Didon Kajeng Telah Berpulang dan Buku yang Tertunda

Denpasar, IDN Times - Sore itu, 30 Juli 2021, Dwi Ari Swandana yang akrab dipanggil Didon Kajeng, mengirimkan sebuah pesan. Ia menanyakan tentang sebuah surat undangan yang diterimanya. "Surat apa ya itu? Apa isinya? Ada acara kesenian?"
Begitu suara terakhir yang terdengar dari sang seniman. Sebelas hari berselang, Selasa 10 Agustus 2021, saat tengah malam, tepatnya pukul 23.30 Wita, Didon Kajeng dikabarkan berpulang. I Made Jery Juliawan, anggota Komunitas Teratai (KOSTRA) Bali yang dibangun Didon Kajeng, mengatakan pada pukul 19.00 Wita dirinya sempat menelepon dan mengobrol seperti biasa dengan Didon. Tak ada tanda-tanda yang menginsyaratkan Didon akan menghembuskan napas terakhirnya hari itu juga.
"Saya baru dengar pagi ini. Sempat tidak percaya sebab kemarin masih mengobrol dan memberikan kabar baik. Dia bahagia sekali mendengarnya. Tapi ternyata malam harinya berpulang. Mungkin ini jalan terbaik untuk Om Didon," ucap Jery, Rabu (11/8/2021).
Prosesi pemakaman Didon rencananya akan dilakukan esok, Kamis, 12 Agustus 2021, pukul 15.00 Wita di Pemakaman Mumbul, Kabupaten Badung.
1. Tertunda impian merampungkan sebuah buku

Satu tahun belakangan ini, Didon yang juga dikenal sebagai seorang floral designer, sesungguhnya tengah menggarap buku yang merangkum sejumlah karya rangkaian terkininya. Desainnya telah rampung, begitu pula dengan proses pemotretannya. Tinggal menuntaskan tulisan narasi, layout, dan dicetak. Tak hanya itu, ia juga ingin menghadirkan karya desain yang menurutnya belum pernah dilakukan oleh siapapun. Namun sayang, impian itu tertunda.
Didon pernah bercerita, dalam buku tersebut, rangkaian bunga yang ditampilkannya murni adalah bunga lokal. Ia sekaligus ingin menumbuhkan kesadaran pembaca dan masyarakat bahwa bunga-bunga lokal tak kalah cantiknya dengan bunga impor. Selama ini, ia memperhatikan justru masih banyak floral designer yang senang menggunakan bunga-bunga dari luar. Padahal, apabila dikulik lebih jauh, ditambah dengan sentuhan seni, indah sekali hasil dari rangkaian bunga-bunga lokal itu.
"Model yang aku ajak juga beragam latar belakangnya. Aku ingin keberagaman ini bisa dipertemukan di Bali. Model yang ikut dalam sesi pemotretan ada dari difabel dan juga berbagai etnis. Perbedaan itu akhirnya bertemu di Bali lewat karya ini."
Begitu Didon menjelaskan konsepnya saat itu. Anggota KOSTRA Bali yang sebagian besar menyandang disabilitas sensorik netra juga turut tampil menjadi model dari karya-karya Didon. Sebelumnya, kelahiran Negara, Jembrana, 5 Maret 1976 ini sesungguhnya telah menerbitkan sebuah buku berjudul Bali Bloom yang memuat karya-karya desain bunganya yang terdahulu.
2. Sudah menekuni seni merangkai bunga sejak tahun 1995

Didon Kajeng mulai belajar seni merangkai bunga pada tahun 1995. Ia sempat meraih sejumlah penghargaan, baik dalam perlombaan tingkat regional maupun nasional di antaranya juara instruktur merangkai bunga berprestasi se-Bali pada tahun 2013.
Bahkan ia beberapa kali terpilih sebagai perancang khusus dalam acara kenegaraan di antaranya bersama tim Asbindo saat Presiden Amerika Serikat George Bush melakukan kunjungan kenegaraan ke Bali tahun 2003, Presiden Amerika Serikat Barack Obama ketika kunjungan ke Museum Rudana, Ubud, Kabupaten Gianyar di sela-sela KTT ASEAN di Nusa Dua, Kabupaten Badung pada November 2011. Ketertarikannya pada bunga lokal, muncul saat menata rangkaian bunga dalam penyambutan Presiden George Bush.
Selain itu ia beberapa kali bersama Asosiasi Bunga Indonesia Bali menata rangkaian bunga di Istana Negara Jakarta dan Istana Tampaksiring untuk acara kenegaraan, terutama saat era Presiden Megawati Soekarno Putri dan Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono.
Didon penah belajar di Pusat Pendidikan Merangkai Bunga Rini Flora dan mengikuti short course bersama floral designer dunia seperti Gregor H. Lersch dari Jerman dan Bart van der Elsken dari Belanda.
Namun ketika beberapa tahun belakangan ini penglihatannya mulai terganggu, saat merangkai bunga, Didon dibantu oleh kawan-kawannya. Ia menyusun rangkaian demi rangkaian di dalam pikirannya, kemudian barulah dituangkan atau disampaikan melalui kawan-kawannya yang membantu proses penyusunan. Selanjutnya, Didon akan meraba hasil rangkaian itu, apakah sudah seperti yang ada dalam bayangannya atau perlu diperbaiki. Walaupun dalam keterbatasan, Didon masih tetap aktif memberikan short course dan seminar, demonstrasi merangkai bunga, khususnya dengan bunga lokal khas Bali.
3. Membina dan menyemangati anak-anak muda penyandang disabilitas sensorik netra

Tak hanya aktif sebagai floral designer, Didon juga mendirikan komunitas seni bernama Komunitas Teratai (KOSTRA) Bali pada 8 Februari tahun 2016. Di sanalah ia selama masa hidupnya membina dan menyemangati anak-anak muda penyandang disabilitas sensorik netra untuk terus mengembangkan bakat. Baik dalam bidang menyanyi, menulis, melukis, maupun bermain musik.
Pemberian nama Teratai sebagai nama komunitas ini karena ia terinspirasi dari Bunga Teratai yang dapat tumbuh indah dan subur walaupun hidup di lumpur. Harapannya, Komunitas Teratai ini, sebagaimana teratai, juga dapat tumbuh indah dan terus berkarya meski dalam keterbatasan.
Selama ini KOSTRA telah mengikuti dan meraih sejumlah prestasi dalam berbagai kegiatan seni dan sastra. Mereka juga sempat mendapat Juara Spelling Bee dan Speech Contest di Jakarta, memperoleh medali emas dan medali perak untuk story telling, tahun 2019 tingkat nasional yang diadakan oleh Mitra Netra.
Sementara Didon Kajeng pernah tampil di sejumlah nomor pementasan di antaranya monolog Adik Kecilku, Sang Penari, AU, Menggambar Ayah, Bali dalam Etalase, dan Orgil. Sedangkan untuk karya drama, ia pernah mementaskan Malam Jahanam dan berperan sebagai Soleman di bawah arahan sutradara Abu Bakar, Polok Untold Story sebagai sutradara dengan pemain Ayu Winastri, serta Kunjungan Nyonya Tua dengan aktris Denok K. Didon juga pernah berkolaborasi dengan Dalang Slamet Gundono dalam acara mengeja Widji Thukul di Tanggul Budaya Solo.
Apa yang telah dilakoni Didon selama ini dengan jalan keseniannya, tentunya memberikan cercah cahaya bagi para anggota KOSTRA. Selamat jalan sahabat, istirahatlah yang tenang kawan.