Setelah 14 tahun mendalami, mengkaji, hingga mengombinasikan berbagai referensi dan sumber-sumber sistem penanggalan lainnya, Marayana berhasil menerbitkan kalender hasil karyanya sendiri pada tahun 1993. Namun pada saat itu sistem kalender di Bali masih menemui kerancuan.
Marayana pun menceritakan kerancuan tersebut. Awalnya sistem penanggalan Bali Pengalantaka Eka Sungsang diterbitkan oleh Parisada Hindu Darma Indonesia (PHDI) Bali pada tahun 1959, dan terus disempurnakan hingga tahun 1979 ketika pelaksanaan upacara 100 tahun Eka Dasa Rudra di Pura Besakih. Namun pada tahun 1990, PHDI Bali kemudian membentuk tim pengkaji wariga. Pada tahun 1991, atas kajian dari tim pengkaji tersebut, sistem pengelantaka eka sungsang yang sebelumnya dipakai kemudian diganti dengan sistem kalender Niryana yang berlaku di India.
Kerancuan terjadi sejak penggunaan sistem kalender Niryana itu. Kerancuan itu terlihat pada jatuhnya tilem sasih kesanga yang bergeser. Jika berdasarkan sistem penanggalan eka sungsang, tilem sasih kesanga jatuh pada bulan Maret. Tetapi berdasarkan sistem niryana, tilem sasih kesanga bergeser ke bulan April. Kerancuan inilah diyakini akan berdampak kepada kesinambungan sistem penanggalan Purnama-Tilem pada tahun-tahun berikutnya.
Pada tahun 1996, Marayana berinisiatif untuk mengadakan seminar tentang kerancuan itu dengan sebuah universitas. Ia ingin memperjuangkan sistem pengalantaka eka sungsang agar bisa digunakan kembali.
Tahun 1998, paruman (Rapat) sulinggih dilakukan untuk membahas penyempurnaan pengalantaka. Permasalahan ini terus menjadi perhatian serius, hingga pada tahun 2001 juga dilakukan paruman oleh PHDI Bali dan PHDI Pusat. Saat itu, Marayana diberikan kesempatan untuk mengkaji dua sistem kalender nirayana dan pengalantaka eka sungsang.
Menurut Marayana, ada empat unsur dalam kedua sistem penanggalan itu antara lain unsur penghitungan, sistematis, geografis dan padewasan. Namun ternyata ada perbedaan pada unsur geografis di sistem penanggalan pengalantaka eka sungsang dan sistem niryana. Akhirnya tahun 2001, paruman sulinggih menetapkan kalender Bali dengan sistem pengalantaka eka sungsang kembali diberlakukan sampai sekarang.