Kisah Relawan di Bali, Evakuasi Korban di Kawah Sedalam 250 Meter

Pendaki I Ketut Mudiada yang diandalkan dalam segala situasi

Tak ada yang menyangka pagi berkabut berubah menjadi mencekam. Dinginnya Gunung Batur yang menusuk tulang tak dirasakan lagi oleh raga I Ketut Mudiada (47). Ia berjam-jam sendirian di bawah kawah yang dipenuhi kabut, di kedalaman 250 meter. Hanya bau amis yang menusuk hidungnya, itu yang ia rasakan.

Tak ada sarapan pagi itu, tak ada nasi bungkus ataupun kopi. Mudi panggilannya, hanya diam termangu menunggu personel Search and Rescue (SAR) Gabungan untuk membantu evakuasi korban. Matanya awas menunggui jasad seorang wisatawan asing laki-laki yang terluka parah. Meski ia seorang pendaki, kejadian tersebut merupakan pengalaman pertamanya turun ke kawah sendirian hanya dengan menggunakan tali tambang.

Karangasem, IDN Times – 31 Maret 2010 pagi, Mudi dan temannya berangkat dengan dua orang wisatawan mendaki Gunung Batur yang terletak di Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli. Saat akan memulai pendakian, Mudi bertemu dengan pemandu pendaki lainnya, Komang, yang membawa tiga orang pendaki muda asal Swedia. Satu di antaranya bernama Erick Daniel Peterson (25).

Rombongan tiga orang yang berusia sekitar 25 tahun tersebut menyalip rombongan Mudi saat pendakian. Langkah mereka lebih cepat daripada wisatawan yang dibawa Mudi. Rombongan anak muda tersebut juga lebih awal sampai di puncak Gunung Batur. Ketika rombongan Mudi sampai di puncak, tiga wisatawan asal Swedia tersebut sudah selesai makan dan hendak turun gunung.

Saat itu cuaca ternyata sangat tidak bersahabat dan berkabut sehingga mengganggu jarak pandang pendaki yakni hanya sekitar 1 meter. Namun rombongan anak muda Swedia tersebut berkeinginan mengecek kondisi kawah di lokasi dengan berkeliling ke arah kanan. Menurut Mudi, ring kawah yang mereka tapaki sangat kecil, jalan setapak kecil itu hanya selebar 0,5 hingga 1 meter.

“Di kiri dia kawah, di kanan lereng kawahnya. Karena wisatawan yang saya bawa tua-tua dan posisi kabut, tidak bisa melihat pemandangan, arahnya berbeda. Ke arah yang lebih amanlah. Kayak gitu yang saya ambil. Sambil menuju di bawah kan ada goa gitu,” ungkapnya, Kamis (16/12/2021).

Baca Juga: Kisah Para Guru Inspiratif dan Rela Menerjang Bahaya Demi Siswa

1. Mendengar ada wisatawan yang hilang dan Mudi terpanggil untuk membantu pencarian

Kisah Relawan di Bali, Evakuasi Korban di Kawah Sedalam 250 MeterInstagram.com/7summitsbali

Mudi dan wisatawan yang dipandunya saat itu berada di sekitar area goa yang mereka tuju. Pada jarak sekitar 100 meter, Mudi mendengarkan keributan dari pendaki-pendaki lain dalam bahasa Bali asli Songan. Walaupun Mudi warga Bali, namun aksen bahasa di tempat kelahirannya, Desa Dukuh, Kecamatan Kubu, Kabupaten Karangasem berbeda, sehingga ia tidak begitu mengerti apa yang diucapkan pendaki lainnya tersebut.

Kemudian ia bertanya kepada rekannya yang berasal dari Songan. Disampaikan bahwa ada pendaki yang diduga hilang dari rombongan. Pendaki yang dilaporkan hilang tersebut adalah Erick Daniel. Hatinya langsung terusik untuk ikut membantu pencarian korban. Mudi menyerahkan wisatawan yang dipandunya kepada rekannya agar bantu diantarkan ke hotel tempat mereka menginap.

“Saya turun ke bawah ketemu dengan pemandu yang memandu tiga orang itu, Komang. Ia lagi sedih mukanya. Tamunya hilang satu, belum diketahui di mana kan. Lagi kabut pada saat itu,” ungkapnya.

Mudi menceritakan, menurut Komang, saat itu dia memandu tiga orang wisatawan tersebut di depan. Namun mendekati area goa, tiba-tiba hanya tersisa dua orang. Komang lalu meminta bantuan Mudi untuk turut mencari. Mudi lalu menghubungi Kantor Basarnas Denpasar untuk melakukan permintaan bantuan evakuasi wisatawan yang hilang di Gunung Batur dengan posisi perkiraan hilang di dekat kawah. Jarak dari lokasi awal pendakian diperkirakan 1 sampai 1,5 jam.

2. Tak ada satupun pemandu yang bersedia turun ke kawah sehingga Mudi melakukannya sendiri hanya dengan berbekal tambang

Kisah Relawan di Bali, Evakuasi Korban di Kawah Sedalam 250 MeterInstagram.com/7summitsbali

Sembari menunggu rombongan Tim SAR dari Denpasar, Mudi memutuskan harus melakukan sesuatu. Estimasi rombongan SAR baru sampai pukul 13.00 Wita, sementara kejadiannya pukul 07.30 Wita.

“Saya memimpin untuk melakukan pencarian dengan teknik yang saya dapatkan di pelatihan-pelatihan,” ungkapnya.

Pertama kali yang ia lakukan adalah memanggil nama korban hilang. Namun ternyata tidak mendapatkan respons sama sekali. Pencarian juga dibantu oleh pendaki lainnya. Hanya saja korban tidak juga ditemukan. Mudi kemudian mengasumsikan korban jatuh ke kawah di kedalaman sekitar 300 meter. Sehingga untuk mengecek keberadaan korban, ia harus rappelling (menuruni ketinggian dengan menggunakan tali). Mudi kemudian meminta pemandu lain untuk menyediakan tali yang akan digunakan untuk menuruni kawah.

“Akhirnya ada penjual minuman itu mencarikan tali di warungnya. Dibawakanlah tali sepanjang, kalau nggak salah, 50 meter. Kurang lebihlah 50 meter atau 30 meteran. Tali plastik. Tambang. Tambang yang biasanya dipakai untuk sapi itu lho,” jelasnya.

Mudi sempat menawari para pemandu lainnya untuk turun memakai tali tambang tersebut namun tak satupun dari mereka yang bersedia. Lalu ia memutuskan untuk turun ke kawah sendiri.

Kisah Relawan di Bali, Evakuasi Korban di Kawah Sedalam 250 MeterInstagram.com/7summitsbali

Sebelum menuruni kawah tersebut, Mudi lebih dulu berdoa di goa yang sebelumnya ia lalui agar diberikan keselamatan selama mencari korban. Lalu ia berpesan kepada rekan-rekannya yang berada di atas agar menghandle tali tambang tersebut saat ia turun. Mudi kemudian menggunakan jaket miliknya dan dililitkan di pinggang sebagai bantalan tambang yang mengikat badan agar tidak tergores tali.

“Saya bawa air satu turun di dalam tas pingganglah. Sama handphone Nokia zaman dulu itu yang didorong ke atas didorong turun itu. Lupa saya,” ungkapnya.

Mudi lalu turun kawah hingga kedalaman 50 meter. Ia sampai sekitar pukul 08.30 Wita. Namun korban belum juga ditemukan. Kemudian ia lanjut turun hingga kedalaman 100 meter.

“Nah, sekitar jarak 100 meter turun dari tempat saya itu kelihatanlah ada orang terbaring di situ. Setelah kelihatan orang terbaring, saya sendiri ke situ turun. Nah terbaring, saya lapor ke teman di atas bahwa saya sudah lihat orang. Saya minta disediakan tali tambahan, akan saya perkirakan itu 100 meter turunnya,” jelasnya.

Kisah Relawan di Bali, Evakuasi Korban di Kawah Sedalam 250 MeterInstagram.com/7summitsbali

Tak berselang lama ada relawan lain yang bernama Jro menyusulnya turun membawakan tali tambahan. Keduanya kemudian sampai di dasar kawah dan melakukan assessment, memastikan kondisi korban dan ternyata korban sudah meninggal dunia.

“Banyak patahnya dia, tangan, kaki, leher patah semua. Saya lapor ke atas posisi korban dalam keadaan meninggal. Kita juga tidak bisa membawa naik karena perlengkapan kami juga tidak ada. Cuman ada tali aja,” jelasnya.

Keduanya kemudian menunggu Tim SAR Gabungan yang akan membantu evakuasi di bawah. Jarak lokasi jenazah korban agak jauh dan bau amis darah korban cukup menyengat.

“Tamunya kan berdarah-darah itu meninggalnya. Saya bergeser dulu sedikit menjauh. Sambil menunggu Tim SAR,” jelasnya.

Di sela-sela menunggu di kedalaman 250 meter tersebut, mereka merasakan kedinginan. “Situasi dingin di bawah, karena gerimis kan,” jelasnya. Mudi menggambarkan kondisi kawah saat itu berisi batuan yang tajam dan berpasir di bagian kanannya. Lokasi tempat korban ditemukan telah tertutup pasir.

3. Proses evakuasi korban sangat sulit karena medan yang berbatu

Kisah Relawan di Bali, Evakuasi Korban di Kawah Sedalam 250 MeterInstagram.com/7summitsbali

Tim SAR sampai di puncak Gunung Batur, pada tebing kawah sekitar pukul 13.00 Wita. Tim SAR membawa peralatan lengkap berupa tali, harness, selop tangan, tiga buah kantong mayat, dan tandu. Kemudian satu orang personel Basarnas turun ke dasar kawah Gunung Batur.

Mereka kemudian mulai mengevakuasi mayat korban dan memasukkan ke kantong jenazah. Mayat korban ditandu dan diikat dengan tali webbing untuk diangkat menuju ke pinggir kawah. Hal itu susah dilakukan karena tempatnya berbatu tajam dan miring. Karena mengalami kesulitan, ia meminta tolong satu orang lagi untuk turun, yakni personel Brimob Polda Bali.

“Kami berempat, memindahkan mayat ini dari tempatnya yang tadi saya pakai kantong mayat ke lokasi tebing itu memakan waktu 45 menit itu. Karena susah sekali. Kalau jalan datar aspal itu paling 5 menit,” jelasnya.

Setelah sampai di tebing kawah, posisi korban diubah lagi menyesuaikan kondisi kawah. Jenazah korban tidak lagi ditandu, namun digulung memakai tali untuk ditarik ke atas.

“Kalau kami pakai tandu langsung kami tarik naik kan nyangkut tandunya itu. Makanya itu kami bikin tamunya kayak jajan dia, kayak buntilan, jajan buntilan atau jajan dodol. Itu dah, kayak dodol itu. Biar naiknya tidak nyangkut,” jelasnya.

Namun ternyata cara itu juga tidak berhasil. Mudi kemudian menyarankan tiga rescuer lainnya lebih dulu naik ke atas, ke lokasi tempat orang-orang yang menarik tali. Saat itu tenaga yang menarik tali di tebing kedua dengan kedalaman 100 meter tersebut sekitar 10 orang. Penarikan kantong jenazah tersebut menggunakan teknik khusus namun tidak juga berhasil.

Mudi lantas memberikan masukan dengan menarik mayat korban dengan sistem tarik tambang dan akhirnya disetujui. Akhirnya mayat korban bisa sampai di ketinggian tebing 100 meter. Setelah itu posisi korban kembali diubah, dibopong lagi hingga sampai di atas kawah. Kegiatan evakuasi ini ia perkirakan selesai pukul 18.00 Wita dan sampai di bawah Gunung Batur pukul 19.30 Wita. Usai evakuasi, Mudi basah kuyup dan menahan rasa lapar. Mudi tiba di rumahnya pukul 23.30 Wita.

“Saya dari pagi belum makan. Belum makan kita. Ya karena kan pada waktu saya di bawah kan sebelum Basarnas datang itu kan ada teman mau membawa nasi turun nih ceritanya. Karena saya lapar di bawah. Baru dia rappelling 1 meter aja itu dia ngak berani. Jadi nyangkut di karung,” jelasnya.

Setelah musibah tersebut, kemudian diadakan upacara pembersihan gunung dan terhadap orang-orang yang berpartisipasi dalam pengambilan mayat itu. Upacara pembersihkan di-puput (Dipimpin) oleh sulinggih (Figur yang dimuliakan).

4. Hanya ingin menolong, itulah jiwa saya!

Kisah Relawan di Bali, Evakuasi Korban di Kawah Sedalam 250 MeterInstagram.com/7summitsbali

Setelah perbincangan melalui sambungan telepon selama 45 menit dengan IDN Times, saat ditanya mengapa Mudi ketika itu nekat sendirian menuruni kawah sedalam 250 meter untuk mencari korban tanpa peralatan yang cukup? Ia mengungkapkan bahwa setiap orang memiliki kelebihan dan kekurangan yang berbeda-beda, termasuk dirinya.

“Saya orangnya jiwanya begitulah. Bukannya untuk mencari nama atau ndak. Memang itulah jiwa saya sebenarnya. Saya punya insting seperti itu. Bahwa saya mesti melakukan sesuatu jika saya bertemu sesuatu saat saya beraktivitas gitu. Tapi tetap mengondisikan tanggung jawab saya,” ungkapnya

Seringkali saat pendakian ia juga membantu orang lain, baik mereka yang pingsan, tersesat, dan mengalami kendala lainnya. Mudi mengaku selama 27 tahun menjadi pemandu naik gunung, pengalaman menuruni kawah hingga 250 meter tersebut merupakan pertama kalinya dan paling berharga.

“Saya ndak mau orang terulang jatuh ke kawah. Kami kan nggak ada program rappelling itu turun kawah. Saya bukan panjat tebing, bukan pemanjat tebing. Saya tidak punya keahlian panjat tebing. Tapi saya punya niat untuk bisa melakukan itu untuk tujuan pencarian, gitu intinya. Tapi tetap yang menjadi patokan saya adalah safety is priority,” ungkapnya.

Topik:

  • Ni Ketut Sudiani

Berita Terkini Lainnya