Istilah ini sangat sering didengar dalam perbincangan masyarakat Bali. Tidak saja di warung kopi, tapi juga dalam sambutan-sambutan kepala daerah. Pesannya adalah cara hidup orang Bali yang menekankan kebersamaan dan persatuan.
Jika diartikan, kalimat "Sagilik Saguluk, Salunglung Sabayantaka, Paras Paros Sarpanaya, Saling Asah Asih Asuh" bermakna bersatu-padu, menghargai pendapat orang lain, memutuskan sesuatu secara musyawarah mufakat, saling mengingatkan, menyayangi, dan membantu.
Serupa dengan pesan "Raket sekadi sampat lidi", persatuan dan kebersamaan merupakan kekuatan untuk menghadapi suka duka kehidupan. Pesan ini bisa mulai diterapkan dari lingkungan kecil seperti rumah tangga, maupun dalam lingkungan yang lebih besar seperti desa, kecamatan, kabupaten, provinsi, negara, dan dunia.
Di sisi lain, bisa juga diterapkan untuk menguatkan kebersamaan yang menyangkut ideologi negara, keimanan atau agama.
Ini di Bali. Bagaimana pesan bijak dari tetua di daerahmu yang masih kamu ingat? Yuk, share di kolom komentar.