(instagram.com/initempeid)
Menurut laki-laki yang tinggal di Jalan Angantaka, Kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung ini, banyak inovasi yang ia ciptakan pada produknya tersebut. Mulai dari cookies tempe, keripik tempe, tempe protein ball, instant tempe yang bisa tahan 12 bulan, cokelat tempe, hingga tempe keju.
Dari berbagai inovasi tersebut yang paling laris adalah cokelat tempe. Masyarakat penasaran dengan rasa kriuk tempe saat dicampur cokelat yang lembut dan meleleh. Benny mengambil cokelat dari produsen cokelat di Ubud, Kabupaten Gianyar.
Waktu untuk memproduksi setiap produk berbeda-beda. Ia menceritakan, kadang satu hari memproduksi snack dan satu hari berikutnya memproduksi tempe. Dalam sebulan, ia mampu menghabiskan 200 kilogram kedelai.
“Jadi produknya memang bervariasi,” jawabnya.
Ketika awal memproduksi, belum banyak orang yang mengenal produknya. Benny pun akhirnya berusaha pelan-pelan mengenalkan produk tersebut ke masyarakat, baik melalui story telling maupun sampling.
“Setelah nyoba, ternyata orang suka dan feedback-nya bagus. Akhirnya kami lanjutkan,” ucapnya.
Pada awalnya pemasaran dilakukan secara offline. Namun sejak pandemik ini pemasaran dilakukan secara online melalui beberapa market place maupun media sosial. Permintaan produknya pun malah meningkat dan cenderung stabil. Peningkatan penjualan produknya mencapai 40 hingga 50 persen.
Benny menjual produk tempe inovasinya ini mulai dari harga Rp1.500 hingga Rp37.000. Harga setiap produk Ini Tempe Bali, diakuinya memang bervariasi.