Kisah Chasyha, Perempuan yang Belum Pernah Hamil Tapi Bisa Menyusui

Mimin salut. ASI-nya bisa keluar setelah 5 minggu

"Kelak, kau besar nanti
C'ritakanlah kisah kita berdua
Biar mereka tahu
Kamu tetap anakku
Malaikat kecilku..."

Sepenggal lirik di atas membuat Chasyha Franeysha harus menahan tangis. Lirik demi lirik lagu yang berjudul "Syukur Hadirmu" itu, berusaha ia selesaikan di hadapan peserta acara talkshow Energi of ASI "EdukASI Seputar Induksi Laktasi & Relaktasi" di Hotel Ibis Styles, Denpasar, Sabtu (27/4) lalu.

Sesekali ia menjauhkan mikrofon dan mengusap air di pelupuk matanya. Ia berupaya menyelesaikan lagunya meski terisak-isak. Air matanya semakin tak terbendung begitu Bara Noel, bocah laki-laki berumur 2,4 tahun menghampirinya sembari menyerahkan rangkaian bunga.

Suasana haru itu cukup mewakili adanya kedekatan emosional antara Chasyha dengan Bara, buah hati yang ia adopsi 2016 lalu. Chasyha saat ini tengah berjuang untuk menyapih (Menghentikan anak untuk menyusu) Bara. Ia mengaku belum siap melepas Air Susu Ibu (ASI) hasil metode dari induksi laktasi, kepada Bara.

Chasyha merupakan satu dari sekian perempuan yang belum pernah hamil tapi berhasil menyusui anak adopsi. Bagaimana kisahnya hingga ia berhasil menyusui Bara? Berikut ini kisahnya:

1. Bukan keputusan yang mudah bagi Chasyha untuk mengadopsi Bara. Ada pro kontra yang muncul di tengah keluarganya

Kisah Chasyha, Perempuan yang Belum Pernah Hamil Tapi Bisa MenyusuiChasyha saat berbagi kisahnya di acara talkshow Energi of ASI "EdukASI Seputar Induksi Laktasi & Relaktasi" di Hotel Ibis Styles, Denpasar, Sabtu (27/4) lalu. (Dok.Energy of ASI)

Chasyha memutuskan mengadopsi tahun 2016 lalu, saat Bara masih ada dalam kandungan ibu biologis. Bukan keputusan yang mudah bagi Chasyha dan suami untuk memutuskan adopsi. Ibu biologis Bara dalam kondisi tidak bisa mengurus jika anaknya lahir nanti.

Tadinya, kakak Chasyha yang berencana mengadopsinya. Tapi saat ibu biologis mengandung di usia lima bulan, kakaknya hamil dan tidak mungkin mengurus dua anak sekaligus. Chasyha lalu mendapat tawaran untuk mengadopsinya. Awalnya ia menolak karena ada pro kontra di tengah keluarga. Apalagi Chasyha saat itu merencanakan untuk melakukan bayi tabung.

Selama itu ia dan suami terus berdoa. Entah kenapa ia mendapatkan mimpi yang sama dengan suaminya. "Mimpi nganterin anak ke TK, tapi pas pulang bukan kita yang jemput, kayak bukan anak kita," katanya. Semenjak itu ia dan suami terus merapalkan doa. Chasyha malah memikirkan sang ibu biologis dan nasib anaknya jika sudah lahir. Dari sanalah mereka memutuskan untuk mengadopsi Bara. Bulan Desember 2016, Bara lahir ke dunia.

2. Sebuah keajaiban datang. ASI-nya keluar perlahan kurang dari lima minggu

Kisah Chasyha, Perempuan yang Belum Pernah Hamil Tapi Bisa MenyusuiDok.Energy of ASI

Perjalanan mereka belum selesai. Sebelum Bara lahir, Chasyha mulai merenung, bagaimana caranya ia memberikan ASI kepada anaknya nanti? Bisakah ia memberikan ASI-nya secara alami? Di tengah pergulatan itu, ia mendapat saran dari kerabatnya supaya menghubungi seorang dokter yang ahli di bidang ASI.

Tepat tanggal 21 November 2016, mereka bertemu dr Oka Dharmawan IBCLC MARS, seorang konsultan ASI di Bali. Dokter Oka menawarkan program induksi laktasi. Program ini dikhususkan buat perempuan yang tidak hamil namun bisa memberikan ASI kepada seorang anak.

Sebagai bagian dari proses induksi laktasi, ia harus mengonsumsi Domperidone tiga kali dan pil kontrasepsi untuk satu siklus pada jam yang sama setiap harinya. Pengobatan ini, dari penjelasan dokter Oka, gunanya untuk merangsang pembentukan hormon seperti dalam kondisi orang hamil.

Seminggu mengonsumsi obat tersebut, ada perubahan dalam tubuhnya. Seperti menurunnya gairah seks, nafsu makan bertambah, muncul jerawat di wajah dan punggung, payudara membesar dan areola yang melebar dan warnanya menggelap. Minggu berikutnya, Chasyha masuk ke tahap massage payudara dan pijat relaktasi. Dalam tahapan ini, ia dibantu oleh istri dokter Oka dan melibatkan suami Chasyha.

Selama proses pemijatan itu, sebuah keajaiban datang. ASI-nya keluar. Ia terus mencoba mempompanya hingga keluar butiran-butiran ASI, yang jika dikumpulkan hanya mendapatkan satu sendok makan. Ia masih ragu, apakah ASI tersebut boleh diberikan kepada Bara atau tidak, karena masih dalam proses treatment obat induksi laktasi.

Setelah konsultasi dan mendapatkan sinyal hijau, akhirnya ia meminumkan ASI untuk pertama kalinya kepada Bara, menggunakan sendok. Ini benar-benar anugerah baginya. Sebab kata dokter, proses untuk mengeluarkan ASI dengan metode induksi laktasi itu bisa menyita waktu antara tiga sampai enam bulan. "Puji Tuhan saya dikasih lima minggu sudah keluar ASI pertamanya," katanya mengisahkan.

Saat Bara berusia empat bulan, ASI-nya sempat berlebihan. Ia hanya memberikan lemak ASI-nya saja, karena kondisi badan Bara kecil pada waktu itu. Sedangkan airnya ditabung dan disimpan dalam kulkas.

"Saya punya tabungan dan ditaruh di kulkas. Tapi karena saya hanya ibu rumah tangga, ngapain harus menabung. Akhirnya beberapa pasien dokter Oka ada bayi prematur, saya bantu pakai donor ASI. Ternyata bermanfaat juga," jelas dia yang tidak berhenti melepaskan senyum sumringahnya.

3. Alami tongue tie, Chasyha harus menyusui dalam kondisi mulut Bara berdarah

Kisah Chasyha, Perempuan yang Belum Pernah Hamil Tapi Bisa Menyusuipexels.com/Dominica Roseclay

Ini adalah proses yang berat bagi Chasyha. Sebab saat Bara berusia satu bulan, keluarganya masih belum siap juga menerima keputusannya. Apalagi ketika berat badan Bara hanya naik sedikit dan sempat didiagnosa oleh dokter anak menderita penyakit kuning langka. Tanpa memeriksa lebih jauh lagi ke dokter anak lainnya, Chasyha langsung khawatir Bara diduga menderita penyakit tersebut. Suami dan keluarga mengatakan kalau ASI-nya tidak cocok. Seketika support system-nya mulai down. "Kalian yang saya butuhkan support-nya malah bikin saya down," katanya sambil menghela napas.

Ia lantas konsultasi ke dokter Oka dan disarankan untuk cek tounge tie. Benar adanya. Bara dalam kondisi tongue tie (ankyloglossia). Bayi yang mengalami tongue tie ini memiliki frenulum lidah (Jaringan tipis di tengah bagian bawah lidah, yang menghubungkan antara lidah dan dasar mulut) yang terlalu pendek. Biasanya bayi akan sulit mengisap payudara. Satu-satunya jalan adalah membedah dengan cara menggunting frenulum lidah sang bayi.

"Proses guntingnya berdarah-darah dan disuruh langsung menyusui. Begitu digunting, langsung diminta untuk menyusuinya. Saat buka baju itu gemetar. Saat keluarin payudara dan siap menyusui, saya lihat anak saya dalam kondisi berdarah. Saya jadi kayak menyusui drakula. Hati siapa yang gak hancur," jelasnya.

Lalu, momen berat lainnya adalah ketika gigi Bara tumbuh. Gigi Bara tumbuhnya satu per satu. Bisa dibayangkan bagaimana sakitnya seorang ibu menyusui ketika gigi anaknya baru tumbuh.

Tapi sekarang titik terberatnya adalah melepas Bara supaya tidak menyusui lagi. Meski Bara sudah mulai mau melepaskan ASI, namun sang ibu masih belum siap. Chasyha ingin terus menyusuinya. Karena di sana ada momen kedekatan emosionalnya bersama Bara.

4. Semua perempuan bisa mengeluarkan ASI, termasuk yang belum pernah hamil dan sudah lanjut usia

Kisah Chasyha, Perempuan yang Belum Pernah Hamil Tapi Bisa MenyusuiDok.Energy of ASI

Metode induksi laktasi ini tidak hanya bisa dilakukan perempuan yang pernah hamil dan melahirkan saja. Perempuan yang belum pernah hamil, dan menopause secara alamiah maupun karena operasi pengangkatan organ reproduksi, juga bisa mengeluarkan ASI. Termasuk juga seorang nenek.

"ASI bisa keluar setelah tiga minggu. Kalau ibu yang pernah hamil bisa lebih cepat. Kalau yang belum pernah hamil bisa keluar setelah tiga minggu. Kalau ibu menopause seperti nenek bisa keluar gak sampai tiga minggu sudah keluar," kata Oka Dharmawan IBCLC MARS, seorang konsultan ASI sekaligus Direktur Rumah Sakit Balimed Denpasar.

Untuk mengeluarkan ASI dengan metode Induksi laktasi ini bisa dilakukan dengan dua cara. Yaitu secara alami dan pengobatan hormonal. Hanya saja, proses alami memang membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan dipacu menggunakan obat. Metode yang alami, tinggal menyusui saja bisa keluar ASI-nya. Kalau menggunakan obat ada risiko, muncul efek sampingnya. Hormon-hormon reproduksinya akan muncul seperti ibu hamil.

"Kalau minum obat, setelah satu bulan akan terbentuk jaringan laktasinya dan sudah bisa menghasilkan ASI," jelasnya.

Untuk menjalankan metode ini, seorang perempuan ibu harus dalam kondisi percaya diri, optimis, dan yakin jika ASI-nya bisa keluar. Ia tidak boleh tertekan, banyak istirahat dan rileks saat menyusui. Ibu dan bayi harus sering melakukan skin to skin contact.

5. Sifat ibu yang menggunakan metode induksi laktasi ini akan menurun pada anaknya

Kisah Chasyha, Perempuan yang Belum Pernah Hamil Tapi Bisa MenyusuiDok.Energy of ASI

Dalam kisah yang dialami Chasyha ini, ia ternyata bisa menurunkan deoxyribonucleic acid (DNA) pada Bara, meski bukan ibu biologisnya. Sehingga ada kemungkinan karakter Chasyha bisa menurun pada Bara. Kenapa itu bisa terjadi?

Pada prinsipnya, selain tinggi protein, ASI memiliki sel induk atau stem cell yang mengandung gen ibu. Jika ditelan oleh bayi, maka gen ibu akan masuk. "Otomatis ia akan memiliki sifat seperti Chasyha karena paparan sel induk tersebut," ungkap dokter Oka.

"Di setiap tetes ASI itu ada cinta. Buat orang-orang yang sedang mengandung dan melahirkan, berikan ASI-nya. Pikirkan bahwa masih ada orang-orang yang gak bisa hamil tapi semangat menyusui. Kita saja bisa, pasti kalian lebih bisa. Percayalah ASI itu makanan terbaik," pesan Chasyha mengakhiri cerita.

Topik:

  • Irma Yudistirani

Berita Terkini Lainnya