Filosofi Pecalang, Polisi Adat di Bali

Pernah ditegur pecalang di #Bali gak?

Pecalang singkatnya adalah polisi adat di Bali. Berdasarkan Peraturan Daerah (Perda) Provinsi Bali Nomor 3 Tahun 2003, pecalang memiliki tugas mengamankan desa adat dan pelaksanaan tugas adat serta agama. Namun memang tidak terbatas pada tugas itu saja, berhubung lingkungan Bali secara keseluruhan sangat kental dengan adat dan budayanya, ketertibannya pun betul-betul dijaga. Jadi saat ini kamu juga bisa melihat pecalang bertugas di acara-acara publik di Bali juga, berhubung warga sangat menyegani mereka.

Kabarnya, pecalang ada sejak tahun 1970-an seiring terbentuknya desa pekraman atau adat. Agar tetap terjaga keteraturan dan keamanan di desa adatnya, dibentuklah pecalang. Ciri yang khas dari pecalang adalah mengenakan luaran seperti rompi tak berkancing, kampuh poleng/loreng, bawahan kain kotak-kotak, membawa keris, dan memakai destar/udeng.

Pecalang memang disegani dan ditakuti karena untuk menjadi petugas ini perlu memenuhi syarat-syarat yang tidak lepas dari beberapa filosofinya. Penasaran? Berikut beberapa filosofi pecalang yang bisa kita pelajari atau teladani!

Baca Juga: Mengenal 5 Lontar di Bali, Sastra Kuno Ilmu Pengetahuan

Baca Juga: Sejarah Apa Itu Minuman Loloh, Jamu Tradisional Bali

1. Ketaatan pada syarat mutlak

Filosofi Pecalang, Polisi Adat di BaliIlustrasi pecalang. (Instagram.com/paramadyaksa)

Menjadi seorang pecalang perlu memenuhi beberapa syarat mutlak, yaitu: harus beragama Hindu, berusia lebih dari 25 tahun, tidak pernah terjerat tindak kriminal atau kasus hukum, berada di Bali, dan mendapatkan rekomendasi ketua pecalang dari paruman desa.

Yah, namanya juga penjaga ketertiban, sudah sewajarnya punya rekam jejak yang baik ya. Karena itulah seorang pecalang harus berkelakuan baik.

2. Wanen lan wirang

Filosofi Pecalang, Polisi Adat di Baliilustrasi acara beragama di Bali (unsplash.com/Aditya Nara)

Filosofi ini berarti memiliki jiwa berani. Berani membela dan menjaga ketertiban di tempat dia bertugas. Tak hanya itu, pecalang juga harus bersikap secara adil sesuai hukum yang berlaku. Pecalang akan berani membela kebenaran dan menindak kesalahan dengan tegas.

3. Satya bhakti ikang Widhi

Filosofi Pecalang, Polisi Adat di Baliilustrasi tempat ibadah di Bali (unsplash.com/Harry Kessell)

Pecalang harus berbakti kepada Tuhan Yang Maha Esa. Tentunya ketika berbakti kepada Tuhan Yang Maha Esa, maka akan menjaga diri dari segala perbuatan yang dilarang-Nya dan berusaha selalu melakukan kebaikan. Nilai-nilai baik yang diajarkan di agama sangat dipegang teguh oleh pecalang.

4. Nawang kangin kauh

Filosofi Pecalang, Polisi Adat di Baliilustrasi arah mata angin di kompas (unsplash.com/Jametlene Reskp)

Kamu masih bingung ketika diminta menunjukkan arah mata angin? Atau bingung saat orang menunjukkan arah menuju lokasi tujuanmu menggunakan patokan arah mata angin? Maka kamu tidak bisa menjadi pecalang.

Seorang pecalang harus tahu arah mata angin. Dia harus mampu mengenal dan menguasi benar-benar wilayah tempat tugasnya. Dia juga harus cukup terlatih secara skill dan pemikiran terkait cara penertiban atau pengamanan dalam berbagai macam situasi di daerahnya. 

5. Celang lan cala

Filosofi Pecalang, Polisi Adat di Baliillustrasi mata (unsplash.com/Estela Saddix)

Selain dituntut bisa berpikir kritis dan cerdas, seorang pecalang harus punya kepekaan indra yang tajam. "Celang" sendiri berarti tajam indranya, yang berarti semua indra di tubuh kita, ya. Jadi pecalang memang dikenal peka, reaktif, serta gesit ketika ada tanda-tanda yang tidak beres di daerahnya.

Peka yang dibarengi dengan kecerdasan akan membuat pecalang tidak terburu-buru bertindak sebelum dipikirkan terlebih dahulu. Keren ya, fisik dan otak sama-sama perlu digunakan secara optimal dalam bertugas. Superhero di dunia nyata.

6. Rumaksa guru

Filosofi Pecalang, Polisi Adat di Baliilustrasi kebijaksanaan melalui banyak mencari pengetahuan (unsplash.com/Charl Folscher)

Apalah arti pintar dan kuat kalau tanpa kebijaksanaan. Kekuatan yang hanya pada fisik dan pikiran bisa membawa seseorang menjadi angkuh. Pecalang juga dituntut memiliki kebijaksanaan dan sifat selayaknya seorang guru.

Guru yang baik adalah yang mampu membimbing sekaligus menjadi contoh nyata yang baik. Sebagaimana seorang guru, seorang pecalang juga harus mampu adil dalam menindak.

7. Kestabilan jiwa dan bertumbuh bersama pengalaman hidup

Filosofi Pecalang, Polisi Adat di Baliilustrasi pria menikah dengan adat Bali (unsplash.com/Artem Beliaikin)

Menjadi penegak keadilan, penjaga ketertiban, dan pejuang keamanan tentunya gak mudah. Tidak semua orang bisa stabil menghadapi konflik, apalagi dalam kondisi panik atau penuh tekanan. Oleh karenanya, pecalang yang bertugas adalah warga desa yang telah berumah tangga. Hal ini untuk menghindari pecalang yang bertindak kasar atau mudah tersulut emosi.

Pertimbangan sudah berumah tangga ini karena dianggap akan lebih berpengalaman terhadap berbagai macam konflik dan tidak lagi mendulukan ego diri sendiri. Sudah berani, kuat, gesit, peka, cerdas, bijaksana pula, panutan sekali, ya!

Itulah tadi beberapa filosofi pecalang, polisi adat di Bali yang sangat disegani. Keren banget ya filosofi-filosofi yang dipegang kuat oleh para pecalang. Untuk kamu yang akan mengunjungi Bali, taati peraturan-peraturan yang ada ya, termasuk yang dianggap ketat ketika memasuki daerah sakral atau suci. Bali adalah destinasi yang populer secara internasional, mata dunia tertuju ke sana, kita yang Warga Negara Indonesia juga harus mampu mencontohkan perilaku yang baik kepada wisatawan mancanegara dalam menjaga adat dan budaya. By the way, sudah pernah bertemu atau berinteraksi dengan pecalang?

Baca Juga: Asal-usul Nama Nusa Dua, Tempat Berlangsungnya KTT G20 Bali

Bayu Dwityo Wicaksono Photo Community Writer Bayu Dwityo Wicaksono

A Disney dude who wants to fulfill the purpose of life like Desmond Doss. The story teller in an uncertain gaea. Freelance writer, editor, journo, and creator. Nakama. 🎗🧩

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Irma Yudistirani

Berita Terkini Lainnya