5 Culture Shock Ketika Baru Pertama Kali ke Bali

Kamu pernah mengalami culture shock apalagi nih?

Seseorang yang berada di lingkungan baru terkadang mengalami culture shock atau keterkejutan budaya. Hal ini merupakan reaksi emosi terhadap perbedaan budaya di lingkungan baru yang tak terduga dan di luar ekspekstasi.

Bagi yang baru pertama kali mengunjungi Pulau Bali, tentunya sebagian besar akan mengalami culture shock tersebut. Mengingat Bali memiliki berbagai macam budaya sekaligus menjadi ciri khas yang membedakannya dengan daerah lain.

Berikut 5 culture shock ketika baru pertama kali ke Bali:

Baca Juga: Syarat Masuk Agama Hindu, Harus Melalui Ritual Sudhi Wadhani

1. Banyak patung dan pura

5 Culture Shock Ketika Baru Pertama Kali ke BaliFoto hanya ilustrasi. (IDN Times/Irma Yudistirani)

Baru menginjakkan kaki di Bali, sudah disuguhi oleh arsitektur patung di mana-mana. Karya seni patung termasuk kekayaan budaya yang diwariskan kepada masyarakat Bali. Sehingga berkembang pula perajin patung di Pulau Dewata.

Sejumlah patung ikonik yang kerap dijumpai adalah patung Garuda Wisnu Kencana (GWK), patung Dewa Ruci, patung Catur Muka, patung Titi Banda (Rama Sita), dan lainnya. Dalam bentuk kecil, patung-patung juga juga menghiasi sebagian besar pintu masuk rumah orang Bali. Tidak hanya itu, sejumlah patung khusus juga dianggap sebagai simbol suci bagi umat Hindu Bali.

Sementara itu, buat yang baru pertama kali ke Bali juga akan melihat banyaknya pura. Menurut kosmologi Pulau Bali, sesungguhnya setiap arah penjuru angin dikelilingi oleh pura. Karenanya, Bali juga disebut dengan Pulau Seribu Pura. Masyarakat Bali, terutama beragama Hindu, pasti memiliki pura kecil di rumahnya yang disebut dengan sanggah kemulan.

Pura di Bali pun memiliki berbagai tingkatan. Ada yang dinamakan Pura Kahyangan Jagat, ada pura untuk penghormatan silsilah keluarga, termasuk pura untuk keluarga sebagai tingkatan terkecil. Selain itu pura juga dapat ditemukan di pasar, sawah, perkantoran, dan lainnya yang bertujuan untuk penghormatan kepada Tuhan Yang Maha Esa sebagai sumber rezeki.

Baca Juga: Mengapa Bali Disebut Pulau Dewata dari Sisi Kosmologi dan Sejarah

2. Orang beribadah atau sembahyang di jalanan

5 Culture Shock Ketika Baru Pertama Kali ke BaliFoto hanya ilustrasi. (IDN Times/Imam Rosidin)

Wisatawan yang datang ke Bali juga akan terkejut melihat masyarakat Bali turun ke jalan untuk beribadah. Misalnya di persimpangan jalan atau bundaran tengah kota. Masyarakat Hindu Bali meyakini, bahwa persimpangan adalah pusatnya energi alam. Karena itu, tempat-tempat tersebut dijadikan sebagai satu titik persembahyangan dengan tujuan penghormatan kepada alam.

Perlu diketahui, masyarakat Hindu Bali memegang konsep kehidupan yang dinamakan Tri Hita Karana yakni tiga penyebab keharmonisan. Antara lain hubungan manusia dengan Tuhan (Parahyangan), hubungan manusia dengan manusia (Pawongan), serta hubungan manusia dengan alam (Palemahan). Ketiga hubungan ini senantiasa diupayakan agar selalu seimbang dan harmonis.

Ada juga masyarakat Hindu Bali yang upacara di jalanan tertentu lantaran sebuah musibah, seperti kecelakaan misalnya. Upacara ini disebut dengan Ngulapin. Masyarakat Hindu Bali percaya jika seseorang yang terkena musibah di jalan, maka emosi dan kesadarannya akan terkejut.

Dengan mendoakan di tempat kejadian, diharapkan bisa mengurangi bahkan menghilangkan trauma seseorang akan kecelakaan yang dialami.

Baca Juga: Jadwal Hari Raya Hindu Bali Terbaru Tahun 2022

3. Menunjuk arah mata angin ketika ada orang yang bertanya

5 Culture Shock Ketika Baru Pertama Kali ke BaliFoto hanya ilustrasi. (IDN Times/Gregorius Aryodamar P)

Meski sudah ada penunjuk arah online seperti Google Maps, namun masih ada yang kebingungan mencari lokasi. Sehingga ia pasti akan bertanya kepada masyarakat sekitar. Uniknya, jika bertanya tempat tujuan di Bali, masyarakat sekitar akan menunjukkan dengan menyebut arah mata angin, bukan petunjuk menggunakan tangan ke arah kanan, kiri, atau lurus. 

Umumnya orang lebih mudah memahami penunjuk arah dengan kata kiri, kanan, lurus, depan, dan belakang. Tapi tidak dengan orang Bali. Masyarakat Bali paling sering membantu wisatawan dengan menunjuk arah mata angin seperti barat, utara, timur, dan selatan. Alhasil, pelancong agak kebingungan ketika meminta petunjuk jalan kepada orang Bali.

4. Beberapa kalimat bahasa Indonesia diucapkan terbalik

5 Culture Shock Ketika Baru Pertama Kali ke BaliFoto hanya ilustrai. (IDN Times/Ayu Afria)

Culture shock berikutnya adalah kalimat Bahasa Indonesia yang diucapkan terbalik oleh orang Bali. Karena terbalik, terkadang wisatawan domestik pun ada yang salah tafsir dengan perkataan orang Bali. Akhirnya wisatawan kebingungan.

Contohnya ketika menyebutkan kalimat “Satu lagi” dalam kalimat Bahasa Indonesia, maka orang Bali menyebutnya dengan “lagi satu”.

Ada pula penyebutan nilai uang yang bikin salah tafsir. Jika menyebut “Rp1.500”, maka orang Bali akan mengucapkan “Seribu lima”. Jika kamu mendengar seribu lima, pasti mengiranya seribu dapat lima, kan?

5. Banyak anjing yang berkeliaran, karena diyakini sebagai penjaga rumah Bali

5 Culture Shock Ketika Baru Pertama Kali ke BaliFoto hanya ilustrasi. (IDN Times/Irma Yudistirani)

Masyarakat Hindu Bali sebagian besar memang memelihara anjing. Bukan tanpa sebab, hubungan anjing dan masyarakat Hindu Bali sudah ada sejak lama. Anjing, bagi masyarakat Hindu Bali adalah makhluk yang setia, penjaga rumah baik dari gangguan nyata maupun tak nyata (Gaib), pengisi kesunyian rumah, bahkan menjaga harta majikannya.

Bali sendiri memiliki ras anjing asli, yakni Kintamani. Bahkan ras anjing Kintamani diakui sebagai ras anjing dari Indonesia oleh Federation Cynologique Internationale (FCI) pada tahun 2019 lalu. Anjing Kintamani termasuk anjing pemberani, melindungi majikannya jika dalam bahaya atau disakiti orang asing, setia, tangkas, dan cepat tanggap.

Kamu pernah mengalami culture shock apalagi nih selain yang disebutkan di atas?

Topik:

  • Irma Yudistirani

Berita Terkini Lainnya