Rika Rona (paling kanan) saat bertugas menangani ODGJ di Tabanan (Dok.IDNTimes/Istimewa)
Perempuan kelahiran Singaraja, 23 Januari 1965 tersebut sudah menangani ODGJ sejak menjabat sebagai Kasi Tuna Sosial di Dinas Sosial P3A Tabanan, tepatnya pada tahun 2006 silam. Sekitar 12 tahun yang lalu, ia kemudian menjabat sebagai Kabid Pelayanan dan Rehabilitasi Dinas Sosial P3A Tabanan.
Sesungguhnya, tugas ia emban tidak hanya menangani ODGJ, tetapi juga mengurus para lanjut usia (lansia), penyandang difabel, dan tuna sosial di wilayah Tabanan. Rika Rona menuturkan pada saat awal menangani ODGJ, ia merasa cukup takut.
"Rasa takut tentu ada karena kita berhadapan dengan orang yang tidak waras. Terutama ODGJ yang temperamennya keras dan beringas," ujar perempuan yang tinggal di Banjar Dinas Jatilutih Kangin, Desa Jatiluwih, Kecamatan Penebel ini.
Namun seiring berjalannya waktu , Rika Rona kemudian menjadi terbiasa dan memahami ODGJ. Pengalaman tersebut membuatnya dikenal sebagai sebagai Ibu Penakluk ODGJ di Tabanan. Ketika bertemu dengannya, ODGJ yang awalnya mengamuk biasanya akan langsung tenang.
Bagi Rika Rona, berhadapan dengan ODGJ memang tidak mudah. Apalagi jika sedang kambuh. Apabila tidak ditangani dengan baik, bisa berakibat fatal. Namun, Rika Rona memiliki trik tersendiri agar para ODGJ mau tenang. Pertama, dia harus berkoordinasi dengan keluarga untuk mencari tahu apa penyebab gangguan yang dialami. Kedua, ketika sudah tahu penyebabnya, barulah ODGJ diajak berbicara sesuai dengan kisah yang melatarinya.
Ia mencontohkan, kalau ada ODGJ yang menderita gangguan kejiwaan karena putus cinta, maka harus diajak bicara soal cinta. Begitu pula kalau ada yang sakit mental karena pekerjaan, akan diajak bicara soal pekerjaan.
“Yang terpenting, kita harus menyamar ‘gila’. Kalau ODGJ menari saat diamankan, kita ikut menari. Kita harus seperti bunglon. Jadi, selalu berusaha memahami mereka,” tuturnya.