Kisah Toni Bisnis Styrofoam di Denpasar, Omzet Rp16 Juta Tiap Natal

Denpasar, IDN Times - Toni Nappoe (36) asal Kupang, Nusa Tenggara Timur, nampak serius mengukir styrofoam di depan tokonya, Jalan Arjuna Nomor 15 Denpasar, Selasa (18/12) pagi. Ia sedang membuat pesanan berupa boneka manusia salju.
Ya, bisnis styrofoam lagi banjir pesanan menjelang Natal.
1. Tiga kali jatuh bangun menekuni bisnis ini

Ia mengaku sudah sejak tahun 2013 menekuni kerajinan ini. Ia belajar secara mandiri awal mula menggeluti bisnis ini. Saat itu ia bekerja di sebuah toko bunga dan papan ucapan selamat tahun 2008 lalu. Karena keuletannya, ia mencoba mengukir sisa-sisa styrofoam. Hingga ia mendapatkan ide untuk membuka bisnis ukiran styrofoam.
Setelah merasa cukup modal, ia lalu membuka sendiri usahanya. Namun semua tak berjalan mulus karena harus tiga kali berpindah lokasi. Lokasi pertama di Jalan Arjuna tapi tutup karena selalu merugi. Saat itu ia hanya bertahan enam bulan karena pendapatannya tak cukup untuk kebutuhan sehari-hari.
"Sebulan kadang hanya dapat dua juta awal-awal dahulu," katanya bercerita.
Tempat kedua ia buka di Jalan Nakula, Denpasar. Saat itu usahanya sudah mulai dikenal dan banyak pesanan. Namun hanya cukup untuk membiayai kehidupan sehari-harinya dan membayar sewa toko. Masalah muncul saat pemilik ruko menaikkan harga sewanya.
"Dari awalnya Rp8 juta dinaikin menjadi Rp16 juta. Tidak berani saya kemudian kerja lagi jaga kos-kosan buat cari modal," katanya.
2. Ia tak gentar. Coba peruntungan lagi tahun 2016

Perjalanan hidupnya berubah saat sudah punya cukup tabungan. Ia kemudian membuka lagi usahanya dengan menyewa tempat di Jalan Arjuna Nomor 15 pada tahun 2016 silam. Dari bulan ke bulan pesanannya terus mengalami peningkatan.
"Tahun itu seperti menjadi titik bangkit di hidup saya. Pesanan terua mengalami peningkatan," kenangnya.
Dalam sebulan, Toni biasanya mendapatkan pendapatan Rp8 juta. Kini menjelang Natal pesanannya terus naik hingga dua kali lipat.
"Sebulan biasanya habis 50 sampai 100 lembar styrofoam. Satu lembarnya seharga Rp100 ribu," ucapnya.
3. Terima banyak pesanan dari orang pribadi, hotel hingga gereja

Pesanan yang datang saat Natal adalah miniatur Santa Claus, manusia salju, rusa, pohon natal, bintang-bintang, dan pernik natal lainnya. Ia mendapatkan pesanan dari hotel, gereja, dan rumah pribadi.
Harganya juga bervariasi. Mulai dari Rp400 ribu untuk ukuran kecil setengah meter hingga Rp15 juta untuk ukuran besar sekitar 4 meter. Harganya juga kadang dipengaruhi kerumitan pembuatannya. Semakin rumit, maka semakin mahal.
4. Sadar tak ramah lingkungan

Toni mengaku sadar bahwa bahan yang digunakannya sangat tidak ramah lingkungan. Styrofoam mirip plastik yang butuh waktu sangat lama untuk terurai. Apalagi saat mengukirnya, butiran halus dari bahan ini sangat berbahaya jika terhirup saat bernapas.
Untuk itu ia mulai belajar untuk mencari alternatif penggantinya. Ke depan ia mulai memikirkan untuk membuat tiruan-tiruan ini dari anyaman bambu dan kawat ringan.
"Mungkin nanti bahan styrofoam hanya tiga persennya saja. Selebihnya yang ramah lingkungan," terangnya.
Tak hanya itu, ia juga ingin membuat banyak patung-patung tiruan dalam jumlah yang banyak. Sebab nantinya bisa disewakan kepada yang biasa membeli darinya. Jadi tak hanya sekali pakai langsung dibuang.