Sagung Ayu Wah (IDNTimes/Wira Sanjiwani)
Gde Nugraha mengatakan, Sagung Wah adalah anak bungsu dari Raja Singasana XX. Kakak kandungnya, I Gusti Ngurah Rai Perang menjadi Raja Singasana XXI. Sebagai anak bungsu dan perempuan, Sagung Wah kecil dikenal dengan sifat dan watak keras.
Kisah perjuangan Sagung Wah dimulai ketika adanya Perang Puputan Badung pada 20 September 1906, antara Kerajaan Badung melawan Belanda. Perang itu hampir menewaskan seluruh keluarga Kerajaan Badung. Di sisi lain, Kerajaan Tabanan memiliki ikatan persaudaraan dengan Kerajaan Badung dan ada perjanjian pertahanan bersama antara dua kerajaan.
Kalahnya Kerajaan Badung membuat Kerajaan Tabanan harus menerima kenyataan Kerajaan Badung telah tunduk kepada Belanda. "Belanda kala itu tidak langsung menyerang Kerajaan Tabanan. Pada 27 September 1906, Raja Singasana XXI ke Pos Beringkit yang didirikan Belanda untuk berdiskusi mengenai tindakan selanjutnya setelah Kerajaan Badung dikalahkan Belanda," ujar Gde Nugraha.
Sesampainya di Pos Beringkit, Raja Singasana XXI dibawa Belanda ke Denpasar dengan alasan membicarakan semua permasalahannya di sana. Namun, bukannya mendiskusikan masalah, Raja Singasana XXI justru menjadi tahanan rumah. Merasa tidak dihargai, Raja Singasana melakukan aksi bunuh diri di Puri Denpasar.
Belanda kemudian mengasingkan seluruh keturunan Raja SIngasana XXI ke Lombok dan kemudian menguasai Kerajaan Tabanan.