ilustrasi deep talk (unsplash.com/Priscilla Du Preez 🇨🇦)
Kalau kamu udah sadar punya rasa takut ditinggal, langkah selanjutnya adalah belajar buat menanganinya dengan cara yang sehat. Hal pertama yang penting banget adalah kenali pola dan perasaanmu. Coba luangkan waktu buat refleksi, kenapa kamu takut banget kehilangan seseorang? Apakah ada momen di masa lalu yang belum selesai kamu terima atau sembuhkan? Menulis jurnal bisa bantu banget buat melacak kapan kamu mulai ngerasa cemas, apa yang memicu perasaan itu, dan gimana reaksi kamu saat itu. Dengan cara ini, kamu jadi lebih sadar dan bisa mulai mengontrol, bukan cuma bereaksi otomatis.
Selanjutnya, penting banget buat mulai membangun rasa aman dari dalam diri sendiri. Gak semua hal bisa kamu kontrol, termasuk apakah orang bakal tinggal atau pergi. Tapi kamu bisa kontrol bagaimana kamu meresponsnya. Terapis bisa bantu kamu mengurai trauma masa lalu dan membimbingmu buat bangun cara pikir yang lebih sehat dan realistis. Kalau kamu belum bisa atau belum siap ke terapi, kamu bisa mulai dari bikin rutinitas self-care seperti olahraga, tidur cukup, makan teratur, dan melakukan hobi yang kamu suka. Kegiatan-kegiatan ini membantumu merasa berharga, bahkan ketika kamu sendirian. Kamu juga bisa coba teknik mindfulness buat latih pikiran biar gak lari kemana-mana setiap kali kamu merasa takut.
Untuk menghadapi rasa takut ditinggal adalah kamu bisa belajar bikin batasan yang sehat dan komunikatif dalam hubungan. Misalnya, kamu bisa bilang ke pasangan, “Aku butuh tahu kalau kamu sibuk supaya aku gak overthinking,” daripada diem dan mikir yang enggak-enggak sendiri.
Kamu juga perlu belajar buat gak selalu nyalahin diri sendiri atau orang lain saat ada konflik. Kadang kita mikir, “Dia marah, pasti karena aku salah,” padahal bisa jadi memang situasinya saja yang lagi rumit. Coba belajar komunikasi yang asertif, yang jelas tapi tetap sopan dan terbuka. Jangan cuma berharap orang ngerti perasaanmu tanpa kamu ngomong apa-apa. Dengan punya batasan yang jelas dan komunikasi yang baik, kamu jadi punya rasa kendali dalam hubungan. Kamu tahu kapan harus mendekat, kapan harus memberi ruang. Ini juga bikin kamu lebih tenang karena tahu bahwa hubungan kamu gak semata-mata bergantung pada kamu harus selalu ada atau selalu benar.
Untuk mengenali dan mengganti pikiran negatif kamu bisa mencoba untuk sadar setiap kali pikiran negatif itu muncul. Jangan langsung percaya pikiranmu, tapi tanyakan dulu, “Apakah ini beneran fakta, atau cuma asumsi?” Setelah itu, coba ganti pikiran itu dengan versi yang lebih realistis, misalnya, “Dia mungkin lagi sibuk kerja, bukan berarti dia mau ninggalin aku.” Latihan ini memang butuh waktu, tapi kalau dilakukan terus-menerus, otak kamu akan mulai terbiasa buat gak langsung lompat ke kesimpulan buruk. Kamu juga bisa bantu proses ini dengan afirmasi positif. Coba ucapkan pada diri sendiri kalimat seperti, “Aku layak dicintai,” atau “Aku tetap berharga walaupun orang lain pergi.” Kedengeran sepele, tapi ini bisa membantumu membangun kepercayaan diri dan mengurangi kebutuhan buat validasi dari luar.
Takut ditinggal bukan sesuatu yang harus kamu lawan sendirian. Perasaan itu valid, dan kamu punya alasan kenapa kamu merasakannya. Tapi bukan berarti kamu harus hidup terus dalam bayang-bayang rasa takut itu. Ingat, kamu gak sendirian, dan setiap langkah kecil yang kamu ambil adalah kemenangan.