5 Cara Hentikan Ucapan Negatif pada Diri Sendiri, Aku Hebat!

20 Sep 2022, 12:00 WIB

ilustrasi orang yang sukses (pexels.com/Anna Shvets)

Menyalahkan diri sendiri, marah pada diri sendiri, merasa apa yang dilakukan selalu salah, sering banget menguras pikiran dan hati ya. Akibatnya, kepercayaan diri yang dibangun hancur berkeping. Parahnya lagi, kata-kata jahat itu bukan dari orang lain tapi justru dari diri sendiri.

Menurut laman Very Well Mind, ucapan negatif pada diri sendiri (negative self-talk) bisa banyak bentuknya. Kalimat yang paling umum diucapkan pada diri sendiri seperti:

"Aku gak bisa melakukan itu,"
"Lebih baik aku menyelamatkan diri sendiri,"
"Realistis aja deh, aku gak bakal berhasil."

Kalimat di atas bisa muncul karena rasa takut atau trauma. Entah itu takut mengalami kegagalan, takut malu, takut diejek, dan masih banyak lagi. Padahal, berbagai ketakutan itu bisa saja gak terjadi, lho. Terlalu membiarkan pikiran-pikiran 'jahat' mengganggu kepala dan hati bisa menimbulkan masalah kesehatan mental semakin tinggi.

Tak hanya itu, motivasi positif pun kalah dengan perasaan tidak berdaya yang menyebabkan depresi dan stres. Kalau ini berlangsung lama, maka aktivitas negatif tersebut bisa menurunkan kemampuan untuk membaca peluang, memanfaatkan peluang yang ada, dan kemampuan mencari solusi dari permasalahan yang kita alami. Ngeri, kan?

Itulah mengapa seseorang perlu mengurangi ucapan negatif yang menggerogoti pikiran dan hati dengan melakukan beberapa hal ini.

1. Mencoba mengajak pikiran dan hati jadi lebih positif

ilustrasi orang berpikir (pexels.com/Startup Stock Photos)

Tenangkan dirimu, pejamkan mata, dan aturlah napas ketika ucapan negatif menghantui isi kepalamu. Dengan cara ini, pikiran dan hatimu jadi lebih tenang sehingga mudah untuk menghentikan perkataan jelek tentang dirimu.

Ingat, cara terbaik bukan dengan menolak secara langsung di kepala, lho. Tetapi akan lebih efektif dengan tersenyum menerima keburukan itu dan mengatakan bahwa kamu bisa jadi lebih baik.

Sebagai contoh, saat otakmu berkata "Gak usah dicoba, kamu bodoh, jadi pasti gagal deh," jawablah "Terima kasih untuk kritikannya, aku pasti jadi lebih baik dengan mengikuti even itu. Jadi kamu harus dukung aku terus, ya" sambil tersenyum.

Dengan cara itu, tubuh, pikiran, dan hati seakan-akan ikut terbawa ke arah yang positif.

2. Katakan pada pikiranmu bahwa tak ada manusia yang sempurna

Ilustrasi orang bangun tidur (unsplash.com/bruce mars)

Saat ini banyak orang yang menilai dirinya dengan dua hal saja, baik atau buruk. Gak ada istilahnya jalan tengah. Itulah mengapa orang-orang kini menjadi sangat perfeksionis dengan dirinya sendiri. Padahal sesekali melakukan kesalahan itu wajar, kok.

Misalnya, setiap pagi kamu konsisten bangun tidur jam 5. Tapi karena lembur kerjaan, jadi bangun jam 6 pagi. Karena melakukan hal di luar kebiasaan, kamu jadi merasa jengkel seharian dan mengganggap dirimu malas.

Eits, ini gak boleh karena bisa mengganggu produktivitas. Selalu ingat bahwa manusia tidak ada yang sempurna. Jadi, ketika kamu sudah berusaha dan hasilnya di luar ekspektasi, cobalah katakan pada diri sendiri bahwa yang terjadi itu tidak apa-apa dan yang sudah terjadi menjadi pelajaran agar lebih baik lagi.

Untuk melakukan ini memang tidak mudah. Butuh latihan berkali-kali, jadi jangan mudah menyerah, ya!

3. Menjawab hal negatif dengan hal positif yang telah kamu lakukan

ilustrasi lembur di kantor (pexels.com/cottonbro)

Jawablah hal-hal negatif yang bergentayangan di kepala dengan hal positif yang sudah kamu lakukan. Baik itu besar atau kecil, pencapaian yang sudah kamu lakukan dapat membuat dirimu jadi lebih menerima keadaan, lho.

Contohnya, jika kamu merasa sangat terbebani oleh pikiranmu karena keharusan bekerja lembur, cobalah ubah ucapan pikiranmu bahwa kamu pernah bekerja lebih lama dan bisa melalui itu dengan baik.

Hal ini secara tidak langsung akan membuat tubuh dan otak siap menerima kenyataan harus lembur. Pekerjaan jadi terasa lebih enteng, deh.

4. Mencari solusi dari hal negatif yang diucapkan oleh pikiranmu

ilustrasi kemacetan di jalan raya (pexels.com/Stan)

Ketika berada di situasi buruk, berbagai pikiran buruk akan berkecamuk di kepala. Sebagai contoh, kamu terjebak macet di tengah harus mendatangi rapat penting. Berbagai ucapan muncul di kepala, mengatakan kalau kamu tidak akan bisa datang rapat, proyek yang kamu rencanakan akan gagal, dan berbagai kemungkinan buruk hinggap di kepala.

Menurut laman Fast Company, ketika ucapan buruk di kepala bermunculan, segeralah mematahkannya dengan berpikir untuk mencari solusi terbaik. Segera mencari berbagai kemungkinan yang membuatmu keluar dari masalah itu.

Saat tadi terjebak macet, kamu bisa mencari solusi lain. Misalnya segera mencari jalan tikus, menepikan kendaraan di parkiran lalu berjalan untuk mencari jalan yang tidak terjebak macet baru memesan kendaraan umum, atau langsung mencari alternatif kendaraan umum yang dapat menembus kemacetan. Tenang, semua masalah pasti ada solusinya, kok.

5. Curhat pada teman

ilustrasi curhat (unsplash.com/Christin Hume)

Jika beberapa cara di atas tidak bisa mengurangi ucapan negatif di kepalamu, terkadang menceritakan hal ini pada teman yang dipercaya bisa membuat pikiran dan hatimu jadi lebih tenang.

Jangan salah, menceritakan hal negatif yang ada di pikiranmu pada orang lain justru bisa mengubah pola pikir yang malah membuatmu menertawai kekonyolan pikiranmu sendiri. Di lain waktu, menceritakan itu juga membuatmu merasa mendapat dukungan.

Kalau kamu seorang introvert atau tidak memiliki teman yang bisa dipercaya, cobalah untuk curhat dengan orang yang ahli di bidang ini seperti psikolog atau terapis. Tenang saja, mereka adalah para profesional yang tak akan membongkar masalahmu pada orang lain, kok.

So, yuk kurangi ucapan negatif pada diri sendiri, bangun rasa optimis kita, dan percayalah apa pun hasil yang kamu dapatkan. Tetap saja proses yang kamu lalui akan membawa efek positif pada dirimu. Tetap semangat, ya!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.