Penyiar Radio di Bali, Ealsya Buktikan Kutukan Seniornya

Ealsya sudah 10 tahun jadi penyiar OZ Radio Bali

Denpasar, IDN Times - Berangkat dari kegemarannya mendengarkan radio sejak kecil, membuat perempuan asal Bandung, Ealsya Sejuk Prosapuri (36), susah berpaling dari penyiar radio yang kini ia tekuni. Di sela-sela kesibukannya sebagai ibu rumah tangga, Ealsya membagi waktunya antara siaran radio di Bali hingga berbisnis. Bagaimana pengalamannya, berikut ini alasan dia tetap bertahan menjadi penyiar radio di Bali sampai sekarang.

1. Orangtuanya mendukung karier yang ditekuni Ealsya

Penyiar Radio di Bali, Ealsya Buktikan Kutukan SeniornyaInstagram.com/ealsyaprosa

Ealsya seorang penyiar OZ Radio Bali selama 10 tahun. Selain berbekal suaranya yang merdu, Ealsya sejak kecil suka mendengarkan radio. Ia memiliki penyiar favorit kala itu, yaitu Akay dari 99ers radio 100FM Bandung. Lalu ada Andhara Early, Inge Bahren, Cia Ariasa dari OZ Radio Bandung. Ia ingin menjadi seperti idolanya. Keinginan tersebut terus dipupuk bersama dukungan kedua orangtuanya.

Pada tahun 2003, orangtuanya mengizinkan dia belajar broadcasting lebih dulu di Kota Bandung selepas pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA). Kemudian baru melanjutkan kuliah di Universitas Udayana (Unud) Jurusan D3 pariwisata Budaya. Ealsya lulus pada tahun 2007.

“Yang mendasari saya ingin bersiaran adalah karena memang saya sejak kecil suka dengerin radio dan anaknya lumayan obsesian. Jadi kala itu saya sudah punya penyiar favorit dan dalam hati pernah bilang suatu saat saya yang akan duduk di situ, bersiaran. Orangtua saya mendengarkan, dan ternyata semesta mendukung,” kata Ealsya.

Baca Juga: Kisah Ketut Tantri, Perempuan Viking yang Jatuh Cinta Pada Bali

2. Ungkapan seniornya soal 'kutukan' jadi penyiar radio terbukti

Penyiar Radio di Bali, Ealsya Buktikan Kutukan SeniornyaInstagram.com/ealsyaprosa

Ealsya pertama kali menjadi penyiar radio pada tahun 2004-2005 di Cassanova 102FM Bali. Sembari kuliah, ia melakukan siaran. Namun itu tak bertahan lama. Pada tahun 2005, ia sempat berhenti karena memilih fokus untuk keluarga kecilnya. Lalu mencoba peruntungan sebagai pekerja kantoran, dan menggeluti bisnis online berupa catering di akun Instagram @dapur_mamaca.

“Awal karier saya menjadi penyiar pada tahun 2004-2005 di Radio Cassanova 102FM Bali. Kala itu saya siaran sambil kuliah,” katanya.

Lama vakum sebagai penyiar radio, tahun 2011 kembali siaran di OZ Radio Bali 101,2FM sampai sekarang. Ia mengaku mengalami semacam true calling untuk kembali siaran.

“Karena senior saya sempat bilang, jika sudah suka dunia radio akan dapat kutukan, susah untuk berhenti, dan betul. Saya bersiaran kembali dari tahun 2011 sampai sekarang."

3. Tes jadi penyiar radio tidak mudah

Penyiar Radio di Bali, Ealsya Buktikan Kutukan SeniornyaIlustrasi radio (Pixabay.com/fancycrave1)

Menjadi penyiar radio ternyata tak semudah yang dibayangkan. Banyak tantangannya.. Misalnya tes wawasan, pengetahuan musik, Bahasa Inggris, hobi yang menunjang, dan lainnya. Belum lagi banyaknya persaingan juga semakin memperberat proses seleksi.

“Ketika diterima pun, saya kala itu harus training siaran sekitar tiga bulan untuk belajar soal teknik bersiaran yang benar, dan bersiaran dengan nama palsu sesuai angkatan. Sampai akhirnya kita dinyatakan diterima sebagai penyiar resmi,” cerita Ibu dua anak ini.

Ealsya mengakui, perilaku dan kebiasaan mulai berubah seiring berjalannya waktu. Dari yang tadinya suka mendengarkan radio konvensional, dan kini beralih ke platform musik digital. Ia sendiri dituntut untuk lebih kreatif kala siaran berlangsung. Membuat insert dan gimmick yang menarik agar OZzers (Sapaan pendengar Oz Radio Bali) tetap betah mendengarkan, serta tidak bosan.

“Orang mendengarkan radio sekarang ini ya, kalau tidak di mobil, ya di-link streaming radio kami. Biarpun beberapa orang masih mendengarkan radio dengan konvensional, penyiar radio terutama saya pribadi harus lebih kreatif. Bersiaran lalu interaksi dengan pendengar seperti kuis dan lain-lain di medsos radio seperti IG (Instagram), Twitter, WA (WhatsApp), YouTube, dan TikTok.”

4. Menjalin chemistry dengan pendengar susah-susah gampang

Penyiar Radio di Bali, Ealsya Buktikan Kutukan SeniornyaUnsplash.com/Juja Han

Ealsya mengalami berbagai macam bentuk request lagu dari pendengarnya. Mulai request melalui kertas yang ditulis, Short Message Service (SMS), hingga request melalui media sosial (Medsos).

“Saya biasanya selalu meluangkan waktu untuk membalas chat yang masuk melalui medsos pribadi saya. Karena itu sangat berpengaruh untuk menjalin chemistry dengan pendengar. Lalu terkadang memberikan interaksi kecil melalui pertanyaan-pertanyaan yang bisa dijawab pendengar saya di Instagram."

"Di Instagram story saya, menyapa mereka ketika datang ke radio, bahkan beberapa pendengar saya sekarang berteman baik, dan sering main ke rumah untuk membeli masakan online saya @dapur_mamaca selain datang ke radio ketika saya sedang bersiaran."

Ketika chemistry itu sudah terjalin, maka penyiar radio tidak hanya ditunggu-tunggu ketika bersiaran saja. Tetapi juga pendengar setia akan menjadikan penyiar radio sebagai favorit mereka. Ia sendiri mendapatkan pemberian berupa dompet kulit, voucher belanja, dan lainnya dari pendengar setia.

“Saya sangat suka bersiaran bahkan di umur saya yang sudah tidak muda lagi. Saya masih nyaman bersiaran di radio anak muda. Saya bertekad akan tetap bersiaran selama suara saya tidak berubah, pendengar saya tetap suka, dan mencari saya. Choose a job you love, and you will never have to work a day in your life,” ungkapnya.

Baca Juga: 22 Tempat Wisata Hingga Budaya Bali yang Muncul di Film A Perfect Fit

Topik:

  • Irma Yudistirani

Berita Terkini Lainnya