Indah Kelopak, Tajam di Batang, Busuk di Akar
Berlalu semu langkah bergetar
Tak kunjung datang sang penabur semai
Lusuh kurasa kerah dan lengan
Tiada tahu mata pun lalai, di gemerlap kebun malam
Siapa aku yang hanyalah akar
Terbenam jauh dari surya terang
Kadang...
Sang cacing pun enggan berdamai, sebab hancur berantakan
Kagum kupandang sang kelopak
Dari bawah kuterkesima, bagai mahkota yang diidamkan
Ingin hati mendekati kelopak, sang penebar cahaya terang
Lebah dan Kupu menari-nari di sisinya
Seakan tak mau pulang dan berbalik
“Akulah sang Kupu-kupu, hendaklah kelopak menjadi milikku!”
Geram menggertak Lebah tak gentar
“Siapa kamu wahai Kupu? Akulah yang dicinta sang Kelopak!”
Redup...
Redup sudah harapanku...
Sang akar yang jauh di kedalaman
Tak ada harap yang kunantikan
Bahkan melihat pun aku tak bisa
Akulah sang akar yang mencintai kelopak. Terhalang jauh di antara duri tajam batang
Aku sang akar, mencinta kelopak dengan kekuatan
Aku sang akar, tetap mencinta walau tak tampak
Aku sang akar, busuk tertanam tak ada harap
Aku sang akar, tak akan dicinta oleh kelopak
Penulis: Michael Rossi Sinaga