6 Keburukan Terlalu Mengandalkan Dukungan Orang, Jadi Penakut!

Semua orang butuh support system. Namun, menggantungkan hidupmu pada dukungan orang lain juga bukan hal baik. Dukungan mereka tidak selalu stabil. Kadang kamu didukung, kadang juga gak.
Bahkan ada kalanya apa yang akan dilakukan dilawan keras oleh orang-orang terdekatmu. Kalau kamu sibuk mencari dukungan dari orang lain, mungkin dirimu cuma bakal kecewa. Di tengah sikap orang yang tidak pasti, kamu harus mampu mendukung diri sendiri.
Dukungan orang lain cukup dijadikan penambah motivasi. Namun, bukan penentu keputusanmu. Sekalipun support mereka bikin kamu lebih percaya diri, berikut enam keburukannya. Selama apa yang hendak diperbuat baik, gak didukung siapa pun juga tak masalah.
1. Gampang kehilangan semangat

Memang dukungan teman-teman menambah semangatmu dalam melakukan sesuatu. Akan tetapi, apa yang terjadi ketika mereka gak mendukungmu? Sontak dirimu kehilangan antusiasme.
Rasanya kamu enggan melakukan sesuatu meski sebenarnya itu penting bagimu. Bahkan bila mereka tidak secara tegas menentang keinginanmu, dirimu tetap ragu. Padahal, boleh jadi mereka cuma lagi kurang fokus ke urusanmu.
Kamu keliru mengartikan sikap mereka yang tak langsung kasih dukungan bulat sebagai ketidaksetujuan. Jaga semangatmu dengan tidak menjadikan support orang lain segalanya dalam hidupmu. Latihan mendukung diri sendiri akan baik buatmu.
2. Takut salah mengambil langkah

Dukungan orang lain membantu memantapkan langkahmu. Kalau kamu saat itu masih 50:50, support mereka dapat mengubahnya sampai 90:10. Dengan kata lain, dirimu menjadi yakin sekali dalam mengambil tindakan selanjutnya.
Akan tetapi, ketakutan kalau-kalau kamu salah mengambil langkah membesar ketika dukungan gak bulat. Beberapa orang barangkali mendukungmu. Namun, lebih banyak orang menolak kasih dukungan atau bersikap netral.
Bila begini, apa yang akan dilakukan olehmu? Diam saja dalam kebingungan cuma bakal bikin kamu tambah waswas. Padahal seandainya dirimu menjalaninya saja, boleh jadi kenyataannya gak ada yang perlu ditakutkan secara berlebihan.
Bahkan terkadang keliru melangkah masih lebih baik daripada kamu ketakutan hingga tak bertindak apa-apa. Banyak kesalahan masih dapat diperbaiki sehingga dirimu tetap melangkah maju. Sementara itu, terus ragu membuatmu tidak ke mana-mana.
3. Memilih mengikuti orang lain

Lantaran fokusmu pada seberapa besar dukungan, kamu lebih memilih menjadi pengikut saja saat kurang didukung orang-orang. Kamu gampang kehilangan rasa percaya diri begitu gagasanmu sepi pendukung. Lama-lama dirimu cenderung merasa lebih aman selalu mengikuti orang.
Terutama kalau di sekitarmu ada sosok yang populer. Apa saja yang dikatakannya selalu banjir persetujuan. Meski sebetulnya dirimu punya ide yang lebih baik bisa-bisa malah gak pernah dicetuskan.
Secara mental, kamu sudah kalah duluan. Padahal bila kamu tetap menjadi diri sendiri lambat laun orang-orang juga memperhatikan. Kalau apa yang dilakukan olehmu ternyata berhasil atau baik, dukungan akan mengalir dengan sendirinya.
4. Kesulitan meraih impian

Tidak semua orang terdekat akan mendukung impianmu. Contohnya, ketika kamu ingin berkuliah. Dirimu berharap bisa diterima di jurusan pendidikan dokter. Orang lain berpikir teknik lebih baik karena pendidikannya tak terlalu lama dan mahal. Padahal, bukan dia yang akan membiayai kuliahmu.
Suatu saat nanti kamu hendak bekerja, suara di sekitarmu juga terbelah. Sebagian orang mendukungmu buat menjadi ASN karena berbagai jaminan kesejahteraannya. Sebagian orang lagi berkata mending dirimu menjadi karyawan swasta yang lebih berkembang.
Kamu tidak memilih keduanya serta lebih suka menjadi pekerja lepas atau buka usaha sendiri juga menimbulkan pro dan kontra. Kalau semua dukungan yang arahnya berbeda-beda terlalu dipikirkan, justru dirimu gak menjadi apa-apa. Impianmu tidak ada yang terwujud.
5. Menyalahkan orang saat hasil usaha gak maksimal

Dukungan orang lain yang terasa sebagai penentu hidup dan matimu membuatmu suka mengambinghitamkan orang. Saban upayamu kurang berhasil, orang lain yang tertuduh. Kamu menganggap mereka tak memberikan support penuh.
Seandainya mereka kasih dukungan 100 persen, dirimu yakin pasti setiap usahamu sukses besar. Kamu mengabaikan banyak faktor yang memengaruhi kegagalanmu. Kesukaan menyalahkan orang juga bikin kamu enggan mengevaluasi diri.
Akibatnya, sebanyak apa pun kegagalanmu tidak akan membuatmu belajar agar lebih baik lagi. Dirimu malah putus asa sebab tak menemukan penyebab kegagalan yang bisa diperbaiki. Dukungan orang tak lebih penting dari apa yang sungguh-sungguh dikerjakan olehmu.
6. Gak bisa gantian kasih support ke orang lain

Kian besar kebutuhanmu terhadap orang lain, kian sedikit yang bisa diberikan olehmu padanya. Kamu hanya ingin diberi olehnya. Kali ini dalam bentuk dukungan di segala situasi.
Namun, apakah kamu bisa kasih dukungan yang sama pada orang lain? Kemungkinan besar malah tidak. Dirimu cenderung gak peduli pada kehidupan orang lain. Justru terkadang sikapmu seperti tak paham situasi.
Orang lain lagi pusing dengan masalahnya sendiri pun, kamu masih memintanya kasih dukungan buatmu. Seakan-akan seluruh dunia ini hanya tentangmu. Bahkan di titik terendah hidup mereka, belum tentu dirimu bisa kasih support.
Mengharapkan dukungan orang terutama di circle terdekat wajar dalam batas tertentu. Namun, jangan menjadikannya sebagai keharusan dalam hidupmu. Gunakan kemampuanmu mempertimbangkan segala hal secara matang agar kamu bisa mantap mengambil keputusan sendiri.