Kumpulan Nasihat Sri Krishna Tentang Kehidupan yang Tak Adil

Sebaiknya kamu baca ini kalau merasa tidak diakui orang lain

Kisah Mahabharata memberikan banyak pesan tentang kehidupan. Setiap tokoh yang berperan di dalamnya selalu menyelipkan nasihat. Apalagi ketika perang Bharatayuda antara saudara sepupu, yakni Pandawa dan Kurawa (Dinasti Kuru) di medan Kuruksetra. Banyak pencerahan yang bisa diambil dan dijadikan sebagai pedoman hidup.

Tiga panglima perang hebat yaitu Kakek Bhisma, Guru Drona, dan Ksatria Karna termasuk orang-orang yang mendapat pesan mendalam. Ketiga tokoh tersebut sebenarnya memiliki jiwa yang baik. Namun karena meninggalkan kebenaran dan pengetahuan yang sejati, mereka malah berada di pihak Kurawa yang jelas-jelas banyak melakukan ketidakbenaran sepanjang hidupnya.

Satu tokoh yang mendapatkan wejangan Sri Krishna adalah Ksatria Karna. Karna merupakan lawan yang sepadan untuk menantang Arjuna. Namun sayang, kisah hidupnya tak seindah Pandawa. Sejak kecil ia dibuang oleh ibunya, Dewi Kunti (Ibu dari Pandawa) karena suatu kesalahan sebelum pernikahan. Selama hidupnya, Karna ditimpa kemalangan karena tidak diterima oleh masyarakat.

Ia pun tak bisa membuat keputusan yang tepat. Ia malah memihak Kurawa di medan perang. Hal ini karena dia memiliki ikatan persahabatan dengan Duryodana, dan tak kuasa untuk menolaknya. Bahkan, Duryodana mengangkatnya menjadi raja di kerajaan Angga. Sehingga membuat Karna semakin memiliki hutang budi kepada Duryodana.

Di dalam pertempuran Bharatayuda, Sri Krisna pun memberikan wejangan (Nasihat) pada Karna sebelum akhirnya ikhlas menerima kematiannya.

Baca Juga: 4 Wejangan Sri Krishna Tentang Cinta Buta Pada Anak

1. Karna dibuang karena Dewi Kunti coba-coba mengucapkan mantra pemberian Rsi Durwasa. Akibatnya, Dewi Kunti memiliki anak sebelum ia menikah

Kumpulan Nasihat Sri Krishna Tentang Kehidupan yang Tak AdilPinterest.com/Desakdek Ratna

Kisah Karna memang malang sejak awal. Sejak dilahirkan, ia harus dibuang oleh ibunya sendiri, Dewi Kunti. Dalam Epos Mahabharata diceritakan, bahwa Dewi Kunti diberikan hadiah mantra oleh Rsi Durwasa, yakni ilmu mantra untuk memanggil para dewa. Karena penasaran, Dewi Kunti mencoba mantra tersebut untuk memanggil Dewa Surya.

Dewa Surya hadir di hadapannya. Sebagai akibatnya, Dewa Surya menganugerahi Kunti seorang anak bernama Karna. Sejak lahir, Karna sudah dibekali perlengkapan perang seperti perisai, anting, dan kalung pemberian Dewa Surya. Namun Kunti menolaknya karena ia mengaku hanya ingin mencoba ilmu tersebut. Pemberian Dewa Surya pun tidak dapat dikembalikan. Akhirnya Kunti memiliki anak sebelum menikah.

Kunti kalut lantaran dirinya belum menikah tapi sudah memiliki seorang anak. Kunti takut hal ini membawa aib bagi keluarganya. Untuk menjaga nama baik keluarga, terutama ayahnya yang menjadi raja di Kerajaan Kuntiboja, Kunti terpaksa membuang Karna.

Karna terbawa arus sungai dan ditemukan oleh seorang kusir kereta kerajaan Dinasti Kuru bernama Adirata. Karna diasuh oleh Adirata dan istrinya, Radha. Karna pun dikenal dengan nama lain yakni Radheya atau anak Radha.

2. Karna ingin menjadi seorang ksatria. Namun kala itu masyarakat menolaknya karena merupakan anak seorang kusir

Kumpulan Nasihat Sri Krishna Tentang Kehidupan yang Tak AdilHotstar.com

Sejak remaja Karna sudah menunjukkan ketertarikannya pada dunia perang. Karna begitu ingin menjadi seorang perwira kerajaan. Dirinya lalu mendaftar kepada Guru Drona, guru dari Pandawa dan Kurawa, sebagai muridnya. Namun karena Karna tidak berasal dari golongan ksatria, Drona menolak. Tidak hanya Guru Drona, bahkan masyarakat pun menolak keinginan Karna. Karena pada zaman itu, tidak lazim seorang yang bukan dari golongan ksatria memperoleh ilmu keperwiraan.

Karna kecewa dengan penolakan Guru Drona. Ia bertekad dengan mencari guru lain yakni Bhagawan Parasurama, seorang brahmana-kesatria yang hanya mau menerima murid dari golongan brahmana. Karena syarat itu, Karna sampai harus menyamar sebagai seorang Brahmana atau pendeta agar bisa berguru pada Bhagawan Parasurama. Karna akhirnya diangkat menjadi murid.

Semua ilmu yang diajarkan telah dikuasai. Namun pada suatu hari, penyamaran Karna sebagai seorang brahmana terbongkar. Gara-garanya, Karna memiliki kekuatan untuk menahan rasa sakit ketika digigit oleh serangga meskipun berdarah-darah. Hal tersebut diketahui Bhagawan Parasurama. Ia sadar jika Karna bukan dari golongan brahmana, melainkan seorang ksatria.

Karena dibohongi, Bhagawan Parasurama mengutuk Karna. Kelak, pada saat bertarung melawan musuh terhebatnya, ia akan lupa pada semua ilmu yang diajarkan. Pada hari-hari terakhirnya berperang melawan Arjuna, Karna kehilangan konsentrasi dan lupa akan semua ilmu yang diajarkan oleh Bhagawan Parasurama.

3. Karna memihak Duryodana dalam perang Bharatayuda

Kumpulan Nasihat Sri Krishna Tentang Kehidupan yang Tak AdilIndiaforums.com

Setelah mahir, Karna diam-diam memerhatikan tes kemampuan yang diperuntukkan untuk Pandawa dan Kurawa di kerajaan Hastinapura, ketika sudah menyelesaikan pendidikan di Ashram Guru Drona. Pada saat Arjuna berusaha mengalahkan Duryodana dengan seni memanahnya, tiba-tiba panah dari Karna melesat menyelamatkan Duryodana.

Namun kemampuan Karna yang setara dengan golongan ksatria itu justru mendapat cemoohan. Tidak saja dari para ksatria, namun celaan juga datang dari masyarakat biasa yang menganggap seorang anak kusir tak pantas memegang panah.

Duryodana yang menyadari ada kekuatan yang juga ingin melawan Pandawa, terutama Arjuna, justru memanfaatkan situasi ini. Ketika semua menolak keberadaan Karna, Duryodana dengan niat tertentu justru mengangkatnya menjadi raja di kerajaan Angga. Sehingga membuat Karna berutang budi pada Duryodana, dan berada di pihaknya. Karna merasa hanya Duryodana yang memberinya kedudukan, harga diri, dan kehormatan.

Di medan pertempuran, setelah Kakek Bhisma dan Guru Drona gugur, harapan terakhir Duryodana hanyalah Karna, sahabatnya. Maka, Karna diangkat oleh Duryodana sebagai panglima perang selanjutnya. Dulunya, Karna menganggap Arjuna adalah lambang penghinaan. Sehingga Karna bersumpah ingin membunuh Arjuna di medan peperangan. Namun ketika mengetahui Pandawa adalah saudaranya, Karna jadi sempat bimbang. Akhirnya Karna berpikir perang harus dilanjutkan hingga kebenaran bisa ditegakkan.

4. Jangan mengeluhkan kemalangan hidup. Jika kehidupan tak adil kepadamu, bukan berarti kau berhak untuk menempuh jalan yang tidak benar

Kumpulan Nasihat Sri Krishna Tentang Kehidupan yang Tak AdilGorodvo.ru

Roda kereta perang Karna terperosok ke dalam lumpur dan kusirnya sendiri, Raja Madra, tak mau membantu untuk membenarkan posisi kereta itu. Dengan terpaksa, Karna meletakkan senjatanya dan membetulkan sendiri roda kereta perangnya. Ketika itulah Arjuna bersiap-siap hendak memanah Karna. Namun Karna mengingatkan agar Arjuna bertanding secara fair pada saat sama-sama memegang senjata.

Arjuna tak bergeming dan tetap membidikkan anak panahnya. Karna yang geram akhirnya mengancam akan menggunakan senjata Brahmastra, yang kekuatannya dapat meluluhlantakkan jagat raya. Namun sayang ketika memanggil senjata Brahmasta itu, Karna kehilangan konsentrasi dan lupa akan semua ilmu yang diajarkan oleh Bhagawan Parasurama. Kutukan Bhagawan Parasurama datang di saat-saat terakhir Karna. Sri Krishna lalu datang untuk memberikan wejangan kepada Karna.

Karna: Kenapa aku tidak bisa menjadi yang terhebat, Basudewa? Kenapa aku harus berkompromi dengan hidupku ini? Masyarakat selalu menghancurkan semua kemungkinanku. Mereka tidak memberikan rasa hormat pada kekuatanku. Mereka tidak mau menerima mimpiku. Mereka selalu menghinaku dengan memanggilku sebagai anak kusir. Kemungkinan-kemungkinan yang diberikan oleh Yang Kuasa, adalah hak semua manusia juga. Basudewa, lalu kenapa masyaarakat ini mengasingkan seseorang dari hak-haknya sendiri?

Sri Krishna: Itu adalah kejahatan yang serius, Anak Radha. Melecehkan manusia berdasarkan kasta dan kepercayaan berdasarkan keyakinan yang salah, membuat seseorang itu diasingkan dari masyarakatnya. Dari tujuan yang benar, harta maupun kehormatan. Itu bertentangan dengan kemanusiaan

Karna: Lalu kenapa aku yang disalahkan, Basudewa? Jika ketidakpuasan terlahir bersamaku, jika aku memang mampu dan aku mencoba mendapatkan hakku dengan kekuatanku ini, apakah aku melakukan kesalahan, Basudewa?

Sri Krishna: Ada suatu waktu, Raja Angga, ketika Kartawirya Arjuna, seorang ksatria pernah menghabisi pertapa hebat. Tahukah kau apa yang anak pertapa itu lakukan? Meskipun menderita, dia bermeditasi. Karena ayahnya sang pertapa hebat telah dihabisi, dia ingin tahu dimana ketidakbenaran itu. Dia lupa terhadap penderitaannya sendiri.

Mengambil penderitaan dari seluruh masyarakat, dan dengan menghancurkan semua ksatria yang tidak benar, dia menyucikan seluruh wilayah Arya karena dia telah mendapat mantra ini dari hidupnya. Dia berada di neraka hanya karena ingin balas dendam. Atau dia tidak akan disebut Bhagawan Parasurama saat ini.

Kau memiliki kemungkinan-kemungkinan itu. Kau memiliki kemampuan, dank au sudah tahu seperti apa rasanya penderitaan. Tapi kau tidak mengabdikan hidupmu untuk orang lain (masyarakat). Kau malah mengabdikan hidup kepada seseorang seperti Duryodana. Dia tidak memiliki apapun kecuali ketidakbenaran. Lihatlah keadaanmu sekarang, kau tetap saja mendukung Duryodana. Kau juga menjadi bagian dari dosa ikut membuka pakaian Pancali (Drupadi). Kau tidak bisa menghargai ibumu sendiri. Kau bahkan mampu menghabisi putra dari adikmu sendiri (Putra Arjuna, Abimanyu). Hari ini dengan hilangnya kebenaranmu itu, maka hilanglah seluruh pengetahuan dan kepuasanmu itu.

Karna: Kau memang benar, Basudewa. Tapi aku tidak bisa melupakan kebaikan temanku, Duryodana selama ini

Sri Krishna: Kebaikan apa, Anak Radha? Setelah menjadikanmu teman baiknya, apakah Duryodana memberikan semua kusir dan mereka yang lemah yang ada di kerajaan Hastinapura hak untuk mendapatkan pengetahuan? Apakah dia membantu masyarakatnya dari perbuatan jahat dan merugikan? Tidak! Dia hanya menjadikanmu teman hanya untuk keuntungannya sendiri. Semangatmu untuk bersaing melawan Arjuna adalah alasan kenapa dia ingin berteman denganmu. Kau sudah dimanfaatkan oleh Duryodana, karena tidak tahu kebenaran dari pertemanan palsu yang dikembangkan oleh Duryodana selama ini.

Jika Duryodana memang benar-benar ingin membantumu, maka dengan perantaranya kau akan bisa membantu mengatasi masalah yang ada di dunia ini. Yang sebenarnya adalah kau seharusnya bisa membebaskan dia dari semua ketidakbenaran dan kejahatan. Tapi kau tidak pernah tahu kebenaran ini

Karna: Seluruh hidupku ini aku telah memberikan kepada mereka yang malang, Basudewa. Aku bahkan tidak menyimpan apa pun untuk keuntunganku sendiri

Sri Krishna: Manfaat sejati dari membagi kekayaan, untuk memberikan pemberi amalnya, bukan yang menerimanya. Seandainya kau menggunakan kemampuanmu itu untuk membebaskan mereka dari orang-orang sepertimu, maka setiap orang pasti akan menikmatinya. Kau bilang bahwa masyarakat telah menghancurkan semua kemungkinanmu. Tetapi nilai dari semua kemungkinan itu diberikan oleh Yang Kuasa. Kau tidak akan bisa mengetahuinya.

Seseorang yang hidup untuk masyarakat akan menjadi orang yang bermanfaat. Tetapi seseorang yang hidup semata-mata untuk dirinya sendiri, tidak saja merugikan diri sendiri tetapi juga seluruh masyarakat. Pembantaian di medan Kuruksetra hari ini, bukanlah semata-mata karena Duryodana ataupun paman Sangkuni. Ini karena dosa dari tiga ksatria, Bhisma yang Agung, Guru Drona, dan kau Anak Radha. Kalian bertiga telah meninggalkan apa yang kalian anggap benar untuk kesejahteraan masyarakat. Bila kalian tidak membantu Duryodana dalam perang ini, maka perang ini tidak akan terjadi

Karna: Kau memang benar, Basudewa. Bahkan ketidakbenaran seharusnya tidak menyakiti masyarakat. Tapi ternyata dibiarkan saja karena kelambanan dalam kebenaran. Dosa dari perang besar ini adalah beban yang harus kita tanggung.

5. Pengetahuan yang dikumpulkan dengan cara menjauhi moral, akan selalu meninggalkan manusia di saat krisis

Kumpulan Nasihat Sri Krishna Tentang Kehidupan yang Tak AdilWattpad.com

Ketika memanggil senjata Brahmasta, Karna kehilangan konsentrasi dan lupa akan semua ilmu yang diajarkan oleh Bhagawan Parasurama. Kutukan Bhagawan Parasurama datang di saat-saat terakhir Karna. Sri Krishna pun memberikan wejangan tentang pentingnya memahami nilai dari pengetahuan. Berikut wejangannya:

Sri Krishna: Pengetahuan yang dikumpulkan dengan cara menjauhi moral, akan selalu meninggalkan manusia di saat krisis. Ini bukan kutukan dari Bhagawan Parasurama, Raja Angga Karna. Tetapi karena hukum alam

Karna: Tapi aku tanpa kenal lelah selalu berusaha untuk mendapatkan pengetahuan. Lalu bagaimana aku bisa melupakan pengetahuanku itu?

Sri Krishna: Kenapa kau berusaha untuk mendapatkan pengetahuan itu, Raja Angga? Apakah kau mengerti pentingnya pengetahuan? Saat mendapatkan pengetahuan, apakah kau berkeinginan untuk bisa berguna di masyarakat? Atau kau hanya ingin mendapatkan pengetahuan hanya demi balas dendam atas hinaan terhadap dirimu?

Sebenarnya untuk bisa mendapatkan pengetahuan, seseorang tidak perlu terlalu bekerja keras. Hanya dengan konsentrasi dan pengabdian saja sudah cukup. Pengetahuan adalah kualitas yang tidak sulit dari jiwa. Kau itu manusia pintar. Kau bilang, saat memanggil pengetahuan kenapa pikiranmu tidak bisa fokus?

Ketika seseorang dianggap mengerti akan pengetahuan, maka untuk mendapatkan sesuatu dia harus mempersiapkan pengetahuannya. Dan ketika dia mendapatkannya, dia malah tidak dapat menenangkan pikirannya. Seseorang yang bisa mendapatkan pengetahuan dengan mengerti nilainya, pasti hebat dalam bidangnya. Tapi seseorang yang menginginkan pengetahuan dengan tujuan untuk mendapat sesuatu, akan terus bersaing sepanjang hidupnya untuk membuktikan dirinya yang hebat. Tapi dia tidak akan pernah jadi hebat.

Kau juga punya pengetahuan dengan tujuan tertentu. Meski memiliki perlindungan dari dewa, kau tetap tidak bisa menenangkan pikiranmu. Kau tetap saja ingin bersaing dengan Arjuna. Tujuanmu untuk mendapatkan pengetahuan sudah tidak benar. Jadi kau berpeluang untuk melupakan pengetahuanmu sendiri, Raja Angga.

6. Karna dikenang sebagai ksatria yang hebat dan tangguh

Kumpulan Nasihat Sri Krishna Tentang Kehidupan yang Tak AdilBy Arjuna and His Charioteer Krishna Confront Karna via wikimedia.org

Setelah mendapatkan pencerahan dari Sri Krishna, Karna bersiap menerima kematiannya. Namun satu hal yang menjadi pertanyaan, apakah setelah gugur nanti namanya akan mendapatkan pengakuan sebagai seorang ksatria yang hebat? Krishna menjawab, bahwa apa yang terjadi di hari-hari terakhirnya akan menunjukkan kemampuannya di mata dunia. Berikut percakapannya:

Karna: Tolong sampaikan pada Ibu Kunti agar mau memaafkanku. Katakan juga pada Pancali (Drupadi) bahwa aku telah menumpahkan darahku untuk menghapus noda atas penghinaan yang ku lakukan. Aku hanya punya satu pertanyaan, akankah kemampuanku ini tidak akan pernah punya pengakuan selamanya?

Krishna: Anak Radha, kau tidak punya busur di tanganmu. Saat ini roda keretamu pun masuk ke dalam lumpur. Kau juga lupa dengan semua pengetahuanmu saat ini. Kita pun harus bisa mengambil keuntungan dari situasi-situasi ini untuk menghabisimu. Bukankah ini akan menjadi bukti dari kemampuanmu?

Dalam keadaan tak bersenjata, Arjuna pun memanah Karna karena desakan Sri Krishna. Sri Krishna mengingatkan bahwa Karna sesungguhnya juga melakukan kecurangan karena ikut turut mengeroyok Abimanyu, putra Arjuna dalam perang sebelumnya. Teringat akan kematian anaknya, Arjuna pun tanpa ragu membidikkan anak panahnya di leher Karna. Dengan demikian, Karna dikenang sebagai ksatria hebat karena saat dibunuh ia tanpa bersenjata. Bahkan hingga kematiannya tiba, terbukalah tabir rahasia kelahiran Karna bahwa sesungguhnya Karna adalah kakak tertua dari Pandawa.

Topik:

  • Irma Yudistirani

Berita Terkini Lainnya