5 Dampak Jika Terus Meyakini Kebohongan sebagai Kebenaran

Pernah gak sih kamu ngerasa yakin banget sama sesuatu, terus belakangan baru sadar ternyata kamu salah total? Rasanya campur aduk. Malu iya, tapi juga bikin mikir. Masalahnya, kalau kamu terus-terusan meyakini kebohongan, efeknya bisa panjang. Mulai dari bikin stres, bikin keputusan ngawur, sampai merusak hubungan sama orang lain. Nah, ini dia apa saja yang sebenarnya terjadi ketika kamu hidup dalam keyakinan yang salah. Yuk simak!
1. Bikin emosi gak stabil: Cemas, stres, dan bingung sendiri
Percaya sama informasi yang salah itu capek banget, apalagi kalau setiap hari kamu dicekokin hoaks. Pas pandemik kemarin, banyak orang stres karena dapat info yang simpang siur. Satu bilang begini, yang lain bilang begitu. Akhirnya, malah bikin orang bingung harus percaya yang mana. Itu bukan cuma ganggu pikiran, tapi juga bikin kamu susah tidur, gampang panik, dan mood-an terus.
Lalu yang lebih gawat, info palsu itu sering memainkan emosi. Sering kali isinya menyebar ketakutan dan bikin kamu bereaksi berlebihan. Badan kamu bisa masuk mode siaga terus, kayak mau diserang padahal gak ada apa-apa. Dalam jangka panjang, kondisi ini bisa bikin kamu susah berpikir jernih dan kelelahan emosional.
2. Bikin kamu mengambil keputusan yang salah kaprah
Kalau kamu percaya sesuatu yang salah, besar kemungkinan keputusan yang kamu ambil juga bakal meleset. Entah itu menolak vaksin karena percaya hoaks, atau ikut investasi bodong karena termakan janji palsu, ujung-ujungnya kamu sendiri yang rugi. Keputusan yang diambil berdasarkan informasi salah itu ibarat jalan pakai GPS yang salah arah, ujungnya nyasar juga.
Lalu yang bikin repot, meskipun kamu sudah tahu kebenarannya, efek dari kebohongan itu kadang masih menempel di pikiran. Ini yang disebut 'continued influence effect'. Jadi meskipun kamu sudah dikasih fakta, bekas dari kebohongan itu masih bisa memengaruhi caramu berpikir. Kayak belajar langkah dansa yang salah, walaupun sudah diajari ulang, kamu masih bisa salah langkah kalau gak benar-benar fokus memperbaiki.
3. Merusak hubungan dan bikin jarak sosial
Kebohongan bukan cuma bikin kacau di kepala kamu, tapi juga bisa merusak hubungan sama orang lain. Perbedaan keyakinan yang tajam karena informasi palsu bisa bikin hubungan renggang, bahkan sampai ribut besar. Gak jarang, pertemanan atau bahkan keluarga bisa pecah cuma karena beda pandangan.
Sekarang ini, media sosial sering banget memperparah keadaan. Algoritma bikin kamu cuma lihat postingan dari orang-orang yang sepemikiran. Lama-lama kamu merasa semua orang mikir sama kayak kamu. Padahal kenyataannya gak begitu. Ini yang bikin kamu susah buat dengerin pendapat lain, dan akhirnya makin terisolasi dalam ‘gelembung’ sendiri.
4. Bikin kamu gak percaya lagi sama lembaga atau ahli
Terus-terusan dapet informasi yang salah bisa bikin kamu makin curiga sama semua hal. Kepercayaan ke institusi resmi kayak pemerintah, rumah sakit, atau media bisa pelan-pelan hancur. Waktu pandemik, banyak banget orang jadi gak percaya vaksin karena info palsu yang beredar terus-menerus. Ini bikin kerja para ahli dan petugas kesehatan makin berat.
Masalahnya, kalau semua orang sudah gak percaya sama fakta dasar, bakal susah buat kerja bareng atau ambil keputusan bareng. Padahal dalam situasi krisis, kita butuh satu pemahaman yang sama biar bisa saling bantu dan jalan bareng. Kalau gak, ya akhirnya semua jalan sendiri-sendiri dan chaos.
5. Bikin kamu terjebak dan susah berkembang
Kebohongan itu bukan cuma tentang dunia luar, kadang juga nyangkut di pikiran kamu sendiri. Misalnya kamu percaya kalau kamu gak cukup pintar, atau kamu gak akan pernah sukses. Nah, keyakinan kayak gitu bisa jadi tembok besar yang bikin kamu ragu untuk mencoba hal baru atau ngelangkah maju.
Tapi tenang, ada kok cara membuat lepas dari jebakan pikiran palsu ini. Contohnya lewat terapi kognitif yang bantu kamu buat melihat ulang, dan mengubah pola pikir negatif. Mulai dari mengubah kalimat “Aku gak bisa” jadi “Aku pernah coba hal sulit sebelumnya dan berhasil.” Gak cuma bikin semangat balik, tapi juga bikin kamu lebih percaya sama diri sendiri.
Terus percaya sama kebohongan itu bukan cuma soal salah paham. Itu bisa bikin hidup kamu berat, hubungan retak, pikiran kacau, dan kepercayaan runtuh. Tapi kabar baiknya, kamu bisa pelan-pelan keluar dari situ. Mulai saja dengan rajin cek fakta, jangan langsung percaya sama semua yang kamu baca. Coba ajak dirimu sendiri berpikir, “Bener gak sih ini?” dan berani ubah pikiran kalau memang salah. Jangan cuma dengar satu sisi, cari sumber yang terpercaya dan punya bukti. Kalau kamu terbiasa melakukan itu, kamu bakal merasa lebih yakin, lebih tenang, dan siap buat ambil keputusan yang lebih bijak.