi ini diharapkan dapat meningkatkan produktivitas masyarakat pemanen Buah Tengkawang.
3. Pengeringan Eungkot Kayee, Banda Aceh, Aceh

Deviani Gustia Reski mengatakan, Portable Solar Dryer merupakan inovasi pengering ikan sederhana menggunakan penutup berbahan plastik UV sehingga dapat menangkap dan mempertahankan panas matahari. Selain itu, alat ini juga menggunakan ventilasi untuk mengatur sirkulasi udara. Desain portabel bertujuan agar Eungkot Kayee mudah disimpan dan dipindahkan sesuai arah angin.
4. Ume Kbub Leko, Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara Timur

Neno Anderias Salukh mengatakan, inovasi ini menghadirkan ventilasi silang pada dinding dan atap untuk melancarkan sirkulasi udara, serta area pengasapan khusus dengan aliran asap terkontrol melalui cerobong. Sebagai tambahan, Ume Kbub Leko ini menggunakan lantai padat dan tungku modern untuk mendukung aliran asap dan meminimalkan debu.
"Harapannya, pengguna dapat memasak, menyimpan dan mengawetkan hasil panen, atau beristirahat tanpa merasa terganggu oleh asap dan debu," terangnya.
5. Inovasi teknologi tradisional Bagi Chakra, Karangasem

Menurut perempuan asal Karangasem, Ni Komang Ayu Trisna Dewi, inovasi tersebut diberi nama Bagu Chakra, alat ini bekerja semi otomatis berbasis motor DC bertegangan rendah. Pengrajin terbantu pada saat menggulung dan memilin serat gebang menjadi benang siap pakai menjadi lebih cepat dan mudah digunakan. Serat gebang sendiri dikenal memiliki tekstur yang kuat dan tidak mudah putus, sehingga sangat potensial sebagai bahan baku benang alami.
Desain alat pemintal serat gebang yang ergonomis membantu meminimalisir tenaga saat digunakan. Selain itu, alat inii juga dapat menghasilkan benang yang lebih seragam, serta meningkatkan efisiensi waktu dalam pengerjaan.
6. Eduwisata SITTPLBG, Banyuwangi, Jawa Timur

Sementara itu inovator Putri Handayani mengatakan, Eduwisata Sistem Informasi Teknologi Tradisional Pangan Lokal Batu Gilisan (SITTPLBG) adalah langkah revitalisasi dan tempat informasi pangan lokal untuk mengamankan teknologi tradisional beserta sejarahnya melalui jalur edukasi dan dokumentasi. Cara kerja inovasi ini adalah mengumpulkan Batu Gilisan yang tersisa, membuat tempat SITTPLBG, konten digital, edukasi pembelajaran dan menciptakan sebuah pengalaman edu wisata yang memperkenalkan kearifan lokal yang menarik untuk anak muda, masyarakat lokal dan luar.
7. Pengeringan Ragi Tempe Tradisional, Ponorogo, Jawa Timur

Inovasi rumah pengering yang dirancang dengan sistem efek rumah kaca, yaitu menjebak panas dalam ruangan juga ditampilkan oleh Rani Dwi Andriani. Dengan inilah, pengeringan lanjar dapat menjadi lebih efektif. Perajin tempe tradisional di satu sisi akan mengumpulkan kembali kemasan daun jati dari pelanggan yang dapat dimanfaatkan ulang menjadi ragi tempe. Kombinasi antara efektivitas rumah pengering dan metode daur ulang bahan ini mendukung produksi tempe tradisional yang berkelanjutan.
8. Palet Warna Kain Jumputan Gambo, Musi Banyuasin, Sumatera Selatan

Sintia juga menunjukkan inovasi ini berupa pembuatan palet dan panduan pewarnaan alami Kain Jumputan Gambo Muba yang berasal dari limbah cair Gambir. Tujuan palet ini adalah untuk menghasilkan warna kain yang konsisten meskipun menggunakan bahan alam dan dapat direplikasi. Prosesnya mencakup pemilihan kain, pencelupan dengan berbagai perlakuan (jenis mordan, durasi pencelupan dan pH), hingga dokumentasi warna sebagai standar pewarnaan.
9. Perangkap Ikan Tradisional Pengilar, Kota Waringin Barat, Kalimantan Tengah

Selanjutnya inovasi tradisional dari Saiyidal Muhammad Nor menggunakan joinery dari sekrup yang tidak menimbulkan retakan. Sekrup kemudian ditambal dengan dowel untuk mencegah korosi. Proses ini juga menggunakan corner clamp untuk membantu artisan dan membuat susunan kerangka menjadi lebih rapi. Pengerjaan dengan peralatan yang lebih canggih dapat mempersingkat proses pembuatan, memungkinkan pengilar untuk tidak gampang rusak dan bertahan lama.
10. Sepeda Pemarut Singkong, Banjarnegara, Jawa Tengah

Viedela Aricahyani Kodirin juga membuat inovasi sepeda pemarut singkong. Alat ini menghubungkan gir rantai sepeda dengan silinder pemarut di mana pengguna cukup mengayuh untuk mendorong singkong ke parutan. Cara kerjanya, yaitu pengguna memasukkan singkong dari lubang atas wadah silinder pemarut sesaat setelah mengayuh. Untuk menambah tekanan, pengguna menimpa bahan baku ini dengan singkong berikutnya. Hasil parutan akan turun, terkumpul di bagian kiri bawah sepeda dan siap diproses sebagai bahan olahan produk pangan tradisional.