Kisah Sri dari Bali, Belum Tawarin Dagangan Sudah Diusir

Ia pemilik UMKM keripik kepala dan leher ayam di Bali

Sepertinya pernyataan “Usaha tidak akan menghianati hasil” benar adanya. Sebab memerlukan tekad dan semangat sekuat baja jika ingin berhasil dalam memulai usaha atau bisnis. Seperti yang dilakukan oleh Ni Luh Sri Wahyuningsih (47), seorang ibu rumah tangga (IRT) asal Kabupaten Karangasem, Provinsi Bali.

Sri, begitu sapaannya, adalah pemilik Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Keripik Ayam Biru di Bali. Sebelum bisnisnya sebesar ini, Sri sudah banyak 'makan asam garam' dan melewati fase-fase tersulit dalam hidup. Mari simak bagaimana kisah Sri untuk memulai usaha ini.

Baca Juga: 9 Quotes Motivasi Aku Bukannya Menyerah, Hanya Sedang Lelah

1. Belum sempat menawarkan keripik, Sri sudah diusir

Kisah Sri dari Bali, Belum Tawarin Dagangan Sudah DiusirPotret Ni Luh Sri Wahyuningsih bersama anaknya. (Dok.Pribadi/Komang Mega)

Tahun 1997, Sri baru saja melahirkan seorang putri, buah hati pertamanya. Pada saat itu Sri hidup pas-pasan karena hanya bergantung dari penghasilan suami yang bekerja sebagai satpam. Sri lantas berpikir untuk membantu suaminya agar mendapatkan penghasilan tambahan. Namun rasanya tidak mungkin jika ia harus bekerja ikut orang, karena baru saja memiliki bayi.

Suatu ketika, keluarganya mengadakan sebuah acara dan mereka membuat olahan makanan dari daging ayam. Sri melihat limbah ayam seperti bagian kepala dan lehernya dibuang begitu saja.

"Saya lihatnya sayang sekali kalau kepala dan leher ayam dibuang. Saya yakin kepala dan leher ayam ini dapat diolah dan menjadi sesuatu yang ekonomis. Akhirnya saya terpikirkan untuk membuat keripik ayam," kata Sri.

Ia memilih mengolahnya menjadi keripik karena pada umumnya memilki masa ketahanan yang cukup lama, dan dapat dinikmati oleh semua orang. Namun tentu saja tidak mudah bagi Sri untuk memulai bisnis kecilnya tersebut.

Berbagai resep keripik ayam sudah dicobanya. Hingga ia menemukan satu resep yang membuat keripik buatannya layak untuk dijual. Penolakan demi penolakan sudah pernah ia lalui. Sri harus bersaing dengan bisnis keripik lain yang sudah memiliki nama. 

"Dulu saya menawarkan keripik ini pakai sepeda gayung. Saya teringat, waktu itu saya baru tiba di sebuah warung, belum sempat saya tawarkan keripik, saya sudah diusir. Hehe," kenangnya.

2. Usaha yang seharusnya terasa berat, justru menjadi ringan karena didukung penuh oleh sang suami

Kisah Sri dari Bali, Belum Tawarin Dagangan Sudah DiusirProses produksi Keripik Ayam Biru milik Sri Ni Luh Sri Wahyuningsih. (Dok.Pribadi/Komang Mega)

Hal tersebut tak membuatnya menyerah. Sri tetap menjajakan keripik ayam buatannya. Seperti bisnis kecil pada umumnya, Sri harus memproduksi dan memasarkan sendiri dagangannya. Usaha yang seharusnya terasa berat, justru menjadi ringan karena didukung penuh oleh sang suami.

Mengayuh sepeda gayung terus menerus mengantarkan keripik ayamnya menjadi besar. Tahun 2005, Keripik Ayam Biru mulai masuk grosiran atau pasar karena mulai dikenal masyarakat. Keripiknya juga mulai masuk ke beberapa kantin sekolah dan warung di sekitar Kota Denpasar.

Tiga tahun kemudian, tepatnya 2008, handphone Sri berdering. Ia ramai menerima panggilan pelanggan dari luar daerah untuk membeli keripiknya.

"Kini saya sudah memiliki sales yang berasal dari luar Kota Denpasar seperti dari Karangasem, Gianyar, Bangli, Tabanan hampir semua Kabupaten. Keripik ini juga cukup sering dijadikan oleh-oleh ke luar negeri," tambahnya.

Baca Juga: 5 Alasan Ingin Selalu Bahagia Justru Tak Dianjurkan

3. Rumah saksi sejarah perjuangannya berubah menjadi tempat produksi yang memiliki 30 orang tenaga kerja

Kisah Sri dari Bali, Belum Tawarin Dagangan Sudah DiusirProses produksi Keripik Ayam Biru milik Sri Ni Luh Sri Wahyuningsih. (Dok.Pribadi/Komang Mega)

Kegigihan dan dukungan suami telah mengubah hidup Sri. Ia semula menempati rumah di atas tanah yang disewanya daerah Jalan Sulatri, Kelurahan Kesiman, Kecamatan Denpasar Timur, kini bisa membeli rumah cicilan di Jalan Trengguli, Kelurahan Penatih, Kecamatan Denpasar Timur. Sedangkan rumah di Jalan Sulatri, yang menjadi saksi sejarah usahanya tersebut, berubah menjadi tempat produksi.

Sri juga bisa menyekolahkan keempat anaknya hingga ke jenjang perguruan tinggi. Selain itu, ia berhasil membuka lapangan pekerjaan untuk ibu-ibu yang tinggal di dekat rumah produksinya. Dirinya teringat masa lalu yang tidak bisa bekerja di luar rumah karena memiliki anak. Alasan itulah yang membuat ia membuka lapangan pekerjaan untuk ibu-ibu. 

"Tenaga kerja saya kurang lebih sekarang berjumlah 30 orang, dan memang kebanyakan dari mereka adalah ibu-ibu. Saya kasihan saja melihat mereka memerlukan penghasilan tambahan tapi tidak bisa meninggalkan anak untuk bekerja. Makanya saya persilakan mereka bekerja di sini sambil membawa anak-anaknya," ujarnya.

Mereka diupah dengan sistem harian dan sewaktu-waktu diperbolehkan mengambil libur. Masa lalunya dijadikan sebagai pelajaran hingga menghasilkan pekerja yang loyal. Ada pekerjanya dari yang belum menikah hingga kini telah memiliki anak, masih setia bekerja di bisnis Keripik Ayam Biru.

Kemasan Keripik Baru Terbaru 

Kisah Sri dari Bali, Belum Tawarin Dagangan Sudah DiusirProduk Keripik Ayam Biru milik Ni Luh Sri Wahyuningsih. (Instagram.com/keripikayambiru)

Sri memproduksi lebih dari 1000 bungkus keripik per hari, dengan harga Rp1000 per bungkus. Bisa Sri terlihat berjalan lancar ya. Namun sebenarnya pernah merugi karena terdampak pandemik COVID-19. Banyak harga kebutuhan pokok yang mulai merangkak naik.

Ia juga mengalami kendala ketika memesan kemasan keripik dari luar Bali. Namun sejauh ini, kendala-kendala itu diakui Sri masih bisa diatasi dengan semangat dan dukungan keluarga. Ia akan terus mempertahankan resep keripiknya dan berharap bisnis Keripik Ayam Biru tetap berjalan lancar.

Komang Mega Photo Community Writer Komang Mega

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Irma Yudistirani

Berita Terkini Lainnya