Kisah Rika Rona Perempuan Bali Penakluk ODGJ, Harus Bisa Jadi Bunglon

Rika Rona berhasil menerapkan program bebas pasung bagi ODGJ

Orang dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) di Tabanan yang awalnya mengamuk, seketika akan langsung tenang begitu ditemui dan diajak bicara oleh Driana Rika Rona (57). Perempuan asal Singaraja ini sudah 16 tahun mengabdikan diri untuk menangani ODGJ, terutama yang dipasung oleh pihak keluarga. Selama ini ia dikenal sebagai penakluk ODGJ.  

Tabanan, IDN Times - Driana Rika Rona kini menjabat sebagai Kepala Bidang Pelayanan dan Rehabilitasi Dinas Sosial Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (P3A) Kabupaten Tabanan. Ia sudah puluhan tahun memiliki pengalaman menangani ODGJ.

Bagaimana Rika Rona bisa menenangkan para ODGJ yang mengamuk? Apa yang ia lakukan? Pendekatan apa yang digunakan? Berikut kisah Rika Rona yang abdikan diri untuk menangani ODGJ di Tabanan.

Baca Juga: Mengenal Baleganjur Wave of Springs di PKB, Filosofi Sungai di Ubud

1. Harus menjadi bunglon saat menangani ODGJ

Kisah Rika Rona Perempuan Bali Penakluk ODGJ, Harus Bisa Jadi BunglonRika Rona (paling kanan) saat bertugas menangani ODGJ di Tabanan (Dok.IDNTimes/Istimewa)

Perempuan kelahiran Singaraja, 23 Januari 1965 tersebut sudah menangani ODGJ sejak menjabat sebagai Kasi Tuna Sosial di Dinas Sosial P3A Tabanan, tepatnya pada tahun 2006 silam. Sekitar 12 tahun yang lalu, ia kemudian menjabat sebagai Kabid Pelayanan dan Rehabilitasi Dinas Sosial P3A Tabanan.

Sesungguhnya, tugas ia emban tidak hanya menangani ODGJ, tetapi juga mengurus para lanjut usia (lansia), penyandang difabel, dan tuna sosial di wilayah Tabanan. Rika Rona menuturkan pada saat awal menangani ODGJ, ia merasa cukup takut.

"Rasa takut tentu ada karena kita berhadapan dengan orang yang tidak waras. Terutama ODGJ yang temperamennya keras dan beringas," ujar perempuan yang tinggal di Banjar Dinas Jatilutih Kangin, Desa Jatiluwih, Kecamatan Penebel ini.

Namun seiring berjalannya waktu , Rika Rona kemudian menjadi terbiasa dan memahami ODGJ. Pengalaman tersebut membuatnya dikenal sebagai sebagai Ibu Penakluk ODGJ di Tabanan. Ketika bertemu dengannya, ODGJ yang awalnya mengamuk biasanya akan langsung tenang.

Bagi Rika Rona, berhadapan dengan ODGJ memang tidak mudah. Apalagi jika sedang kambuh. Apabila tidak ditangani dengan baik, bisa berakibat fatal. Namun,  Rika Rona memiliki trik tersendiri agar para ODGJ mau tenang. Pertama, dia harus berkoordinasi dengan keluarga untuk mencari tahu apa penyebab gangguan yang dialami. Kedua, ketika sudah tahu penyebabnya, barulah ODGJ diajak berbicara sesuai dengan kisah yang melatarinya.

Ia mencontohkan, kalau ada ODGJ yang menderita gangguan kejiwaan karena putus cinta, maka harus diajak bicara soal cinta. Begitu pula kalau ada yang sakit mental karena pekerjaan, akan diajak bicara soal pekerjaan.

“Yang terpenting, kita harus menyamar ‘gila’. Kalau ODGJ menari saat diamankan, kita ikut menari. Kita harus seperti bunglon. Jadi, selalu berusaha memahami mereka,” tuturnya.

2. Nyaris berhadapan dengan hukum ketika hendak membebaskan ODGJ dari pasung

Kisah Rika Rona Perempuan Bali Penakluk ODGJ, Harus Bisa Jadi BunglonRika Rona saat bertugas mengamankan ODGJ (Dok.IDNTimes/Istimewa)

Hal yang menurutnya paling menyentuh selama menangani ODGJ adalah ketika ia melaksanakan program bebas pasung bagi ODGJ pada tahun 2017. Menurutnya memberikan pemahaman kepada keluarga yang memasung ODGJ cukup sulit dan pelik. Ia bahkan sempat hendak diadukan ke jalur hukum oleh keluarga yang melakukan pasung pada ODGJ. Namun melalui komunikasi yang sangat alot dengan pihak keluarga dan dibantu sejumlah prajuru adat setempat, ODGJ tersebut akhirnya bisa dibebaskan dari pasungan.

Saat ini, kata Rika Rona, ODGJ di Tabanan sudah bebas dari pasung. "Dulu ada 13 ODGJ yang dipasung. Sekarang ini sudah tidak ada laporan lagi dari desa mengenai ODGJ yang dipasung," ujarnya.

Ia menuturkan, penyebab keluarga masih melakukan mepasungan terhadap ODGJ karena kurangnya pemahaman dan informasi. Namun belakangan sudah mulai banyak keluarga yang paham akan perawatan ODGJ.

"Apalagi, sudah diberikan fasilitas untuk membuat KTP dan memiliki KIS," ujarnya.

3. Mendapatkan penghargaan sebagai ASN of The Month

Kisah Rika Rona Perempuan Bali Penakluk ODGJ, Harus Bisa Jadi BunglonRika Rona mendapatkan penghargaan ASN of The Year (Dok.IDNTimes/Istimewa)

Pada Juni 2022, Rika Rona memperoleh penghargaan dari Pemerintah Kabupaten Tabanan sebagai aparatur sipil negara (ASN) of The Month, atas dedikasinya menjalankan tugas. 

"Penghargaan ini berkesan bagi saya. Apalagi bulan Juni adalah ulang tahun saya dan tahun depan saya sudah pensiun," ujar Rika Rona.

Meski nanti pensiun, tetapi Rika Rona mengaku akan tetap mengabdikan diri untuk ODGJ melalui relawan sosial. Ke depan, ia berharap ODGJ yang tidak memiliki Kartu Tanda Penduduk (KTP) dan Kartu Indonesia Sehat (KIS) bisa terus difasilitasi oleh pemerintah.

"Kasian mereka jika dari keluarga tidak mampu," ujarnya.

Ia juga berharap agar warga semakin sadar dalam membantu ODGJ untuk bisa mendapatkan pengobatan dan penanganan yang tepat.

"Tips dalam menangani mereka adalah selalu bersyukur kita tidak mengalami hal yang sama sehingga kita bisa selalu membantu mereka. Jangan lupa berkoordinasi dan berkomunikasi dengan aparat desa," ungkapnya. 

Topik:

  • Ni Ketut Sudiani

Berita Terkini Lainnya