Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Berbagai Sumber

Hari Ibu dirayakan secara nasional setiap tanggal 22 Desember. Tanggal 22 Desember 1928 merupakan kongres perempuan pertama di Indonesia. Sehingga tanggal tersebut untuk memeringati perjuangan perempuan dalam setiap akses di semua aspek kehidupan.

Kasih Ibu pun bagai Sang Surya yang menyinari dunia sepanjang masa. Berikut ini potret ibu tangguh di Bali:

1. Bunda Putu, mencurahkan hidupnya untuk membantu anak-anak berkebutuhan khusus

Putu Phuspawati Kula atau akrab disapa Bunda Putu. (Dok. Pribadi/Ari Budiadnyana)

Putu Phuspawati Kula mengawali kariernya sebagai seorang guru. Pada tahun 2015, ia mulai belajar untuk melakukan terapi terhadap anak-anak berkebutuhan khusus, atau yang sering disebut autis. Ia kemudian membuka tempat terapi gratis di rumahnya, dibantu oleh beberapa relawan dari beberapa komunitas.

Bunda Putu, begitu ia biasa dipanggil, lalu membentuk yayasan untuk membantu anak-anak berkebutuhan khusus. Namanya adalah Yayasan Sehati Bali. Atas dukungan keluarga dan suaminya, yayasan ini sekarang berada di lokasi yang layak untuk merawat anak-anak berkebutuhan khusus, yaitu Jalan Ken Arok, Kota Denpasar.

Bunda Putu bersama beberapa pengajar dengan sabar dan tidak kenal lelah untuk membimbing anak-anak berkebutuhan khusus ini. Bunda Putu menggunakan dana pribadi, dan beberapa bantuan dana dari keluarga maupun donatur untuk operasional sehari-hari yayasannya.

2. Ibu Badengwati, juara dunia silat yang terlupakan

Ni Wayan Badengwati. (Dok. Ni Wayan Badengwati)

Tidak banyak yang mengetahui kalau Ni Wayan Badengwati adalah seorang mantan juara dunia pada kejuaraan pencak silat tahun 1982. Ibu Badeng adalah satu dari pendekar silat yang pernah mengharumkan nama Bali maupun Indonesia.

Namun setelah berhasil berprestasi, perhatian yang diperoleh Ibu Badeng terkait prestasinya ini masih minim. Ibu empat orang anak ini tidak memiliki pekerjaan tetap. Ia sempat bekerja sebagai buruh angkut atau tukang suwun di Pasar Badung. Ia juga kerap disuruh membantu bersih-bersih ketika ada kegiatan olahraga di GOR Lila Buana, Kota Denpasar.

Semoga pemerintah bisa lebih memerhatikan Ibu Badeng yang telah mengharumkan Bali dan Indonesia ini ya.

3. Odah Kartih, di usia senja tetap semangat berjualan keliling sambil berjalan kaki

Ni Wayan Kartih. (Dok. Pribadi/Ari Budiadnyana)

Bagi Ni Wayan Kartih atau Odah Kartih, usia senja bukan halangan untuk mencari rejeki. Odah Kartih tetap semangat berjualan keliling sambil berjalan kaki setiap harinya. Ia berjualan di seputaran Jalan Nusakambangan dan Jalan Pulau Sulawati, Kota Denpasar.

Odah Kartih menjual aneka masakan tradisional seperti bubur injin, kolak, daluman, dan bubur bumbu bali yang dijual mulai Rp5 ribu. Ia biasanya mulai berjualan keliling sekitar pukul 09.00 Wita. Odah Kartih sudah melakukannya sejak remaja, di mana ia berjualan dengan senang hati dan penuh semangat demi keluarganya tercinta.

4. Odah Jaran, penjual lawar legendaris di Sanur

Odah Rimen atau Odah Jaran Sanur. (YouTube.com/Bali Foodie)

Dilansir kanal YouTube Bali Foodie, Odah Rimen telah berjualan lawar sapi sejak tahun 80-an di Sanur, Kota Denpasar. Usianya 86 tahun, namun Odah Rimen masih aktif berjualan lawar sapi yang dikenal dengan nama Odah Jaran Sanur, dan menjadi penjual lawar legendaris di Sanur.

Dengan penampilan khas yang meletakkan handuk di kepalanya ini, ia setiap pukul 09.00 Wita menyiapkan warungnya. Menurut menantunya yang ikut mendampingi berjualan, Odah Rimen lebih senang menjajakan lawar dan menolak kalau disuruh beristirahat saja di rumah.

5. Ibu Kadek, 20 tahun lebih berjualan camilan tradisional di Sanur

Ibu Kadek bersama suami. (Dok. Pribadi/Ari Budiadnyana)

Selain Odah Rimen, Ibu Kadek juga terkenal sebagai penjual kuliner yang sudah cukup lama berjualan aneka camilan tradisional. Ibu Kadek sudah 20 tahun lebih berjualan camilan di sebelah utara wantilan Desa Adat Intaran, Sanur, Kota Denpasar.

Ia tanpa lelah setiap pagi mempersiapkan pisang goreng, nangka goreng, jagung rebus, ubi rebus, kacang rebus, hingga rujak yang akan dijual di warung sederhananya. Biasanya Ibu Kadek berjualan ditemani oleh sang suami.

Ibu-ibu tangguh ini bisa menjadi inspirasi, khususnya untuk para millennial agar tidak mudah menyerah. Peran mereka tidak bisa dipandang sebelah mata. Mereka juga seorang pejuang. Selamat Hari Ibu, sehat dan bahagia selalu!

Editorial Team