Budra menujukkan kasil karya lukisan dan seruling bambunya (IDNTimes/Wira Sanjiwani)
Bapak satu anak dan tiga cucu ini mengaku mulai kesulitan mencari nafkah lewat jualan seruling dan lukisan sejak pandemik COVID-19.
"Sejak tahun 2020 dan DTW Tanah Lot tutup sementara, jadi tidak ada penghasilan," ujarnya.
Meski usianya sudah senja, namun Budra tetap harus mencari cara agar dapurnya tetap mengepul. Ia pun mulai berjualan di lampu merah.
"Karena jarang ada yang mau beli seruling dan lukisan buatan saya, sekalian akhirnya saya ngamen di lampu merah," ujarnya.
Budra mulai berjualan dan mengamen di lampu merah sejak tahun 2020 lalu. Penghasilannya dari sana memang tidak seberapa, tetapi Budra bersyukur masih ada warga yang mau memberinya Rp2.000 sampai Rp5.000.
"Bersyukur saja. Ada yang ngasi, ada yang tidak, tidak apa," ujarnya.
Sayangnya, Budra tidak memiliki handphone sehingga sulit jika ingin memesan suling lewat telepon. Tetapi bagi yang mau membeli suling atau lukisan, bisa datang langsung ke rumahnya, di Banjar Kebon Desa Pandak Gede, Kecamatan Kediri, Kabupaten Tabanan.
Pembeli juga bisa membeli saat Budra mengamen. Ia biasanya mengamen di lampu merah patung Bung Karno, Kediri.
"Sekarang pindah sementara ke depan kantor Bupati Tabanan sambil menunggu cucu saya yang nomor tiga dirawat inap di RSUD Tabanan," ujarnya.