Perjalanan mereka belum selesai. Sebelum Bara lahir, Chasyha mulai merenung, bagaimana caranya ia memberikan ASI kepada anaknya nanti? Bisakah ia memberikan ASI-nya secara alami? Di tengah pergulatan itu, ia mendapat saran dari kerabatnya supaya menghubungi seorang dokter yang ahli di bidang ASI.
Tepat tanggal 21 November 2016, mereka bertemu dr Oka Dharmawan IBCLC MARS, seorang konsultan ASI di Bali. Dokter Oka menawarkan program induksi laktasi. Program ini dikhususkan buat perempuan yang tidak hamil namun bisa memberikan ASI kepada seorang anak.
Sebagai bagian dari proses induksi laktasi, ia harus mengonsumsi Domperidone tiga kali dan pil kontrasepsi untuk satu siklus pada jam yang sama setiap harinya. Pengobatan ini, dari penjelasan dokter Oka, gunanya untuk merangsang pembentukan hormon seperti dalam kondisi orang hamil.
Seminggu mengonsumsi obat tersebut, ada perubahan dalam tubuhnya. Seperti menurunnya gairah seks, nafsu makan bertambah, muncul jerawat di wajah dan punggung, payudara membesar dan areola yang melebar dan warnanya menggelap. Minggu berikutnya, Chasyha masuk ke tahap massage payudara dan pijat relaktasi. Dalam tahapan ini, ia dibantu oleh istri dokter Oka dan melibatkan suami Chasyha.
Selama proses pemijatan itu, sebuah keajaiban datang. ASI-nya keluar. Ia terus mencoba mempompanya hingga keluar butiran-butiran ASI, yang jika dikumpulkan hanya mendapatkan satu sendok makan. Ia masih ragu, apakah ASI tersebut boleh diberikan kepada Bara atau tidak, karena masih dalam proses treatment obat induksi laktasi.
Setelah konsultasi dan mendapatkan sinyal hijau, akhirnya ia meminumkan ASI untuk pertama kalinya kepada Bara, menggunakan sendok. Ini benar-benar anugerah baginya. Sebab kata dokter, proses untuk mengeluarkan ASI dengan metode induksi laktasi itu bisa menyita waktu antara tiga sampai enam bulan. "Puji Tuhan saya dikasih lima minggu sudah keluar ASI pertamanya," katanya mengisahkan.
Saat Bara berusia empat bulan, ASI-nya sempat berlebihan. Ia hanya memberikan lemak ASI-nya saja, karena kondisi badan Bara kecil pada waktu itu. Sedangkan airnya ditabung dan disimpan dalam kulkas.
"Saya punya tabungan dan ditaruh di kulkas. Tapi karena saya hanya ibu rumah tangga, ngapain harus menabung. Akhirnya beberapa pasien dokter Oka ada bayi prematur, saya bantu pakai donor ASI. Ternyata bermanfaat juga," jelas dia yang tidak berhenti melepaskan senyum sumringahnya.