foto hanya ilustrasi (pexels.com/Yan Krukau)
Usia 25 sering jadi fase refleksi. Tiba-tiba mulai mikir: sebenarnya hidup ini mau dibawa ke mana? Siapa diri ini tanpa semua pencapaian dan pengakuan orang lain? Semua pertanyaan itu muncul pas lagi sendirian malam hari atau lagi melihat orang lain yang terlihat sukses. Rasa overthinking makin kuat, dan rasa percaya diri bisa runtuh begitu aja.
Banyak yang mulai mencari jawaban lewat self-development, buku motivasi, meditasi, atau bahkan jalan-jalan sendiri. Tapi jawaban dari pertanyaan itu gak selalu datang cepat. Sering kali cuma dapat tambahan kebingungan. Tapi dari sanalah proses kedewasaan pelan-pelan dimulai, meski jalannya gak selalu jelas.
Masuk usia 25 itu bukan berarti semua harus sempurna. Justru di usia ini, hidup mulai memperlihatkan wajah aslinya keras, penuh tekanan, tapi juga penuh pelajaran. Wajar kok kalau lagi bingung, capek, atau merasa tertinggal. Gak semua orang punya ritme hidup yang sama.
Yang penting bukan siapa yang paling cepat sampai tujuan, tapi siapa yang tetap jalan walau pelan. Di balik semua masalah dan kebingungan, selalu ada ruang buat bertumbuh, meskipun gak kelihatan hasilnya sekarang. Usia 25 bukan akhir, tapi awal dari hidup yang lebih jujur dan bermakna.