Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Sarana upacara atau banten. (unsplash.com/Artem Beliaikin)
Sarana upacara atau banten. (unsplash.com/Artem Beliaikin)

Umat Hindu akan merayakan hari raya besar pada November 2025, yaitu Hari Raya Galungan dan Kuningan. Banyak rangkaian dalam perayaan ini, baik sebelum maupun sesudah hari suci tersebut.

Selain Hari Raya Galungan dan Kuningan, umat Hindu juga memiliki beberapa rahinan yang memang selalu rutin ada setiap bulannya. Berikut daftar rahinan Hindu pada November 2025.

1. Kajeng Kliwon

Sarana upacara tipat dampulan. (YouTube.com/Esi Oktiarini)

Ada dua Rahinan Kajeng Kliwon. Kajeng Kliwon pertama jatuh pada Jumat (14/11/2025), Sukra Kliwon, wuku Sungsang, bertepatan dengan Sugihan Bali. Kajeng Kliwon kedua jatuh pada Sabtu (29/11/2025), Saniscara Kliwon, wuku Kuningan, bertepatan dengan Hari Raya Kuningan.

Seperti diketahui, Rahinan Kajeng Kliwon merupakan pertemuan Tri Wara (Pasah, Beteng, Kajeng) yaitu Kajeng, dan Pancawara (Paing, Pon, Wage, Kliwon, Umanis) yaitu Kliwon. Hari ini sering dianggap sebagai hari keramat atau tenget bagi umat Hindu. Umat Hindu menghaturkan sarana upacara canang, segehan, dan tipat dampulan. Hal ini bertujuan agar kekuatan-kekuatan negatif tidak mengganggu umat manusia.

2. Purnama dan Tilem

Ilustrasi bulan purnama. (unsplash.com/Sanni Sahil)

Purnama pada November 2025 jatuh pada Rabu (5/11/2025), Buda Umanis, wuku Julungwangi. Purnama ini merupakan Purnama Sasih Kalima (bulan kelima dalam kalender Bali). Saat Rahinan Purnama, umat Hindu percaya bahwa Dewa Chandra sedang beryoga. Umat Hindu menghaturkan sarana upacara daksina, pejati, canang, banten sodan, dan segehan. Biasanya hari suci ini dimanfaatkan umat Hindu untuk membersihkan tubuh secara lahir dan batin melalui ritual mandi suci atau melukat.

Sedangkan untuk Rahinan Tilem jatuh pada Kamis (20/11/2025), Wraspati Umanis, wuku Dungulan, bertepatan dengan Hari Manis Galungan. Tilem ini merupakan Tilem Sasih Kalima. Pada saat Tilem, umat Hindu percaya bahwa Dewa Surya sedang beryoga.  Umat Hindu mempersembahkan sarana upacara yaitu canang dan segehan.

4. Sugihan Jawa dan Sugihan Bali

Tempat melukat di Pura Mengening. (Instagram.com/schannonlhee)

Sugihan Jawa dan Sugihan Bali merupakan rangkaian dari perayaan Hari Raya Galungan. Sugihan Jawa November 2025 ini jatuh pada Kamis (13/11/2025), Wraspati Wage, wuku Sungsang. Menurut Lontar Sundarigama, Sugihan Jawa merupakan hari untuk memohon penyucian atau pembersihan makrokosmos atau alam semesta, yang mana dalam Hindu disebut dengan Bhuwana Agung. Biasanya umat Hindu membersihkan tempat suci, halaman rumah, rumah, tempat suci, halaman rumah, dan lingkungan sekitarnya.

Sehari setelah Sugihan Jawa, umat Hindu akan melaksanakan Rahinan Sugihan Bali. Pada November 2025, rahinan ini jatuh pada Jumat (14/11/2025), Sukra Keliwon, wuku Sungsang. Saat Sugihan Bali, umat Hindu melakukan penyucian mikrokosmos atau Bhuwana Alit yang disimbolkan sebagai tubuh manusia. Jadi, tepat untuk melaksanakan prosesi melukat. Baik Sugihan Jawa maupun Sugihan Bali memiliki tujuan untuk membersihkan alam serta manusianya untuk menyambut Hari Raya Galungan dan Kuningan.

4. Penyajaan Galungan

Penjor yang terpasang di salah satu desa di Bali (unsplash.com/Ruben Hutabarat)

Penyajaan Galungan jatuh pada Senin (17/11/2025), Soma Pon, wuku Dungulan. Rahinan ini menjadi momen umat Hindu untuk melakukan pengendalian diri dari kekuatan negatif. Setiap umat Hindu diharapkan kekuatan dan keteguhan untuk tidak tergoda melakukan perbuatan yang dilarang oleh ajaran agama.

Saat Penyajaan Galungan dikatakan bahwa kekuatan jahat Sang Bhuta Dungulan turun untuk mengganggu umat Hindu yang akan merayakan Hari Raya Galungan. Sang Bhuta Dungulan disimbolkan sebagai kekuatan negatif yang ada di alam semesta. Umat Hindu mempersiapkan sarana yang akan digunakan pada Hari Raya Galungan seperti seperti buah, jaja atau kue, penjor, dan lainnya.

5. Penampahan Galungan

Tradisi mepatung. (instagram.com/adie.dev)

Penampahan jatuh sehari setelah Penyajaan Galungan yaitu pada Selasa (18/11/2025), Anggara Wage, wuku Dungulan. Pada hari ini dikatakan bahwa Sang Hyang Kala Tiga sebagai simbol kekuatan negatif turun. Kekuatan negatif ini bertujuan untuk menggangu umat yang akan merayakan Hari Raya Galungan.

Untuk menetralisir kekuatan negatif tersebut, umat Hindu melakukan persembahan saat Penampahan Galungan. Mereka akan melakukan pemotongan atau penampahan babi. Babi disimbolkan sebagai kekuatan negatif. Sehingga pemotongan babi akan menghilangkan atau menetralisir kekuatan negatif dari Sang Hyang Kala Tiga. Daging babi ini nantinya digunakan sebagai sarana upacara untuk Galungan dan sebagian lagi dikonsumsi.

6. Hari Raya Galungan

Prosesi Galungan di salah satu desa di Bali. (unsplash.com/Ruben Hutabarat)

Hari Raya Galungan jatuh pada Rabu (20/11/2025), Buda Kliwon, wuku Dungulan. Hari besar umat Hindu ini merupakan simbol kemenangan Dharma (kebaikan) atas Adharma (kejahatan). Setiap umat Hindu akan menyambut hari suci ini dengan penuh rasa syukur dan suka cita.

Umat Hindu melakukan persembahan kepada para leluhur dan Dewa dengan sarana yang telah disiapkan sebelumnya. Persembahyangan dimulai dari rumah (sanggah atau merajan), Pura Kahyangan Desa (Pura Dalem, Pura Puseh, dan Pura Desa), hingga ke Pura Kawitan (pura berdasarkan garis keturunan). Umat Hindu memohon berkah dan karunia dari Ida Sang Hyang Widhi Wasa, Tuhan Yang Maha Esa.

7. Manis Galungan

Suasana Desa Wisata Penglipuran. (Unsplash.com/satria setiawan)

Sehari setelah Hari Raya Galungan, umat Hindu akan melaksanakan Hari Umanis Galungan atau Manis Galungan. Pada November 2025, Manis Galungan jatuh pada Kamis (20/11/2025), Wraspati Umanis, wuku Dungulan. Tidak ada persembahan khusus saat Hari Manis Galungan.

Hari suci ini digunakan untuk bersilaturahmi kepada keluarga atau kerabat terdekat. Biasanya hari ini digunakan umat Hindu untuk berwisata bersama keluarga. Berwisata ini bertujuan untuk refreshing atau melepas lelah setelah mempersiapkan Hari Raya Galungan.

8. Pemaridan Guru, Ulihan, dan Pemacekan Agung

Ilustrasi anak yang sedang sembahyang. (unsplash.com/ Polina Kuzovkova)

Rangkaian berikutnya dari Hari Raya Galungan Kuningan adalah Rahinan Pemaridan Guru, Ulihan, dan Pemacekan Agung. Pamaridan Guru jatuh pada Sabtu (22/11/2025), Saniscara Pon, wuku Dunggulan. Hari suci ini menjadi simbol umat Hindu untuk mengucapkan terima kasih karena Ida Sang Hyang Widhi Wasa telah memberikan berkah saat Hari Raya Galungan.

Rahinan Ulihan jatuh pada Minggu (23/11/2025), Redite Wage, wuku Kuningan atau enam hari sebelum Hari Raya Kuningan. Rahinan Ulihan menjadi hari pembuka atau hari pertama wuku Kuningan. Hari suci ini menjadi momentum umat Hindu melakukan introspeksi diri atau mulat sarira. Selain itu, umat Hindu agar selalu ingat kepada para leluhur yang selalu membimbing dalam kehidupan. Ulihan sering disimbolkan sebagai hari kembalinya para Dewata ke kahyangan.

Berikutnya adalah Rahinan Pemacekan Agung yang jatuh pada Senin (24/11/2025), Soma Kliwon, wuku Kuningan. Hari ini mengingatkan agar umat Hindu memiliki tekad yang kuat untuk melakukan pemujaan kepada Ida Sang Hyang Widi Wasa beserta kekuatan suci-Nya. Selain itu, Pemacekan Agung juga sebagai simbol pengingat bagi umat Hindu tentang kemenangan Dharma melawan Adharma.

9. Hari Raya Kuningan

Sarana yang digunakan saat Hari Raya Kuningan. (YouTube.com/Tripanca Surya Bali)

Sepuluh hari setelah Hari Raya Galungan, umat Hindu akan merayakan Hari Raya Kuningan pada Sabtu (29/11/2025), Saniscara Kliwon, wuku Kuningan. Sang Hyang Widhi Wasa dalam manifestasinya sebagai Dewa Mahadewa dipercaya turun untuk memberikan kemakmuran dan kesejahteraan bagi umat Hindu. Dalam Hindu, Dewa Mahadewa sebagai simbol kemakmuran yang identik dengan warna kuning.

Umat Hindu memuja Dewa Mahadewa untuk memohon kebahagiaan, kesejahteraan, keselamatan, dan rejeki. Selain itu, umat Hindu juga memuja para leluhur agar selalu memberikan bimbingan saat menjalankan kehidupan. Pelaksanaan Hari Raya Kuningan hanya sampai tengah hari atau pukul 12.00 Wita.

Umat Hindu percaya, para Dewa dan leluhur akan kembali ke Swargaloka setelah waktu tersebut. Sarana khas Hari Raya Kuningan adalan endongan. Endongan berbentuk seperti kantong yang di dalamnya berisi nasi kuning, lauk-pauk, dan sarana persembahan lainnya. Ini merupakan simbol persembahan kepada para Dewa maupun leluhur sebagai bekal saat kembali ke Swargaloka.

Walaupun ada banyak rahinan atau hari suci pada November 2025, umat Hindu diharapkan melaksanakannya dengan sukacita dan rasa tulus ikhlas. Sarana upacara yang dihaturkan disesuaikan dengan adat istiadat desa setempat serta kemampuan masing-masing umat.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team