Badengwati bersama cucu. (dok. pribadi/Ari Budiadnyana)
Usianya mendekati senja. Badengwati tidak lagi menjadi tukang suwun. Selain karena faktor usia, ia pernah mengalami patah kaki akibat kecelakaan sehingga tidak memungkinkan lagi menjadi tukang suwun. Ia kini tidak memiliki penghasilan tetap. Terkadang diajak untuk bantu-bantu di bagian perlengkapan selama ada event olahraga di Kota Denpasar.
Badengwati merasa belum mendapatkan perhatian dari pemerintah sampai sekarang. Ia belum pernah ditawari menjadi pegawai pemerintahan.
"Saya berharap ada yang mau memberikan pekerjaan. Walaupun sebagai tukang sapu, saya mau, yang penting mendapat penghasilan tetap setiap bulannya. Mungkin karena saya buta huruf karena tidak pernah bersekolah, sehingga tidak ada yang menawarkan saya pekerjaan," kata Badengwati.
Ia berharap ada perhatian dari pemerintah terhadap dirinya yang telah berhasil mengharumkan nama Bali dan Indonesia.
"Kalau ada yang mau mengajak saya ke Jakarta untuk bertemu instansi atau pihak terkait, saya mau. Apalagi bisa sampai bertemu Jokowi, sehingga saya bisa menyampaikan keinginan saya langsung ke Jokowi," ujar Badengwati penuh harap.
Sudah seharusnya pemerintah memerhatikan mereka yang sudah memberikan prestasi terbaiknya untuk Bangsa dan Negara. Juara dunia pencak silat bukanlah prestasi biasa. encapaian Badengwati adalah sebuah pencapaian luar biasa bagi seorang atlet. Semoga pihak-pihak terkait bisa memberikan 'perhatian' yang lebih baik untuk pendekar pencak silat Bali ini.