Cerita di Balik Anyaman Bamboo Dome, Dibuat Orang Tabanan

Kamu merhatiin tempat makan siang pimpinan G20 ini gak?

Tabanan, IDN Times - Presiden Joko "Jokowi" Widodo resmi menutup Konferensi Tingkat Tinggi (KTT G20), Rabu (16/11/2022). Ia menyebutkan, Indonesia merasa terhormat menjadi tuan rumah Presidensi G20 ini.

Selama perhelatan ini, ada hal menarik yang perlu diperhatikan selain hasil deklarasinya. Yaitu lokasi jamuan makan siang di Hotel The Apurva Kempinski, Nusa Dua, Kabupaten Badung, Selasa (15/11/2022) kemarin. Jokowi tampak menjamu kepala negara di Bamboo Dome. Ruangan ini luasnya sekitar 800 meter persegi, di tengahnya terdapat meja melingkar dan 43 kursi.

Tim kreatif visual dari KTT G20 sengaja menyulap ruangan ini di dekat pantai, tidak permanen, dan dapat dibongkar. Nah, menariknya anyaman bambu ini ternyata dipasok dari pengrajin bambu asal Banjar Deluma, Desa Kukuh, Kecamatan Marga, Kabupaten Tabanan, Ni Wayan Sulma Dewi (36). Berikut penuturannya ketika diminta untuk menyiapkan anyaman bambu (istilahnya biasa disebut bedek) sepanjang 1.500 meter.

Baca Juga: 5 Fakta Hotel The Apurva Kempinski Bali, Lokasi KTT G20

1. Ada seorang pelanggan yang memesan anyaman bambu sepanjang 1.500 meter

Cerita di Balik Anyaman Bamboo Dome, Dibuat Orang TabananSulma, pengrajin bambu dari Kecamatan Marga, Kabupaten Tabanan sedang membuat anyaman bambu (IDN Times/Wira Sanjiwani)

Sulma berkecimpung dengan bisnis kerajinan anyaman bambu (bedek) sejak menikah tahun 2018. Keluarga dari kakeknya sudah lebih dulu memiliki bisnis ini, dan dilanjutkan oleh ayahnya Sulma.

"Tetapi masih yang sederhana dan dijual di sekitar rumah," kata Sulma saat ditemui IDN Times di kediamannya, Rabu (16/11/2022).

Ia lalu menjual kerajinan anyaman bambu ini melalui marketplace, dan membuat bedek bermotif. Dari sini penjualannya mulai meluas. Ia tidak hanya menerima pesanan untuk vila dan rumah pribadi di Kabupaten Tabanan saja, tetapi juga merambah Kintamani di Kabupaten Bangli; Jimbaran di Kabupaten Badung; dan Negara di Kabupaten Jembrana.

"Sudah punya pelanggan tetap juga. Satu pelanggan saya info sekitar bulan Agustus (2022) kalau dia mau memesan bedek dari saya untuk digunakan di G20 kira-kira 1.000 meteran. Saya menyanggupi, asal waktunya tidak mepet," ujar Sulma.

September 2022, pesanan ini terealisasi. Total, Sulma diminta harus membuat 1.500 meter bedek dengan motif kembang seribu. Untuk mengerjakan pesanan ini, ia melibatkan 10 orang pekerja dengan total pengerjaan selama dua bulan.

2. Menghabiskan empat truk bambu

Cerita di Balik Anyaman Bamboo Dome, Dibuat Orang TabananBahan baku anyaman bambu (IDN Times/Wira Sanjiwani)

Untuk memenuhi pesanan 1.500 meter bedek, Sulma setidaknya mengangkut empat truk bambu hijau untuk diambil kulit luarnya. Satu bambu dapat menghasilkan bedek berukuran 2x3 meter. Sementara kulit dalamnya biasa dibeli orang untuk bahan ogoh-ogoh.

Sulma mencari bahan baku bambu ini dari Kabupaten Tabanan, Kabupaten Gianyar, dan Kota Denpasar seharga Rp5.000 per batang. Harga bedek dijual antara Rp30 ribu sampai Rp90 ribu per meter, sesuai tingkat kesulitan motifnya. Namun untuk even G20 ini, Sulma menghargainya Rp60 ribu per meter.

Ia tidak pernah membayangkan jika kerajinan bedek karyanya akan dipakai sebagai bangunan Bamboo Dome, tempat makan siangnya para pimpinan G20 di Hotel The Apurva Kempinski.

"Ketika saya dikirimkan video dan foto proses pembangunannya, saya tidak percaya. Karena bagus sekali. Jadi bangga juga dan berpikir wah itu anyaman bambunya dari saya semua," sebutnya.

3. Semenjak itu, ia menerima banyak pesanan

Cerita di Balik Anyaman Bamboo Dome, Dibuat Orang TabananProses pembuatan bahan baku bedek dari kulit bambu (IDN Times/Wira Sanjiwani)

Sejak bedek-nya dijadikan sebagai bahan bangunan Bamboo Dome, Sulma mengalami peningkatan pesanan setidaknya 50 persen jika dibandingkan pandemik kemarin. Katanya ada sih yang memesan di saat pandemik, namun tidak banyak. Rata-rata omzetnya Rp5 juta sampai Rp7 juta selama pandemik itu. Even G20, kata Sulma, menjadi ajang promosi yang sangat berperngaruh pada bisnisnya.

"Kalau biasanya kan yang pesan itu vila atau rumah pribadi. Jadi jarang orang luar lihat. Ini kan dilihat banyak orang, jadi banyak yang tahu. Bersyukur sekali," tuturnya.

Selama menghasilkan bedek, Sulma tidak melakukan pengawetan atau pengecatan. Jadi bedek-nya langsung diserahkan begitu saja kepada pemesan.

"Kalau mau diawetkan nanti dilakukan sama pemesannya sendiri. Atau mau dihias dengan cara dilukis. Di sini cuma buat anyaman saja dengan motif yang diinginkan," tutupnya.

Topik:

  • Irma Yudistirani

Berita Terkini Lainnya