ilustrasi menulis (pexels.com/Olha Ruskykh)
Dengan mimik percaya diri, perkataan ini sering dilontarkan tanpa guratan ragu di wajah penulis. Padahal jantung sudah tidak keruan, sementara pikiran ributnya bagai genderang perang. "Tenang, waktu masih banyak kok," ucapnya. Padahal, draf aja belum dibuka, ide masih kusut, dan mata sudah mau menyerah diserang suntuk yang hebat. Tapi, tetap berusaha menjaga harga diri dengan bilang ke editor "Nanti malam kelar, aku kirim lima artikel."
Begitulah penulis, ia punya kekuatan ajaib. Ketika waktu sudah mepet, maka niatnya langsung meningkat drastis, dan kata-kata mengalir tanpa hambatan, tidak dapat dihentikan. Jadi, meski sering bohongi diri soal kesiapan, ujung-ujungnya selesai juga. Penuh akan drama, tapi akhirnya rampung juga. Demikianlah para penulis.
Menulis itu tidak sebatas merangkai deret aksara, tapi juga bertarung dengan pikiran. Ada banyak hal yang tidak diungkapkan secara gamblang, tapi itulah warna yang menyertai perjalanan para penulis.
Jadi, untuk kamu yang hari ini berperan sebagai penulis, tetap bertahan ya. Meski dengan kebohongan kecil yang terpaksa disembunyikan. Yuk, terus menulis, meski pura-pura tetap tenang dan tidak panik di tengah dinamika yang penuh akan tantangan.