5 Pelajaran Tentang Cinta dalam Novel Sayap-Sayap Patah

Tidak ada kata “berkorban” untuk cinta...

Dalam dunia yang fana ini, semua orang pasti pernah merasakan cinta. Hal itu yang dapat
menggerakkan jiwa setiap orang dan membuatnya tidak takut menghadapi penderitaan. Cinta juga tak terbatas pada seseorang, rasa itu dimiliki manusia pada alam, flora dan fauna, suatu peristiwa, atau Tuhan Yang Maha Esa.

Cinta adalah satu-satunya kebebasan di dunia, karena cinta membangkitkan semangat yang hukum-hukum kemanusiaan dan gejala alami pun tak bisa mengubah perjalanannya.

Kutipan di atas mungkin sudah tak asing bagi penggemar sastra yang membaca buku karya Kahlil Gibran. Penyair masyhur asal Lebanon itu banyak mengangkat persoalan cinta, perempuan, polemik sosial, dan penderitaan hidup dalam buku-bukunya. Berikut beberapa pelajaran yang dapat kita petik dari novelnya yang terkenal, Sayap-Sayap Patah:

Baca Juga: 7 Quotes Frank Sinatra, Biar Kamu Melakukan yang Terbaik

1. Cinta menjadi daya kehidupan

5 Pelajaran Tentang Cinta dalam Novel Sayap-Sayap Patahilustrasi pasangan yang bersepeda menikmati senja (unsplash.com/Everton Vila)

Hidupku dalam keadaan koma, kosong seperti hidup Adam di Surga, ketika aku melihat Selma berdiri di hadapanku seperti berkas cahaya. Perempuan itu adalah Hawa hatiku yang memenuhinya dengan rahasia dan keajaiban dan membuatku paham akan makna hidup.

Manusia terlempar ke dunia ini tanpa tahu apa-apa, banyak dari mereka sengsara karena tidak ada tujuan hidup. Namun d ti engah kesengsaraan, cinta adalah sesuatu yang dapat memberi arti dan makna dalam kehidupan seorang manusia. Maka bersyukurlah seseorang yang dapat merasakan nikmatnya mencinta.

Banyak orang mengatakan “Hidup yang penting punya uang dan kebutuhan mencukupi, gak perlu cinta cintaan.” Ya, pastinya itu hal yang benar. Tapi semua itu masih “koma”. Ketika seseorang menemukan dan merasakan cinta, barulah ketemu “titik” atau kepuasan batin dan kebahagiaan.

Sesungguhnya hidup Adam di surga itu sudah sangat enak, apa saja ada, semua mencukupi, tapi mengapa ia merasa begitu kosong? Makanya Adam meminta seorang Hawa kepada Tuhan, yang kehadirannya memberikan daya hidup. Hidup yang tidak sekadar menjalani rutinitas yang hampa. Hidup yang bukan “koma”, tapi “titik”.

Baca Juga: 9 Quotes Motivasi Aku Bukannya Menyerah, Hanya Sedang Lelah

2. Cinta adalah kebebasan

5 Pelajaran Tentang Cinta dalam Novel Sayap-Sayap Patahilustrasi perempuan yang menikmati kehidupan (unsplash.com/Javier Allegue Barros)

Setiap manusia dianugerahi kebebasan dalam hidupnya. Kebebasan dalam melakukan
sesuatu atau menentukan pilihan hidupwalau pilihan itu tidak banyak, karena ada hukum-
hukum alam dan kemanusiaan yang membatasi. Namun berbeda dengan cinta. Cinta itu
kebebasan sejak awalnya, dalam prosesnya, bahkan dalam ekspresi serta hasilnya.

Cinta adalah pembebas dari belenggu ego manusia. Kita tidak bisa memaksakan seseorang untuk mencintai orang lain. Bahkan sering terjadi, ketika mencintai seseorang namun orang itu menolaknya, tidak serta merta rasa cinta kita hilang kepada orang itu.

Tidak salah orang mengatakan cinta itu membuat manusia hilang akal. Bahkan ada yang tidak makan atau tidak tidur karena cinta. Memang terbukti gejala alami pun tidak bisa menghalangi cinta.

3. Sesakit apa pun, cinta tetaplah indah

5 Pelajaran Tentang Cinta dalam Novel Sayap-Sayap Patahilustrasi pria yang menyendiri menghadap lautan (unsplash.com/Noah Silliman)

Hati yang bersatu melalui perantara penderitaan tidak akan dipisahkan oleh kejayaan kebahagiaan. Cinta yang dibersihan dengan air mata akan selamanya bersih dan indah.

Bagi pembaca novelnya tentu tahu, bahwa kisah cinta di dalamnya begitu tragis namun romantis. Tokoh Selma pada akhirnya dipaksa menikahi keponakan seorang pendeta, bagai hidup di gua yang gelap gulita. Begitu juga dengan Gibran yang kesepian hingga akhir hayat. Namun cinta yang ia rasakan pada Selma menjadi penghibur di masa tuanya.

Cinta mereka terhalang budaya dan sistem sosial masyarakat yang sakit. Selma setuju menikahi keponakan pendeta itu demi Gibran dan juga ayahnya. Ia melihat Gibran masih memiliki masa depan yang cerah bila tidak bersamanya. Hanya rasa cinta yang menemani mereka berdua di hari-hari yang menyakitkan.

4. Tidak ada kata “berkorban” untuk cinta

5 Pelajaran Tentang Cinta dalam Novel Sayap-Sayap Patahilustrasi seorang pria yang berjuang (unsplash.com/Sven Vahaja)

Kata orang, “Cinta butuh pengorbanan.” Apakah benar?

Seorang dalang dan seniman terkenal Sujiwo Tejo mengatakan “Cinta tak perlu pengorbanan, ketika seseorang sudah merasa berkorban, maka cintanya sudah hilang." Hal itu benar karena di dalam hati seorang pencinta, pasti hanya ada kebahagiaan pada saat memikirkan dia yang dicintai. Apalagi untuk melakukan suatu kesulitan bahkan penderitaan, semua itu tidak dirasakannya sebagai pengorbanan, melainkan kebahagiaan.

Seperti akhir tragis dalam novel ini, Selma Karamy memilih untuk “berkorban” demi Gibran,
tapi ia tidak merasa begitu. Dia hanya memikirkan masa depan Gibran yang cerah dan menjadi penyair terkenal. Sebaliknya, Gibran selalu menjaga cinta untuk kekasihnya itu. Mereka berdua diselimuti oleh kekuatan, yang logikanya tak bisa dijelaskan. Meski keadaan hidup keduanya menderita, namun mereka bahagia dengan cintanya.

5. Cinta menuntun kita untuk bangkit

5 Pelajaran Tentang Cinta dalam Novel Sayap-Sayap Patahilustrasi perempuan yang bahagia dan hidup sepenuhnya (unsplash.com/Priscilla Du Preez)

Sinta telah membunuh keinginanku, sehingga aku dapat hidup bebas dan berharga.

Cinta membuat hidup seseorang lebih berarti dan otentik. Karena hidupnya tidak hanya menjalani rutinitas secara hampa, dan segala luka atau penderitaan tidak lagi dirasakan. Cinta membuat manusia bangkit dari sistem sosial masyarakat yang materialis dan ambisi pencapaian yang tiada akhir.

Selama ini, banyak dari kita yang hidup untuk memenuhi ekspektasi dan kemauan orang lain. “Apakah kita dikaruniai-Nya kebebasan untuk kita jadikan sesosok bayangan perbudakan?” tulis Gibran dalam novelnya. Hanya cinta yang dapat membakar jiwa kita untuk bangkit melawan keabsurdan hidup. Ia adalah kebahagiaan paling sederhana sekaligus paling sejati.

Itulah beberapa pelajaran tentang cinta dalam novel Sayap-Sayap Patah karya Kahlil Gibran. Penyair satu ini memang memiliki banyak novel yang bisa membuat pembacanya meleyot saking romantisnya, atau menangis saking sedihnya. Semoga kita semua bisa hidup dalam cinta dan mencintai segala yang ada di hidup kita. Keluarga, teman, lingkungan, dan takdir yang terus kita jalani.

Nazzala FK Photo Community Writer Nazzala FK

Just teenager who loves nature, the sky, the ocean, the universe, and absolutely loves you.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Irma Yudistirani

Berita Terkini Lainnya