Kisah Dokter Yasmi, Beratnya Menyampaikan Hasil Diagnosa Pasien HIV

Benar-benar kuat banget ya

Ibu memiliki peran yang cukup besar. Ia tak hanya memastikan anaknya tumbuh berkembang menjadi orang yang sehat dan hebat. Tetapi juga berkontribusi besar di tengah masyarakat. Sebut saja dr Ni Made Yasmi, Koordinator Layanan Voluntary Counseling and Testing (VCT) Pelangi Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tabanan.

Selama tiga tahun menjadi konselor untuk pasien human immunodeficiency virus (HIV), ada banyak ilmu dan pengalaman yang ia petik untuk dibagikan anaknya serta generasi muda.

Baca Juga: 6 Doa Hindu Tuntunan Berumah Tangga, Biar Semakin Harmonis

1. Pertama kali bertugas di VCT Pelangi, Yasmi mengalami masalah komunikasi dengan pasien HIV

Kisah Dokter Yasmi, Beratnya Menyampaikan Hasil Diagnosa Pasien HIVPelayanan pasien HIV di VCT Pelangi RSUD Tabanan (Dok.IDN Times/RSUD Tabanan)

Yasmi lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Udayana (Unud) pada tahun 1998. Sebelum ditugaskan di VCT Pelangi RSUD Tabanan pada 2017, dokter kelahiran tahun 1971 ini bertugas di Instalasi Rawat Darurat (IRD) RSUD Tabanan sejak tahun 2003.

"Sewaktu ditugaskan menjadi koordinator layanan VCT Pelangi RSUD Tabanan tidak ada terlintas pikiran apapun. Intinya saya siap ditugaskan di mana saja," ujar ibu empat orang anak ini.

Namun begitu pertama kali ditunjuk untuk melayani di VCT Pelangi, ia mengaku kesulitan berkomunikasi dengan pasien baru yang hasil tesnya positif HIV.

"Berkomunikasi dengan pasien itu awalnya menemui kendala. Mengenai caranya memberitahu mereka jika statusnya positif HIV. Sebab, kepribadian pasien berbeda-beda. Ada yang menerima ada yang tidak," ujarnya, Selasa (22/12/2020).

2. Terharu ketika ada ibu positif HIV berhasil melahirkan anak tanpa HIV

Kisah Dokter Yasmi, Beratnya Menyampaikan Hasil Diagnosa Pasien HIVFoto hanya ilustrasi. (pexels.com/pixabay)

Ada pengalaman yang tidak bisa dilupakan oleh Yasmi selama bertugas di VCT Pelangi. Seperti ketika ada pasien yang tiba-tiba histeris dan pingsan karena syok setelah mengetahui dirinya positif HIV. Namun ia mencari jalan untuk menjelaskannya kepada pasien secara pelan-pelan agar bisa menerima kondisinya.

Pengalaman lainnya adalah ketika pasangan Orang dengan HIV/AIDS (ODHA) berjuang supaya memiliki anak melalui program Prevention of Mother To Child Transmission (PMTCT), atau pencegahan penularan virus HIV dari ibu ke bayi yang di kandungnya.

"Saat ini setiap ibu hamil menjalani tes HIV. Sehingga jika positif bisa segera menjalani program PMTCT. Begitu juga  bagi pasangan ODHA yang hendak punya anak. Agar anaknya tidak terinfeksi, maka ibunya mengikuti program ini," paparnya.

Perjuangan seorang ibu positif HIV supaya bisa melahirkan anaknya dengan kondisi negatif HIV inilah yang menyentuh hati Yasmi. Ia merasa terharu begitu anak yang dilahirkan itu sehat dan bebas virus.

"Sangat bahagia dan senang sekali bila ibu positif HIV kemudian anaknya hasil tesnya negatif. Syukurlah ada program PMTCT. Sehingga banyak anak yang bisa kita selamatkan."

3. Anak-anaknya diedukasi supaya tidak mendiskriminasi ODHA

Kisah Dokter Yasmi, Beratnya Menyampaikan Hasil Diagnosa Pasien HIVdr Ni Made Yasmi dan keluarga. (Dok.IDN Times/Istimewa)

Ilmu dan pengetahuan yang ia dapatkan diteruskan kepada empat anaknya di rumah. Ia memberikan pemahaman mengenai apa itu HIV, bagaimana virus ini menular, dan seperti apa pencegahannya.

Selain itu ia juga menekankan kepada anak-anaknya dan generasi muda untuk tidak mendiskriminasi ODHA. Sebab HIV tidak mudah menular. Hanya melalui cairan kelamin dan darah dari orang yang terinfeksi saja bisa menular.

"Karena itu jauhi penyakitnya dengan menghindari faktor risiko seperti hubungan seks bebas dan memakai narkoba jarum suntik, bukan menjauhi penderitanya."

Topik:

  • Irma Yudistirani

Berita Terkini Lainnya