Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi: dark triad dan laki-laki (pixabay.com/Sammy-Sander)
ilustrasi: dark triad dan laki-laki (pixabay.com/Sammy-Sander)

Denpasar, IDN Times - Fraud atau kecurangan yang dilakukan untuk mendapatkan keuntungan, dapat terjadi di berbagai organisasi, perusahaan, dan instansi. Pelakunya bisa jadi rekan kerja, atasan, hingga pimpinan perusahaan. Selain melakukan pengawasan secara menyeluruh, pencegahan fraud dapat dilakukan dengan mengenali dark triad dan menganalisisnya, pada rekan kerja hingga atasanmu.

Dark triad adalah istilah psikologi, merujuk pada tiga kepribadian negatif yang saling berkaitan, yakni narsisme, machiavellianisme, dan psikopati. Akademisi Akuntansi Universitas Mahasaraswati, Putu Wenny Saitri, menyampaikan bagaimana cara kerja pengamatan dan profiling dengan analisis dark triad pada rekan kerja dan atasan, untuk mencegah potensi fraud. Berikut ulasan selengkapnya.

1. Kenali kepribadian manajemen teratas perusahaan. Jika punya kecenderungan narsisme, ia berpotensi melakukan kecurangan

ilustrasi narsistik (unsplash.com/ engin akyurt)

Wenny menyampaikan, satu di antara tiga kepribadian negatif adalah narsisme. Pengamatan atas perilaku narsis seseorang bukan merujuk pada kebiasaan yang kerap mengunggah foto selfie saja. Kepribadian narsis ini punya kecenderungan menjaga citra tetap baik, sehingga menghalalkan segala cara.

“Umumnya narsisme ini, kita lihat top manajemen. Mereka berusaha mempertahankan citra diri, usaha dan pengakuan, sering kali mereka menjaga citra dengan manipulasi kinerja keuangan,” ujar Wenny.

Mereka dengan kepribadian narsis tak segan melakukan perbuatan curang, seperti membuat laba lebih besar dari realitasnya, mengambil risiko tinggi dengan memanipulasi data, dan menyembunyikan kejahatannya adalah potensi kepribadian narsisme.

2. Machiavellisme, kepribadian buruk bermoral rendah, menggunakan segala cara untuk berjaya

ilustrasi curang (pexels.com/RODNAE Productions)

Machiavellism adalah kepribadian buruk yang berorientasi pada hasil, bermoral rendah, dan curang. Wenny mengatakan, orang dengan kepribadian ini menganggap kecurangan adalah hal wajar asalkan hasilnya tercapai.

“Contoh manajemen menarik investor baru dengan laporan keuangan palsu, sementara uang investor lama untuk kepentingan pribadi,” ujar Wenny.

3. Antisosial, mereka yang psikopati dan tak punya empati

ilustrasi psikopat (freepik.com/katemangostar)

Ketiga, ada psikopat merupakan kepribadian antisosial. Mereka adalah orang yang dingin secara emosional dan tak punya empati. Pada lingkungan perusahaan, orang yang berkepribadian seperti ini tak peduli dengan rekan kerjanya.

“Mereka menekan orang lain dan karyawan atau bawahan untuk menggelapkan dana demi kepentingan mereka. Ada unsur tanpa rasa bersalah, dan tak memiliki empati kepada orang lain,” kata Wenny.

Editorial Team