5 Tanda Kamu Pandai Menenangkan Orang Lain tapi Lupa Diri Sendiri

Kamu mungkin sering jadi tempat curhat teman-teman kamu. Saat ada yang sedang sedih, bingung, atau stres, kamu dengan sigap datang menawarkan telinga dan bahu. Rasanya udah kayak role yang otomatis kamu ambil, yaitu si penenang orang lain. Kamu tahu harus bilang apa, harus gimana menanggapi, dan gimana caranya bikin orang lain merasa baik.
Tapi pernah gak sih kamu berhenti sejenak dan nanya ke diri sendiri tentang bagaimana keadaan kamu sendiri. Karena kadang, kita terlalu fokus meredakan badai di hidup orang lain sampai lupa ngecek cuaca di hati sendiri. Kalau kamu ngerasa gitu juga, mungkin kamu termasuk tipe yang jago menenangkan orang lain tapi suka abai sama diri sendiri. Seperti apa saja tandanya? Simak artikel tuntas, yuk!
1. Kamu selalu siap jadi tempat curhat, tapi gak pernah curhat balik

Kamu selalu ada buat teman-temanmu, entah itu jam 11 malam atau di tengah kerjaan yang lagi numpuk. Kamu gak keberatan mendengarkan mereka cerita panjang lebar, bahkan kadang ikut mikirin solusi seolah-olah masalah itu milikmu juga. Kamu tahu kapan harus memberi nasihat, kapan cukup diam dan menemani. Pokoknya, kamu andalan banget kalau urusan jadi ‘tempat sampah’ buat orang lain.
Tapi di sisi lain, kamu jarang banget cerita tentang dirimu sendiri. Bukan karena gak punya masalah, tapi kamu ngerasa gak enak aja kalau harus membebani orang lain. Kadang kamu bahkan bingung mulai dari mana kalau mau curhat. Akhirnya semua dipendam sendiri, padahal kamu juga butuh tempat untuk bicara dan didengarkan. Gak ada salahnya, kok, sesekali membiarkan diri jadi lemah di hadapan orang yang kamu percaya.
2. Kamu tahu kalimat yang bisa menenangkan orang, tapi gak pernah bilang itu ke diri sendiri

Kamu jago banget berkata-kata. Saat temanmu lagi down, kamu bisa langsung keluarin kalimat-kalimat yang bikin hati mereka adem. Mulai dari mengingatkan mereka untuk gak bersikap berlebihan sampai meyakinkan mereka bahwa tidak sendirian. Semuanya itu kamu ucapkan dengan tulus dan tepat sasaran.
Kamu tahu banget bagaimana caranya membuat orang merasa didengar dan dihargai. Tapi anehnya, kalimat-kalimat itu gak pernah kamu arahkan ke diri sendiri.
Saat kamu lagi terpuruk, kamu malah cenderung menyalahkan diri sendiri atau merasa harus segera ‘beres’ tanpa drama. Padahal, kamu juga berhak dikasih afirmasi positif, bahkan dari dirimu sendiri sekalipun. Coba deh mulai biasakan ngomong ke diri sendiri kayak mau ngomong ke sahabatmu itu.
3. Kamu merasa harus selalu kuat di depan orang lain

Entah kenapa, kamu merasa harus selalu tampil kuat. Ketika orang-orang di sekitarmu lagi rapuh, kamu langsung ambil peran jadi penopang gitu. Kamu tersenyum walau hati lagi ribut, kamu bilang “gak papa” walau sebenarnya lagi ingin nangis sejadi-jadinya. Buat kamu, kelihatan tegar itu penting, karena jika kamu ikut runtuh, rasanya semua akan ikut kacau.
Padahal, jadi kuat itu bukan berarti gak boleh rapuh. Justru, kekuatan juga bisa terlihat dari keberanian untuk mengakui kalau kamu sedang gak baik-baik saja. Gak semua beban harus kamu tanggung sendiri. Ada kalanya, kamu juga butuh ditenangkan, ya!
4. Kamu lebih peduli emosi orang lain daripada perasaan sendiri

Kamu peka banget sama perasaan orang lain. Baru lihat ekspresi mereka berubah dikit aja, kamu udah bisa nebak kalau ia lagi gak baik-baik saja. Kamu langsung mikir gimana caranya bikin mereka nyaman lagi. Empatimu itu tinggi banget, tapi sayangnya kamu sering lupa ngecek perasaanmu sendiri.
Karena terlalu sibuk mikirin orang lain, kamu jadi gak sadar kalau kamu sendiri sedang capek, sedih, atau butuh istirahat. Kamu anggap emosimu bisa ditunda, atau gak sepenting itu untuk diurus. Padahal, perasaanmu juga valid dan layak diperhatikan. Mulai sekarang, coba deh kasih waktu buat nanya ke diri tentang apa yang sedang kamu rasakan, dan buat kamu gak asing sama hatimu sendiri, ya!
5. Setelah membantu orang lain, kamu sering merasa kosong

Setelah jadi penyelamat emosional buat orang lain, bukannya lega, kamu malah merasa hampa. Rasanya kayak semua energimu habis terkuras, tapi kamu gak ngerti kenapa. Kamu berpikir tentang perasaan senang setelah berhasil membantu teman, tapi yang muncul justru rasa capek yang gak bisa dijelaskan. Itu karena kamu terlalu banyak memberi, tanpa sempat mengisi ulang ke diri sendiri.
Menolong orang itu hal baik, tapi kamu juga butuh waktu buat recharge. Kalau kamu terus-terusan jadi tempat curhat tanpa punya tempat untuk bernapas, lama-lama kamu bisa burnout secara emosional. Gak salah kok untuk sesekali menolak orang lain, karena dirimu sendiri juga perlu perhatian.
Jadi penenang untuk orang lain itu hal yang mulia, tapi jangan sampai kamu kehilangan dirimu sendiri dalam prosesnya. Kamu juga butuh ruang untuk didengar, dimengerti, dan dipeluk secara emosional. Gak apa-apa lho kalau kamu sesekali jadi yang lemah atau minta tolong. Itu bukan tanda egois, tapi tanda kalau kamu juga manusia biasa. Semangat selalu, ya, teman-teman!