Fakta film dokumenter berjudul Balada Srikandi: Antara Karya dan Stigma. (IDN Times/Ayu Afria)
Sementara itu Kepala Dinas Kebudayaan Kota Denpasar, Raka Purwantara, mengungkapkan tayangan ini diharapkan menjadi media edukasi masyarakat Bali dan umum. Ia mengakui bahwa budaya ketimuran di Indonesia memang perlu beradaptasi dengan kehidupan-kehidupan yang terjadi di dalam masyarakat Indonesia.
“Berharap tayangan-tayangan ini akan menggungah hati dan pikiran masyarakat kita bahwa mereka itu di kehidupan tidak hanya laki-laki dan perempuan. Ada di antara itu yang memang perlu diayomi. Jadi jangan berkecil hati,” jelasnya.
Pihaknya mendukung publikasi karya-karya semacam ini untuk tujuan mengedukasi masyarakat.
Ditambahkan oleh Kepala Dinas Sosial Kota Denpasar, IGA Laxmy Saraswaty, bahwa pihaknya mendukung karya-karya positif dari para kelompok marginal, terutama transpuan. Dinas Sosial Kota Denpasar membuka kerjasama pelatihan dan lomba untuk kalangan minoritas tersebut guna menunjukkan karya-karya positif mereka.
“We can do something together. Tapi ada satu hal, hal-hal negatifnya lebih diminimalisir. Kita gaungkan lebih positif, harus positifnya dilihat. Untuk mendapatkan kepercayaan masyarakat,” jelasnya.