Foto hanya ilustrasi. (Pixabay.com/coombesy)
Hari-hari Sudana semakin berat. Bahkan istrinya tidak mau diam di rumah. Selalu ingin ke luar rumah dan berjalan tanpa arah tujuan yang pasti.
"Selalu ke luar ke rumah dengan jalan kaki. Setiap hari tanpa ada tujuan jelas. Sudah tidak bisa lagi dilarang dengan kata-kata. Karena apa yang selalu saya sampaikan, sebentarnya lagi sudah lupa," ujarnya.
Ia mengakui, walau pikun, tapi ia ingat beberapa hal, seperti rumah saudara ataupun ke tempat pemandian umum. Namun selalu istrinya tidak bisa diam di satu tempat. Terus ingin pergi dan jalan.
"Kalau mau diam di rumah atau di rumah saudaranya kan bagus. Ini susahnya, dari rumah pergi ke rumah saudaranya. Saat di rumah saudaranya, minta balik lagi ke rumah. Saya tentu khawatir karena di jalanan banyak kendaraan dan ia sudah pikun. Sementara saya tidak mungkin mengawasinya 24 jam," ungkap Sudana.
Sudana pernah berinisiatif mengunci gerbangnya. Namun sang istri justru mengamuk dan marah-marah.
"Maksud saya baik. Tapi istri saja malah mengamuk. Saya sudah sampaikan juga kondisi ini ke anak-anaknya," ungkapnya.
Saking tidak kuatnya, ia pernah mengajak istrinya agar tinggal bersama anak-anaknya. Namun hal itu tidak membuat kondisi semakin baik.
"Kalau masalah kadang ngompol di kamar atau saya ambilkan makanan dan antar untuk buang air, itu masih bisa saya atasi. Ia jalan-jalan ke ke luar rumah tanpa tujuan jelas ini yang sulit saya atasi," ungkapnya.