Para penyanyi gerong yang mengiringi pementasan Tari Rejang Rwa Bhineda. (dok. pribadi/Ari Budiadnyana)
Tabuh pengiring Tari Rejang Rwa Bhineda menggunakan gamelan gong kebyar. Menurut I Gede Suweca, pemilihan gong kebyar karena gamelan ini yang paling lumrah dijumpai atau digunakan. Hampir setiap banjar memiliki sekaa gamelan ini.
Selain itu, gamelan gong kebyar termasuk gamelan yang mudah untuk dipelajari. Sehingga, setiap generasi akan mudah untuk menguasainya. Gamelan ini memiliki pola gending yang sederhana.
Saat Tari Rejang Rwa Bhineda dipentaskan, akan terdengar nyanyian pengiring mirip sinden. Nyanyian ini disebut dengan gerong. Gerong yang digunakan dalam Tari Rejang Rwa Bhineda disusun secara khusus oleh Ni Nyoman Nik Suasti.
Gerong ini dibuat sesuai dengan tema yang diangkat. Secara umum menggambarkan keindahan, keagungan, rasa gembira, tulus ikhlas dalam memuja kebesaran Ida Sang Hyang Widhi Wasa sebagai Sang Pencipta alam beserta isinya. Gerong ini dibuat dengan menyesuaikan irama atau melodi yang sudah dituangkan dalam gamelan gong kebyar. Pada bagian akhir, dimasukkan kidung Wargasari.
Walaupun bukan merupakan seni tari sakral, aura sakral dan magis tetap terpancar saat para penari membawakan Tari Rejang Rwa Bhineda.
Saat ini, Tari Rejang Rwa Bhineda sering dipentaskan dalam upacara di bale banjar, di Pura Khayangan Tiga, dan merajan (pura di lingkungan keluarga). Selain itu, Tari Rejang Rwa Bhineda pernah dipentaskan dalam ajang parade gong kebyar wanita di Lapangan I Gusti Ngurah Made Agung pada 2023.