Kisah Para Perajin Gamelan di Klungkung, Punya Pendengaran Istimewa

Ketut Suena selalu mengikuti insting saat membuat gamelan

Cuaca terik cukup terasa ketika memasuki wilayah Desa Tihingan di Kecamatan Banjarangkan, Kabupaten Klungkung, Kamis (27/1/2022). Desa yang berlokasi di barat Kota Semarapura ini sejak zaman dahulu dikenal sebagai sentra pembuatan gamelan. 

Klungkung, IDN Times - Plang! Plang! Begitu terdengar suara tempaan besi saat baru memasuki kediaman Warga asal Desa Tihingan, I Ketut Suena. Hingga saat ini Ketut Suena masih setia menggeluti pembuatan gamelan. Secara turun-menurun, laki-laki berusia 70 tahun ini memanfaatkan keahlian dan instingnya untuk membuat instrumen berkualitas.

Bagaimana selama ini Ketut Suena melakoni pekerjaannya sebagai perajin gamelan? Berikut kisah dan pengalaman Ketut Suena selama membuat gamelan hingga karyanya berhasil melalang buana ke berbagai negara.

Baca Juga: Tidak Ada Generasi, Penenun di Klungkung Khawatir Akan Punah

1. Pembuatan instrumen gamelan merupakan bakat alami warga di Desa Tihingan

Kisah Para Perajin Gamelan di Klungkung, Punya Pendengaran IstimewaPerajin Gong di Klungkung. (IDN Times/Wayan Antara)

Dengan senyum, Ketut Suena ramah menyapa setiap pengunjung yang datang ke kediamannya. Biasanya mereka adalah calon konsumen yang akan membeli perangkat gamelan atau yang akan membenahi gamelan.

“Biasanya kalau ada order, baru kita buat (gamelannya). Kebetulan saja ada pesanan,” ungkap Ketut Suena.

Ketut Suena tidak sendiri. Ada beberapa pekerja paruh baya yang membantu. Ada yang mencor besi, ada pula yang sedang menyetel atau mencocokan suara gamelan. Ketut Suena menceritakan, dirinya mendalami pembuatan gamelan sejak masih kecil. Hal itu diwariskan secara turun menurun oleh keluarganya.

Menurutnya, membuat gamelan merupakan takdir dan bakat alami yang dimiliki warga di Desa Tihingan. Warga setempat tidak pernah belajar secara khusus untuk membuat gamelan. Namun lingkungan membuat warga memiliki insting dan kemampuan yang baik dalam membuat instrumen.

“Di sini sebagian besar warga merupakan pande besi, khususnya pembuat gamelan. Mungkin hampir setiap KK di sini bisa membuat perangkat gamelan. Kemampuan ini kami alamiah, karena lingkungan merupakan pande besi, dan khususnya pembuat gamelan,” jelas Ketut Suena.

2. Desa Tihingan termasyur dalam pembuatan gamelan sejak masa Kerajaan Gelgel

Kisah Para Perajin Gamelan di Klungkung, Punya Pendengaran IstimewaPerajin Gong di Klungkung. (IDN Times/Wayan Antara)

Ketut Suena juga menjelaskan, berdasarkan cerita secara turun menurun, Desa Tihingan sudah termasyur sebagai sentra pembuatan gamelan sejak masa pemerintahan Dalem Waturenggong di Kerajaan Gelgel.

Pada masa itu, Bali secara umum mengalami perkembangan yang pesat dalam hal budaya dan kesenian. Ketika itu warga pande besi di Desa Tihingan dipercaya untuk membuat perangkat gamelan. Sejak itu, pande besi di Banjar Tihingan mulai dikhususkan untuk membuat gamelan seperti gong, reong, gangsa, dan sebagainya. Pihak kerajaan pun mempercayakan bahwa gamelan yang digunakan adalah buatan pande dari Banjar Tihingan. 

Kemampuaan itu diwariskan secara turun menurun. Bahkan menurutnya sampai saat ini jarang ada generasi muda di Desa Tihingan yang merantau untuk bekerja. Biasanya generasi muda di Desa Tihingan setelah tamat sekolah atau kuliah, meneruskan pekerjaan orangtua mereka sebagai perajin gamelan.

“Itupun sampai sekarang. Jika ditanya perangkat gamelan di Bali saat ini, pasti sebagian besar buatan warga di Desa Tihingan,” ungkapnya.

3. Perajin gamelan Tihingan memiliki insting dan pendengaran yang istimewa

Kisah Para Perajin Gamelan di Klungkung, Punya Pendengaran IstimewaPerajin Gong di Klungkung. (IDN Times/Wayan Antara)

Ada hal yang menarik yang dimiliki para perajin Gamelan di Desa Tihingan. Mereka ditakdirkan memiliki pendengaran yang luar biasa dalam mengenal suara instrumen gamelan. Para perajin ini saat mencocokan atau menyetel suara gamelan, tidak membutuhkan alat khusus seperti tuner atau garpu tala. Mereka cukup mengandalkan pendengarannya.

“Turun menurun warga di sini dianugerahi pendengaran dan kemampuan yang luar biasa untuk mencocokkan nada gamelan," ujar Ketut Suena.

Kualitas gamelan yang dibuat oleh Suena dan warga lainnya tidak hanya dipasarkan di wilayah Bali. Namun juga ke berbagai negara di dunia. Ia beberapa kali ekspor perangkat gamelan Bali hingga ke Amerika Serikat, Rusia, Kanada, Belanda, Belgia, Swiss, Malaysia, bahkan ke Timor Leste.

Topik:

  • Ni Ketut Sudiani

Berita Terkini Lainnya