Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Helping (unsplash.com/Annie Spratt)
Helping (unsplash.com/Annie Spratt)

Menolong orang lain adalah bentuk kebaikan yang membuat hidup terasa lebih bermakna. Namun, sering kali tanpa disadari, niat baik itu berubah menjadi kebiasaan mengorbankan diri sendiri, yang justru membuat energi dan kebahagiaan pribadi terkuras habis. Banyak orang tidak sadar kapan batas antara membantu dengan tulus dan melupakan kebutuhan diri sendiri.

Agar tidak terjebak dalam kebingungan, penting untuk memahami perbedaan menolong dan mengorbankan diri. Dengan begitu, bisa tetap memberi kebaikan pada orang lain tanpa kehilangan kendali atas kesejahteraan pribadi. Ini dia lima perbedaan penting yang perlu diperhatikan.

1. Menolong berasal dari keikhlasan, mengorbankan diri dari rasa terpaksa

ilustrasi teman (pexels.com/Edmond Dantès)

Saat menolong, ada rasa ringan karena niat muncul dari hati yang tulus. Tidak ada tekanan yang membuat beban terasa lebih berat, melainkan perasaan lega karena bisa berbagi kebaikan dengan orang lain. Energi yang keluar terasa wajar, seimbang, dan masih menyisakan ruang untuk kebutuhan pribadi.

Sebaliknya, mengorbankan diri sering muncul dari keterpaksaan, entah karena takut mengecewakan orang lain atau takut dianggap egois. Dalam kondisi ini, seseorang melupakan batas diri sendiri dan akhirnya merasa lelah setelah membantu. Hal itu tidak lagi sehat, karena hanya menguras tenaga tanpa memberi ketenangan batin.

2. Menolong memberi kebahagiaan, mengorbankan diri menimbulkan penyesalan

ilustrasi teman (pexels.com/Vitaly Gariev)

Ketika menolong, biasanya muncul rasa puas dan bahagia karena bisa berkontribusi dalam hidup orang lain. Ada kepuasan batin yang seimbang, karena kebutuhan pribadi tetap diperhatikan meskipun energi dikeluarkan untuk membantu.

Namun, jika sampai mengorbankan diri, perasaan yang muncul justru penyesalan. Ada rasa kesal pada diri sendiri karena terlalu banyak mengalah dan melupakan hal-hal penting yang seharusnya tidak dikorbankan. Akhirnya, bukannya lega, malah tersisa rasa kecewa.

3. Menolong menjaga batas sehat, mengorbankan diri melanggar batas pribadi

ilustrasi teman kerja (pexels.com/Canva Studio)

Menolong selalu berada dalam ruang yang sehat, di mana seseorang tahu kapan harus berhenti dan kapan bisa melanjutkan. Batas ini penting agar kebaikan tetap bisa dilakukan dengan cara yang berkelanjutan.

Sebaliknya, mengorbankan diri berarti mengabaikan batas itu. Saat batas pribadi dilanggar, seseorang bisa kehilangan waktu, tenaga, bahkan kesehatan demi orang lain. Pada akhirnya, hal ini justru membuat kemampuan untuk membantu jadi semakin menurun.

4. Menolong menghargai diri sendiri, mengorbankan diri mengabaikan kebutuhan pribadi

ilustrasi teman kerja (pexels.com/Buro Millennial)

Saat menolong dengan benar, ada rasa hormat terhadap diri sendiri karena sadar bahwa membantu orang lain tetap bisa dilakukan tanpa mengorbankan kebahagiaan pribadi. Keseimbangan antara memberi dan menjaga diri tetap terjaga.

Mengorbankan diri, di sisi lain, sering kali membuat kebutuhan pribadi diabaikan. Seseorang rela menunda kebahagiaan, waktu istirahat, atau hal penting lainnya demi orang lain. Jika dibiarkan terus-menerus, hal ini dapat menimbulkan rasa tidak berharga pada diri sendiri.

5. Menolong menumbuhkan hubungan sehat, mengorbankan diri menciptakan ketergantungan

ilustrasi teman kerja (pexels.com/fauxels)

Dalam menolong, hubungan yang terjalin lebih sehat karena ada rasa saling menghargai. Orang yang ditolong tetap merasa bertanggung jawab terhadap dirinya, sehingga bantuan hanya menjadi tambahan, bukan pengganti.

Berbeda dengan mengorbankan diri yang bisa menumbuhkan ketergantungan orang lain. Mereka jadi terbiasa meminta bantuan tanpa berusaha sendiri, sementara yang membantu terus merasa terbebani. Akhirnya, hubungan justru tidak sehat bagi kedua belah pihak.

Menolong orang lain adalah tindakan mulia, tetapi penting untuk tidak sampai mengorbankan diri sendiri. Dengan memahami perbedaan di antara keduanya, bisa tetap menjaga energi, kesehatan, dan kebahagiaan tanpa kehilangan niat baik untuk berbagi.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team