Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ilustrasi pria (pexels.com/Gustavo fring)
Ilustrasi pria (pexels.com/Gustavo fring)

Menjadi pria di era modern bukanlah hal yang sederhana. Di tengah tuntutan masyarakat yang terus berkembang, pria menghadapi berbagai tekanan sosial yang sering kali tidak terlihat. Mulai dari ekspektasi untuk selalu tampil kuat, hingga tanggung jawab finansial yang membebani, semua itu dapat berdampak pada kesehatan mental dan emosional.

Artikel ini akan membahas tantangan-tantangan utama yang dihadapi pria masa kini serta bagaimana menghadapinya.

1. Ekspektasi untuk selalu tampil kuat

Ilustrasi pria (pexels.com/andrea piacquadio)

Satu stereotip yang masih melekat pada pria adalah anggapan bahwa mereka harus selalu kuat, baik secara fisik maupun emosional. Pria sering kali merasa tertekan untuk menyembunyikan kelemahan, bahkan di saat mereka sebenarnya membutuhkan bantuan. Menurut penelitian dari American Psychological Association (APA), pria cenderung enggan mencari bantuan psikologis karena takut dianggap lemah .

Cara menghadapi: penting untuk menyadari bahwa meminta bantuan bukanlah tanda kelemahan, melainkan keberanian. Mulailah dengan berbicara pada teman atau keluarga yang dipercaya. Jika perlu, konsultasikan ke profesional kesehatan mental untuk mendapatkan pandangan yang objektif.

2. Tekanan dinansial yang besar

Ilustrasi pria (pexels.com/andrea piacquadio)

Banyak pria merasa bahwa tanggung jawab finansial ada di pundak mereka, terlepas dari perubahan peran gender di era modern. Tuntutan untuk memiliki karier sukses, rumah, kendaraan, atau tabungan sering kali membuat pria merasa stres.

Cara menghadapi: Cobalah untuk menetapkan tujuan finansial yang realistis dan jangan ragu untuk mendiskusikan keuangan dengan pasangan atau keluarga. Kamu juga bisa mencari sumber daya seperti aplikasi pengelolaan keuangan, atau berkonsultasi dengan penasihat keuangan untuk membantu perencanaan yang lebih baik.

3. Tekanan untuk memenuhi standar maskulinitas

ilustrasi pria (pexels.com/shahin mren)

Standar maskulinitas yang kaku, seperti harus berpenampilan macho, sukses, atau tidak menunjukkan emosi, dapat membuat pria merasa terjebak. Padahal, setiap individu memiliki cara unik untuk mengekspresikan diri mereka.

Cara menghadapi: Jangan ragu untuk menjadi diri sendiri. Bangun rasa percaya diri dengan fokus pada nilai-nilai dan kepribadian yang kamu miliki. Dunia modern semakin menerima beragam definisi tentang maskulinitas, jadi jangan takut untuk melampaui batasan stereotip tersebut.

4. Tantangan dalam membina hubungan

ilustrasi pria (pexels.com/josh willink)

Di era digital, hubungan sosial dan romantis menjadi semakin kompleks. Media sosial sering kali menciptakan tekanan tambahan, seperti membandingkan hidup dengan orang lain atau merasa perlu selalu tampil sempurna di depan pasangan.

Cara menghadapi: Komunikasi adalah kunci. Dalam hubungan, pastikan untuk selalu jujur dan terbuka. Hindari terlalu fokus pada kesempurnaan di media sosial, karena yang terpenting adalah hubungan nyata yang dibangun dengan ketulusan.

5. Kurangnya dukungan emosional

ilustrasi pria (pexels.com/mastercowley)

Pria sering kali merasa kesulitan untuk mendapatkan dukungan emosional yang cukup. Budaya "cowok gak boleh curhat" masih menjadi hambatan besar bagi banyak pria untuk berbagi perasaan.

Cara menghadapi: Cobalah untuk membangun hubungan yang lebih mendalam dengan teman-teman atau keluarga. Jangan ragu untuk memulai percakapan tentang perasaanmu, karena banyak orang sebenarnya bersedia mendengarkan dan mendukung, asalkan kita mau membuka diri.

Menghadapi tekanan sosial sebagai pria masa kini memang tidak mudah, tetapi bukan berarti tidak mungkin. Dengan menerima diri apa adanya, mencari dukungan saat dibutuhkan, dan melampaui batasan stereotip, kamu bisa menjalani hidup dengan lebih nyaman dan bahagia. Ingat, tidak ada standar tunggal untuk menjadi seorang pria—yang terpenting adalah menjadi versi terbaik dari diri sendiri.

Editorial Team