Pertama Kalinya! Siswa Berkebutuhan Khusus Bisa Ikut Pameran di PKB

Semoga mereka makin semangat berkarya ya

Banyak orang beranggapan, anak-anak berkebutuhan khusus (Disabilitas) tidak bisa kreatif dan melakukan hal-hal bermanfaat. Namun anggapan itu bisa ditepis ketika mereka bisa menghasilkan sebuah karya. Sayangnya, tidak banyak ruang bagi anak berkebutuhan khusus untuk menampilkan karya-karya terbaiknya.

Nah, pada ajang Pesta Kesenian Bali (PKB) XLI tahun 2019 yang dipusatkan di Art Center Denpasar, anak-anak disabilitas dari Sekolah Luar Biasa (SLB) di Bali dapat kesempatan lho dari Pemerintah Provinsi Bali melalui Dinas Pendidikan. Untuk pertama kalinya mereka ikut pameran, bahkan mendapat tempat yang istimewa dan strategis. Lokasi stand pameran mereka berada tepat di pintu masuk Gedung Ksirarnawa Art Center Denpasar.

1. Pameran hasil karya anak berkebutuhan khusus merupakan pameran bersama 16 SLB yang ada di Bali

Pertama Kalinya! Siswa Berkebutuhan Khusus Bisa Ikut Pameran di PKBIDN Times/Diantari Putri

Seorang guru SLB Negeri 1 Badung yang berjaga di stand siswa berkebutuhan khusus, Made Wirantini, mengatakan pameran ini merupakan pameran bersama sebanyak 16 SLB di Bali. Dalam satu kali pameran diisi sebanyak empat SLB. Kebetulan hari Senin (17/6) kemarin diisi oleh SLB B Negeri 1 Badung, SLB Negeri 2 Denpasar, SLB Negeri Klungkung, dan SLB Negeri Bangli. Setiap empat SLB mendapat jatah pameran selama 12 hari.

Pada Senin kemarin ada juga seorang siswi tuna rungu yang demo membatik. Namanya Andita Ayu Widyani. Gadis berusia 18 tahun ini merupakan siswi tuna rungu yang kini duduk di kelas IX SMP LB B Negeri 1 Badung. Dia piawai dalam menggoreskan lilin batik di atas kain berpola gambar bunga.

2. Anak-anak SLB sangat bangga bisa dapat tempat pameran khusus. Selama ini karya-karya anak disabilitas hanya berstatus 'numpang' di pameran orang lain

Pertama Kalinya! Siswa Berkebutuhan Khusus Bisa Ikut Pameran di PKBIDN Times/Diantari Putri

Wirantini tahu betul, bahwa anak-anak berkebutuhan khusus juga memiliki kemampuan dalam membuat karya-karya kreatif. Hanya saja belum banyak mendapat tempat tersendiri untuk berpameran. Biasanya karya-karya mereka bersifat ‘numpang’ di pameran orang lain. Justru pameran di PKB kali ini jadi momentum sangat baik. Mereka merasa sangat dihargai dan diperhatikan.

“Selama ini, produk hasil karya anak disabilitas selalu gabung, sering nyusup ke sanggar-sanggar, nitip barang di sana. Tapi sekarang anak-anak kami diberikan ruang khusus seperti ini. Mudah-mudahan dengan ini anak-anak jadi termotivasi, karena hasilnya layak jual dan bisa dibeli oleh masyarakat umum,” harapnya.

3. Hasil karya kreatif dari anak berkebutuhan khusus sangat beragam, mulai jepit rambut hingga jam dengan pola uang kepeng

Pertama Kalinya! Siswa Berkebutuhan Khusus Bisa Ikut Pameran di PKBIDN Times/Diantari Putri

Meski memiliki keterbatasan tidak menyurutkan semangat siswa disabilitas untuk mengeksplorasi dirinya. Banyak hasil karya-karya anak berkebutuhan khusus yang patut diacungi jempol dan layak jual. Harga jualnya pun bervariasi per produk. Mulai Rp8 ribuan hingga ratusan ribu Rupiah. Siswa SLB B Negeri 1 Badung misalnya, menampilkan hasil karya membatik, puzzle dari keterampilan kayu, tutup kulkas dan galon, jepit rambut, dupa, piala, kaus dan lukisan.

Selain itu, siswa SLB Negeri Klungkung mencoba membuat produk kreatif dengan berciri uang kepeng seperti gantungan kunci, gelang, bingkai foto dengan pinggiran uang kepeng, bahkan jam dinding berpola uang kepeng. Sementara itu SLB Negeri Bangli dan SLB Negeri 2 Denpasar membuat produk kreatif berupa keben, tas, dompet, bantal, dan beberapa jenis kain.

4. Andita mengaku bangga dan lebih percaya diri

Pertama Kalinya! Siswa Berkebutuhan Khusus Bisa Ikut Pameran di PKBIDN Times/Diantari Putri

Andita Ayu Widyani, siswi tuna rungu dari SMP LB B Negeri 1 Badung yang melakukan demo membatik mengaku senang. Melalui bahasa isyarat yang diterjemahkan oleh gurunya, Wirantini, kini ia mengaku lebih percaya diri.

“Saya senang. Ini jadi motivasi bagi saya, karena karya-karya kami dilihat bagus. Saya jadi tambah semangat,” cerita Andita.

Siswi asal Lombok, Nusa Tenggara Barat ini menyukai batik sejak kelas VIII. Menurut gurunya, Wirantini, sewaktu kelas VII anak ini ikut keterampilan spa. Namun karena merasa passion-nya kurang dalam bidang tersebut, akhirnya Andita memilih pindah ke keterampilan membatik.

Siapa yang menyangka bakatnya membatik justru mengantarkan Andita menjadi pemenang dalam lomba keterampilan membatik tingkat provinsi. Tidak hanya itu, Andita juga akan mewakili Bali ke tingkat nasional, bulan Oktober mendatang di Bandung.

“Saya senang bisa dapat juara 1. Terus bisa mewakili Bali ke tingkat nasional. Apalagi bisa naik pesawat,” katanya dengan ekspresi tertawa.

5. Pada dasarnya anak berkebutuhan khusus merasa kurang percaya diri. Perlu melakukan pendekatan agar anak menemukan passion-nya

Pertama Kalinya! Siswa Berkebutuhan Khusus Bisa Ikut Pameran di PKBIDN Times/Diantari Putri

Wirantini mengungkapkan, tantangan mengajar anak disabilitas adalah melakukan pendekatan yang tepat agar anak bisa menemukan passion-nya. Anak disabilitas adalah tipe hidup berkelompok, yang pada dasarnya merasa kurang percaya diri.

“Contohnya Andita. Dia sebenarnya bisa membatik, tapi temannya tidak ada. Tantangannya di situ. Bagaimana kita bisa mengondisikan supaya dia kembali ke passion-nya yang sudah dimiliki. Sebagai guru harus bisa merayu dan melakukan pendekatan,” katanya.

Selain guru, orangtua dan orang-orang sekitar juga diharapkan memberikan dorongan serta semangat kepada sang anak, agar merasa dihargai dan diperhatikan.

Baca Juga: Kisah Chasyha, Perempuan yang Belum Pernah Hamil Tapi Bisa Menyusui

Topik:

  • Irma Yudistirani

Berita Terkini Lainnya