Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

5 Filosofi Kuat dari Kelomang, Si Kecil yang Punya Hati Besar

ilustrasi kelomang (pixabay.com/nicolo_dona)

Kelomang itu barangkali sangat kecil di mata kita. Tapi, di balik tubuhnya yang mungil, dan jalannya yang lamban, ada filosofi hidup yang tidak main-main. Ia tidak hanya bertahan hidup dengan cangkangnya, tapi juga mengajarkan untuk tetap tenang dalam bertumbuh.

Yuk, resapi filosofi dari kelomang yang diam-diam relevan dan relate dengan kehidupan manusia. Baca artikel ini hingga tuntas, agar pemahaman yang diperoleh kian luas.

1. Berani tumbuh harus rela kehilangan

ilustrasi kelomang (pixabay.com/LehaniAni)

Ketika tubuhnya kian membesar, maka kelomang hanya punya satu pilihan. Ia harus meninggalkan cangkang lamanya, meskipun itu adalah rumah yang pernah melindungi ia dari jahatnya dunia luar. Sebab, jika ia tetap tinggal, maka ia tidak akan bisa bertumbuh.

Sama halnya dengan kita. Terkadang dituntut untuk meninggalkan beberapa hal dalam hidup kita jika ingin berkembang ke arah yang lebih maju. Seperti menanggalkan hubungan yang tidak sehat, atau kebiasaan buruk yang bikin kita diam di tempat.

2. Proses menjadi lebih kuat kadang berawal dari kerapuhan

ilustrasi kelomang (pixabay.com/EllenChan)

Saat periode moulting, tubuh kelomang menjadi lunak dan rentan. Sehingga ia harus bersembunyi di dalam tanah. Sembari menunggu eksoskeleton barunya berubah mengeras. Proses itu tidak mudah, tapi ia tetap melaluinya.

Terkadang kita juga melewatkan momen-momen di mana kita merasa lemah dan tidak punya pelindung. Tapi dari kejadian seperti itu, kita dapat membangun kekuatan dan keyakinan yang lebih tangguh.

3. Pandai memanfaatkan apa yang ada

ilustrasi kelomang (pixabay.com/ambadysasi)

Kelomang tidak membuat cangkangnya sendiri. Ia berpindah-pindah dan berganti cangkang seiring bertambahnya ukuran tubuhnya. Ia pandai menemukan celah dengan tidak menciptakan segalanya, tapi memanfaatkan apa yang ada.

Kita juga demikian. Tidak mesti punya segalanya untuk mampu bertahan. Terkadang, dengan lihai melihat peluang, ilmu, atau jaringan yang luas, itu sudah menjadi senjata yang luar biasa.

4. Ada waktunya kita menepi, untuk menampung kekuatan

ilustrasi kelomang (pixabay.com/nicolo_dona)

Ketika proses moulting berlangsung, kelomang tidak menampakkan dirinya pada dunia luar. Tidak, bukan bermaksud takut, tapi itu adalah langkah yang bijak. Sebab ia tengah membentuk versi dirinya yang lebih siap.

Sama halnya dengan kita. Kita perlu untuk diam sejenak. Menepi dari hiruk pikuk dan ingar bingar dunia. Kemudian, kita kembali dengan tampilan yang lebih mengesankan. Usai berjibaku dengan penempaan.

5. Ia punya hati yang besar

ilustrasi kelomang (pixabay.com/snibl111)

Sepanjang hidupnya, kelomang adalah makhluk yang berpindah-pindah rumah. Setiap tubuhnya berubah ukuran, ia dengan besar hati mencari cangkang baru. Karena ia tahu konsekuensi yang dihadapinya.

Itu menunjukkan, kalau punya hati yang lapang itu bukan berarti tidak pernah gentar, tapi tetap berani mengambil keputusan, meski harus merasakan sakit berkali-kali.

Pada akhirnya, kelomang adalah hewan yang mampu bertahan, bertumbuh, dan beradaptasi dengan tenang pada kehidupannya. Kita bisa banyak belajar darinya, dengan tetap berbesar hati untuk siap melepaskan, dan bertumbuh lebih baik lagi.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Topics
Editorial Team
Irma Yudistirani
EditorIrma Yudistirani
Follow Us