5 Kebohongan yang Selalu Disembunyikan oleh Para Penulis

Menjadi penulis itu memang terlihat keren. Bisa ngopi sambil ngetik cantik di kafe estetis, terus merangkai kata-kata indah nan ciamik. Tapi, di balik itu semua, ada beberapa hal yang sangat jarang untuk diulas. Entah karena gengsi, atau sudah jalannya sebagai rahasia di dunia kepenulisan.
Ada perihal kebohongan yang sering disembunyikan oleh para penulis. Jika kamu seorang penulis, maka jangan terkejut dan jangan ribut. Pokoknya siap-siap tersinggung dan tersindir, deh.
1. "Menulis karena passion, bukan uang"

Emang iya, menulis karena passion, bukan karena uang? Iya sih, banyak penulis yang jatuh cinta sama deretan aksara dan makna-makna yang terkandung di dalamnya, bahkan sebelum tahu kalau ternyata menulis itu dapat mengundang pundi-pundi rupiah. Tapi, jika ternyata kamu ditawari kerja sama, bahkan proyek yang menjanjikan, apakah kamu bakal menolak? Tentu saja tidak.
Karena bagaimanapun, menulis dengan hati yang dibarengi transferan terasa jauh lebih menyenangkan. Jadi, kalau kamu bilang menulis karena hobi, tapi diam-diam cek fee setiap sepuluh menit sekali, itu wajar saja kok. Kamu butuh cuan, dan tidak ada masalah jika passion-mu menjadi sumber penghasilan.
2. "Tulisanku biasa saja, tidak ada yang spesial"

Ini sih celetukan yang niatnya untuk merendah, sembari dibungkus dengan senyum malu-malu dan bilang "Ah, aku nulis cuma iseng doang kok, biasa aja hasilnya." Tapi coba kalau artikelmu jadi sorotan utama dan dikomen banyak orang, hatimu pasti berbunga-bunga, kan? Merendah untuk meroket memang jurus yang klasik sih.
Sah-sah saja jikalau kamu mau bersikap rendah hati. Tapi, bukan sebuah persoalan kalau sesekali kamu mengakui tulisanmu. Bukan mau bermaksud sombong, itu adalah bentuk apresiasi. Jadi, jangan sungkan untuk melontarkan pujian ke diri sendiri ya. Tapi ingat, jangan terlalu berlebihan. Entar kamu lupa daratan.
3. "Writer's block itu hanya dongeng"

Cieee, yang katanya idenya bagaikan aliran air sungai di musim hujan. Tidak ada habisnya dan tidak ada surutnya. Tapi, apakah kenyataannya selalu seperti itu? Tentu saja tidak. Kamu pasti pernah mengalami situasi yang pelik, ketika duduk berjam-jam di hadapan laptop, tanpa satupun kalimat utuh yang tercipta.
Agak menggelitik memang. Kebanyakan penulis selalu bersikap sok cool, padahal aslinya lagi kena stuck akut. Tapi itu hal yang lumrah kok. Writer's block itu bukan aib. Sebaliknya, ia adalah bukti, kalau penulis adalah manusia biasa. Bukan robot yang dapat bekerja tanpa jeda. Benar, kan?
4. "Bodoh amat sama komentar orang"

Kamu sebagai penulis yakin dengan anggapan itu? Padahal, satu komentar pedas bisa menembus hatimu yang lembut itu lho. Sampai bikin kamu tidak bisa tidur semalam penuh. Apalagi itu muncul dari pembaca setia atau rekan sesama penulis. Rasanya bagai ditusuk perlahan, dengan durasi lama yang menyakitkan.
Iya tahu, untuk apa sih peduli sama komentar miring. Tapi kan, kamu itu manusia yang punya perasaan. Kamu pasti bohong kalau bilang tidak pernah merasa ciut atau tersinggung ketika kena semprot perihal tulisanmu. Itu normal kok. Kamu manusia, bukan batu.
5. "Deadline? Itu aman aja kok"

Dengan mimik percaya diri, perkataan ini sering dilontarkan tanpa guratan ragu di wajah penulis. Padahal jantung sudah tidak keruan, sementara pikiran ributnya bagai genderang perang. "Tenang, waktu masih banyak kok," ucapnya. Padahal, draf aja belum dibuka, ide masih kusut, dan mata sudah mau menyerah diserang suntuk yang hebat. Tapi, tetap berusaha menjaga harga diri dengan bilang ke editor "Nanti malam kelar, aku kirim lima artikel."
Begitulah penulis, ia punya kekuatan ajaib. Ketika waktu sudah mepet, maka niatnya langsung meningkat drastis, dan kata-kata mengalir tanpa hambatan, tidak dapat dihentikan. Jadi, meski sering bohongi diri soal kesiapan, ujung-ujungnya selesai juga. Penuh akan drama, tapi akhirnya rampung juga. Demikianlah para penulis.
Menulis itu tidak sebatas merangkai deret aksara, tapi juga bertarung dengan pikiran. Ada banyak hal yang tidak diungkapkan secara gamblang, tapi itulah warna yang menyertai perjalanan para penulis.
Jadi, untuk kamu yang hari ini berperan sebagai penulis, tetap bertahan ya. Meski dengan kebohongan kecil yang terpaksa disembunyikan. Yuk, terus menulis, meski pura-pura tetap tenang dan tidak panik di tengah dinamika yang penuh akan tantangan.