The Good Funeral Guide di Unsplash (unsplash.com/@good_funeral_guide)
Selain karakter pembicara, kondisi emosional audiens (pathos) memainkan peran vital dalam membentuk penilaian. Emosi, seperti marah, iba, takut, harapan, atau bahkan ketenangan dan permusuhan, secara fundamental mengubah cara seseorang memandang suatu masalah dan mengevaluasi informasi. Retorika memberikan ilustrasi yang jelas:
Dalam suasana bersahabat, seseorang mungkin melihat kesalahan kecil sebagai hal yang bisa dimaklumi, namun dalam suasana permusuhan, kesalahan yang sama bisa dianggap sebagai pelanggaran serius. Demikian pula, harapan akan sesuatu yang menyenangkan dapat membuat orang lebih mudah percaya bahwa hal itu akan terjadi dan baik adanya.
Retorika yang efektif melibatkan kemampuan untuk memahami. Jika perlu, membangkitkan emosi tertentu pada audiens agar sesuai dengan tujuan persuasi. Untuk melakukan ini, orator perlu menguasai tiga aspek kunci terkait setiap emosi:
- Keadaan Pikiran: Bagaimana kondisi mental atau suasana hati orang yang sedang merasakan emosi tersebut?
- Target Emosi: Kepada siapa atau tipe orang seperti apa emosi tersebut biasanya ditujukan?
- Pemicu Emosi: Atas dasar atau alasan apa emosi tersebut muncul?
Dengan memahami ketiga elemen ini–misalnya, memahami kondisi orang marah, siapa yang biasanya dimarahi, dan apa penyebab kemarahan–seorang orator dapat secara strategis membangkitkan atau meredakan emosi tersebut pada audiensnya. Retorika menggarisbawahi bahwa kemampuan mengelola pathos ini sangat krusial dalam konteks persidangan, di mana menempatkan audiens (hakim atau juri) dalam "kerangka berpikir yang benar" dapat menentukan hasil putusan.