Denpasar, IDN Times - Lebih dari setahun Indonesia masih bergulat menangani wabah COVID-19. Tanggung jawab para tenaga kesehatan (Nakes) juga kian berat, termasuk perawat pasien COVID-19. Mereka mengemban profesi yang penuh dengan rasa kekhawatiran akan terpapar, tetapi juga dituntut untuk menyelamatkan hidup pasiennya. Seperti yang diungkapkan oleh Kepala perawat Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Bali Mandara (RSBM), Made Arik Mulyanti (38).
Disela-sela menjalani isolasi mandiri, Made Arik, bersedia diwawancarai oleh IDN Times melalui sambungan telepon, pada Jumat (19/3/2021). Karena pada saat itu tidak mungkin menemui dirinya. Hasil tes swabnya positif COVID-19 sejak awal Maret 2021 lalu.
Ia sendiri belum setahun merawat pasien COVID-19. Tepatnya mulai 1 September 2020, ketika ruangannya diubah menjadi ruang perawatan COVID-19 tanpa bertekanan negatif. Ia merawat pasien COVID-19 yang tanpa disertai gangguan nebul atau gangguan respiratori (Pernapasan), atau tidak bergejala berat di Ruangan Isolasi Sandat Cempaka.
“Kalau pasien itu dirawat di sana, otomatis pasien itu membahayakan petugas. Karena ruangannya tidak bertekanan negatif,” ungkapnya.
Berikut ini kisahnya selama menjadi perawat COVID-19 di Bali: