Tekun Tangan Mungil Gusti Lanang Ciptakan Wayang Kamasan Digital  

Kisah inspiratif penyandang disabilitas asal Klungkung, Bali

Keterbatasan fisik tidak menghalangi semangat Gusti Made Lanang Agung (26) untuk tetap kreatif berkarya. Meski dalam beraktivitas hanya dibantu dengan kursi roda, ia tetap semangat berkreasi dan menciptakan lukisan Wayang Kamasan secara digital.

Remaja asal Desa Manduang itu mengaku belajar melukis Wayang Kamasan secara otodidak. Jerih payahnya pun tidak sia-sia. Karyanya pernah diikutkan dalam pameran, dan tak disangka habis terjual. Dengan semangatnya itu, Gusti Made Lanang juga ingin memotivasi orang-orang yang memiliki keterbatasan fisik untuk tetap produktif menghasilkan karya.

1. Gusti Made Lanang pernah ditolak untuk sekolah di SD umum

Tekun Tangan Mungil Gusti Lanang Ciptakan Wayang Kamasan Digital  I Gusti Made Lanang sedang membuat lukisan kamasan secara digital saat ditemui di kediamannya di Desa Manduang, Klungkung. (IDNTimes/Wayan Antara)

Gusti Made Lanang merupakan putra kedua dari pasangan Gusti Ngurah Purwana (50) dan Dewa Ayu Adiani (49). Saat baru lahir, Gusti Made Lanang dalam kondisi normal seperti bayi pada umumnya dan bahkan sudah mampu merangkak.

Namun saat usianya menginjak 8 bulan, mulai ada kelainan dari caranya merangkak. Menyadari ada perbedaan itu, Dewa Ayu Ardiani dan suaminya langsung mengambil tindakan dan sampai saat ini sudah berkali-kali ke dokter untuk memeriksakan kondisi anaknya. Namun, keadaan Gusti Made Lanang tidak juga membaik. Seiring bertambahnya usia, putranya tersebut justru menjadi lumpuh. Tidak mau berputus asa, kedua orang tuanya bahkan sampai mencoba pengobatan medis dan alternatif ke Manado.

"Kami tidak pernah menyerah sedikitpun untuk kesembuhan putra kami. Tapi saat ini, kami berusaha tegar saja dalam menjalani hidup," ungkap Dewa Ayu Adiani beberapa waktu lalu.

Hingga saat ini kondisi fisik Gusti Made Lanang tidak kunjung membaik. Dalam beraktivitas, dia harus menggunakan kursi roda. Gusti Made Lanang sempat pula menempuh pendidikan di Sekolah Luar Biasa (SLB). Hanya saja karena alasan tertentu, ia memutuskan untuk keluar.

"Dulu pernah anak saya sekolah di SLB. Namun keluar karena ada alasan tertentu. Lalu didaftarkan ke SD umum, dan tidak diizinkan oleh pihak sekolah. Lalu suami saya jengah dan membelikan buku-buku agar Gusti Made Lanang mau belajar di rumah, hingga mampu membaca seperti anak umumnya,” ungkap Dewa Ayu Adiani.

2. Gusti Lanang hanya memanfaatkan aplikasi paint untuk melukis Wayang Kamasan

Tekun Tangan Mungil Gusti Lanang Ciptakan Wayang Kamasan Digital  I Gusti Made Lanang sedang membuat lukisan kamasan secara digital saat ditemui di kediamannya di Desa Manduang, Klungkung. (IDNTimes/Wayan Antara)

Meski menjalani hidup yang penuh dengan tantangan dan cobaan, Gusti Made Lanang tak pernah terpintas sedikitpun untuk menyerah. Apabila diperhatikan, selintas tangan mungil Gusti Made Lanang tampak kaku. Meskipun begitu, jempol dan telunjuknya begitu lihai memainkan touchpad laptop.

Ia mampu menggambar sketsa dan mewarnai lukisan Wayan Kamasan secara detail melalui medium digital. Lukisan Wayang Kamasan selama ini dikenal dengan polanya yang rumit. Dalam melukis secara digital itu, ia hanya memanfaatkan aplikasi paint yang biasanya menjadi aplikasi bawaan windows. Nantinya ketika sudah selesai, lukisan buatannya dicetak.

“Saya belajar sendiri melukis ini. Lihat-lihat saja dan mulai coba-coba lukis. Pertamanya pakai tangan, tapi tangan saya lama-kelamaan kaku dan tidak bisa pegang pensil. Lalu coba pakai laptop. Awalnya susah, tapi lama-lama jadi kebiasaan,” ujar Gusti Made Lanang sembari terus fokus menggambar dengan media laptop.

Gusti Made Lanang mangaku memerlukan waktu satu bulan untuk menyelesaikan satu lukisan. Beberapa lukisan tersebut dipajang di dinding rumahnya. Selama beberapa tahun terakhir, Gusti Made Lanang mengaku telah menyelesaikan puluhan lukisan.

3. Lukisan Gusti Lanang pernah diikutkan dalam pameran dan habis terjual

Tekun Tangan Mungil Gusti Lanang Ciptakan Wayang Kamasan Digital  I Gusti Made Lanang sedang membuat lukisan kamasan secara digital saat ditemui di kediamannya di Desa Manduang, Klungkung. (IDNTimes/Wayan Antara)

Sang ayah, Gusti Ngurah Purwana mengungkapkan, lukisan putranya sempat diikutkan dalam sebuah pameran di Denpasar. Pameran itu diprakarsai oleh salah satu yayasan. Saat itu Gusti Lanang sangat bahagia mengetahui karyanya bisa diikutsertakan dalam pameran. Apalagi karyanya diapresiasi dan habis dibeli oleh para pegawai bank.

"Anak saya bangga karena karyanya mendapatkan apresiasi," ungkapnya.

Gusti Purwana yang dulu bekerja sebagai seorang sopir pariwisata, sempat menceritakan keadaan putranya ke seorang wisatawan asal Swiss. Wisatawan itu sangat terkesan dengan kerja keras dan kreativitas Gusti Lanang yang semangat berkarya walau dalam keadaan keterbatasan fisik.

Wisatawan tersebut meminta lukisan karya dari Gusti Made Lanang dan dipromosikan dalam bentuk kartu pos.

"Dipromosikan karya lukisan anak saya. Sampai akhirnya ada warga Spanyol memberikan bantuan kursi roda yang sesuai dengan keadaan anak saya," kisahnya.

Topik:

  • Ni Ketut Sudiani

Berita Terkini Lainnya