Roda kereta perang Karna terperosok ke dalam lumpur dan kusirnya sendiri, Raja Madra, tak mau membantu untuk membenarkan posisi kereta itu. Dengan terpaksa, Karna meletakkan senjatanya dan membetulkan sendiri roda kereta perangnya. Ketika itulah Arjuna bersiap-siap hendak memanah Karna. Namun Karna mengingatkan agar Arjuna bertanding secara fair pada saat sama-sama memegang senjata.
Arjuna tak bergeming dan tetap membidikkan anak panahnya. Karna yang geram akhirnya mengancam akan menggunakan senjata Brahmastra, yang kekuatannya dapat meluluhlantakkan jagat raya. Namun sayang ketika memanggil senjata Brahmasta itu, Karna kehilangan konsentrasi dan lupa akan semua ilmu yang diajarkan oleh Bhagawan Parasurama. Kutukan Bhagawan Parasurama datang di saat-saat terakhir Karna. Sri Krishna lalu datang untuk memberikan wejangan kepada Karna.
Karna: Kenapa aku tidak bisa menjadi yang terhebat, Basudewa? Kenapa aku harus berkompromi dengan hidupku ini? Masyarakat selalu menghancurkan semua kemungkinanku. Mereka tidak memberikan rasa hormat pada kekuatanku. Mereka tidak mau menerima mimpiku. Mereka selalu menghinaku dengan memanggilku sebagai anak kusir. Kemungkinan-kemungkinan yang diberikan oleh Yang Kuasa, adalah hak semua manusia juga. Basudewa, lalu kenapa masyaarakat ini mengasingkan seseorang dari hak-haknya sendiri?
Sri Krishna: Itu adalah kejahatan yang serius, Anak Radha. Melecehkan manusia berdasarkan kasta dan kepercayaan berdasarkan keyakinan yang salah, membuat seseorang itu diasingkan dari masyarakatnya. Dari tujuan yang benar, harta maupun kehormatan. Itu bertentangan dengan kemanusiaan
Karna: Lalu kenapa aku yang disalahkan, Basudewa? Jika ketidakpuasan terlahir bersamaku, jika aku memang mampu dan aku mencoba mendapatkan hakku dengan kekuatanku ini, apakah aku melakukan kesalahan, Basudewa?
Sri Krishna: Ada suatu waktu, Raja Angga, ketika Kartawirya Arjuna, seorang ksatria pernah menghabisi pertapa hebat. Tahukah kau apa yang anak pertapa itu lakukan? Meskipun menderita, dia bermeditasi. Karena ayahnya sang pertapa hebat telah dihabisi, dia ingin tahu dimana ketidakbenaran itu. Dia lupa terhadap penderitaannya sendiri.
Mengambil penderitaan dari seluruh masyarakat, dan dengan menghancurkan semua ksatria yang tidak benar, dia menyucikan seluruh wilayah Arya karena dia telah mendapat mantra ini dari hidupnya. Dia berada di neraka hanya karena ingin balas dendam. Atau dia tidak akan disebut Bhagawan Parasurama saat ini.
Kau memiliki kemungkinan-kemungkinan itu. Kau memiliki kemampuan, dank au sudah tahu seperti apa rasanya penderitaan. Tapi kau tidak mengabdikan hidupmu untuk orang lain (masyarakat). Kau malah mengabdikan hidup kepada seseorang seperti Duryodana. Dia tidak memiliki apapun kecuali ketidakbenaran. Lihatlah keadaanmu sekarang, kau tetap saja mendukung Duryodana. Kau juga menjadi bagian dari dosa ikut membuka pakaian Pancali (Drupadi). Kau tidak bisa menghargai ibumu sendiri. Kau bahkan mampu menghabisi putra dari adikmu sendiri (Putra Arjuna, Abimanyu). Hari ini dengan hilangnya kebenaranmu itu, maka hilanglah seluruh pengetahuan dan kepuasanmu itu.
Karna: Kau memang benar, Basudewa. Tapi aku tidak bisa melupakan kebaikan temanku, Duryodana selama ini
Sri Krishna: Kebaikan apa, Anak Radha? Setelah menjadikanmu teman baiknya, apakah Duryodana memberikan semua kusir dan mereka yang lemah yang ada di kerajaan Hastinapura hak untuk mendapatkan pengetahuan? Apakah dia membantu masyarakatnya dari perbuatan jahat dan merugikan? Tidak! Dia hanya menjadikanmu teman hanya untuk keuntungannya sendiri. Semangatmu untuk bersaing melawan Arjuna adalah alasan kenapa dia ingin berteman denganmu. Kau sudah dimanfaatkan oleh Duryodana, karena tidak tahu kebenaran dari pertemanan palsu yang dikembangkan oleh Duryodana selama ini.
Jika Duryodana memang benar-benar ingin membantumu, maka dengan perantaranya kau akan bisa membantu mengatasi masalah yang ada di dunia ini. Yang sebenarnya adalah kau seharusnya bisa membebaskan dia dari semua ketidakbenaran dan kejahatan. Tapi kau tidak pernah tahu kebenaran ini
Karna: Seluruh hidupku ini aku telah memberikan kepada mereka yang malang, Basudewa. Aku bahkan tidak menyimpan apa pun untuk keuntunganku sendiri
Sri Krishna: Manfaat sejati dari membagi kekayaan, untuk memberikan pemberi amalnya, bukan yang menerimanya. Seandainya kau menggunakan kemampuanmu itu untuk membebaskan mereka dari orang-orang sepertimu, maka setiap orang pasti akan menikmatinya. Kau bilang bahwa masyarakat telah menghancurkan semua kemungkinanmu. Tetapi nilai dari semua kemungkinan itu diberikan oleh Yang Kuasa. Kau tidak akan bisa mengetahuinya.
Seseorang yang hidup untuk masyarakat akan menjadi orang yang bermanfaat. Tetapi seseorang yang hidup semata-mata untuk dirinya sendiri, tidak saja merugikan diri sendiri tetapi juga seluruh masyarakat. Pembantaian di medan Kuruksetra hari ini, bukanlah semata-mata karena Duryodana ataupun paman Sangkuni. Ini karena dosa dari tiga ksatria, Bhisma yang Agung, Guru Drona, dan kau Anak Radha. Kalian bertiga telah meninggalkan apa yang kalian anggap benar untuk kesejahteraan masyarakat. Bila kalian tidak membantu Duryodana dalam perang ini, maka perang ini tidak akan terjadi
Karna: Kau memang benar, Basudewa. Bahkan ketidakbenaran seharusnya tidak menyakiti masyarakat. Tapi ternyata dibiarkan saja karena kelambanan dalam kebenaran. Dosa dari perang besar ini adalah beban yang harus kita tanggung.