7 Potret Pedagang Nasi Bungkus di Bali, Pakai Jas Berdasi dan Name Tag

Ia berkali-kali viral di medsos Bali

Badung, IDN Times – Kalau kamu melewati Jalan Teuku Umar Barat di wilayah Kerobokan Kelod Kecamatan Kuta Utara, tepatnya sebelah pom bensin pasti akan menemukan pria berjas, yang memakai sepatu pantofel sedang menunggui dagangan nasi bungkus.

Layaknya CEO sebuah perusahaan, pria ini ternyata menawarkan dagangan berupa nasi bungkus, lauk-pauk, gorengan, minuman sachet, kopi hangat, krupuk dan mi pedas. Nasi bungkus dan lauknya dibanderol Rp5000. Sedangkan kopinya Rp3000 per gelas, dan lainnya serba Rp1000. Murah banget kan?

7 Potret Pedagang Nasi Bungkus di Bali, Pakai Jas Berdasi dan Name TagBarang dagangan yang dijual oleh Sufyan Miftahol Arifin Nur. (IDN Times/Ayu Afria Ulita)

Meski murah meriah harga jualannya, namun pedagang satu ini juga memanjakan pembeli dengan alunan musik dari Vario plat DK 3963 DQ berstiker Bendera Indonesia. Lengkap pula disediakan hand sanitizer dan face shield di rombong dagangannya. Tak ketinggalan sisir kesayangan dan banner bertuliskan "Bintang Jinggo Jaya PMK (Perekonomian Menengah Ke Bawah)."

Belakangan, tampang si penjual yang memiliki nama Sufyan Miftahol Arifin Nur (35) sudah viral wara-wiri di media sosial (Medsos). Beberapa kali pria asal Sumenep, Madura, Jawa Timur ini mengaku sudah diwawancara sebelum IDN Times mengunjunginya. Ada sekitar sembilan orang yang sudah tertarik dengan ceritanya.

Ia mengaku sempat minder awalnya untuk berjualan nasi. Hingga akhirnya ia bertemu Gus Anton asal Madiun, Jawa Timur, yang memberinya kata-kata mutiara dalam Bahasa Jawa.

“Ya minderlah awal jualan, tiga hari. Makanya di belakang tak kasih tulisan mutiara Jawa gitu. "Polah Sak Jroning Pasrah". Ya benar itu. Artinya bukan pasrah nggak bergerak gitu lho. Ya usaha hasilnya terserah yang di atas (Tuhan) gitu aja,” jelasnya, ketika ditemuin IDN Times tak lama ini.

1. Jas yang ia pakai merupakan pakaian ijab kabul almarhum mertuanya

7 Potret Pedagang Nasi Bungkus di Bali, Pakai Jas Berdasi dan Name TagIDN Times/Ayu Afria Ulita

Saat IDN Times menemuinya disela-sela kesibukan melayani pembeli, Sufyan merasa tidak malu untuk tampil beda ketika berjualan nasi. Ia selalu memakai jas seperti pekerja kantoran yang formal. Sudah barang tentu gebrakan penampilannya itu menjadi sorotan. Karena penjual nasi yang umum hanya tampil apa adanya, tidak serapi dia.

Yo nggak (nggak malu). Ngapain mbak. Orang bisnis saya sendiri. Ya cuman pengin tampil beda saja. Ya siapa tahu pembelinya juga orang-orang berdasi, berjas gitu kan. Ya itu aja sebenarnya. Biar kelihatan bersih. Biasanya kalau penjualnya bersih orang jadi greget gitu lho,” ucapnya.

“Siapa tahu saya pakai pakaian ini. DPR (Dewan Perwakilan Rakyat) mampir, atau paspampres. Siapa tahu dilirik Pak Jokowi. Mudah-mudahan. Aamiin,” ucapnya berkelakar.

7 Potret Pedagang Nasi Bungkus di Bali, Pakai Jas Berdasi dan Name TagBarang dagangan yang dijual oleh Sufyan Miftahol Arifin Nur. (IDN Times/Ayu Afria Ulita)

Jas hitam yang ia gunakan merek Buckingham. Biasanya dipadukan dengan kemeja putih dan merah muda, serta dasi bermerek Tamaya. Jas hitam tersebut merupakan baju formal satu-satunya yang ia miliki. Pemberian dari adik mertuanya pada pertengahan April 2020 lalu.

“Jasnya pemberian almarhum (Mertua). Dari jas, baju yang putih tapi (Saat itu pakai kemeja pink), sama dasi. Itu dari mertua. Hari senin biasanya saya pakai (Kemeja putihnya). Ya Senin Selasa saya pakai, kalau nggak bau. Kalau Minggu saja pakaian biasa aja, namun sepatu dan name tag masih,” ujarnya.

Sebelum menerima pemberian dari mertua, Sufyan masih meminjam jas milik temannya. Selang beberapa waktu kemudian, adik mertuanya memberikan setelan jas dan kemeja, lengkap dengan dasi yang juga milik almarhum mertuanya.

“Jas itu dipakai waktu akadnya almarhum mertua itu. Akad nikahnya dulu. Udah (sudah) lama. Cuman nggak dipakai kan. Ya itu karena lihat saya jualan jas, dibawa dah ke rumah oleh adik almarhum. Biar dipakai saya maksudnya,” terangnya.

2. Dulunya ia pengusaha resin aksesoris dengan market Australia

7 Potret Pedagang Nasi Bungkus di Bali, Pakai Jas Berdasi dan Name TagSufyan Miftahol Arifin Nur ketika melayani pembeli. (IDN Times/Ayu Afria Ulita)

Apa pekerjaan Sufyan sebelum menjadi pedagang nasi keliling? Rupanya ia seorang pengusaha resin aksesoris, dan kini tutup karena pandemik COVID-19. Tak main-main, pasarnya sudah sampai ke Negara Australia. Dari usaha aksesoris yang ia geluti selama 3,5 tahun tersebut, saat itu ia mengantongi pendapatan bersih sebesar Rp10 jutaan per bulan.

Namun sejak pandemik, usahanya mengalami kesulitan. Bahkan seluruh orderannya dibatalkan tiba-tiba di hari yang sama.

“Saya dulunya di resin aksesoris. Produk sendiri. Kerajinan di rumah. Karena artshop tutup terus ya mungkin akses keluar masuk susah. Itu dah nganggur. Sampai dua minggu saya nggak kerja,” ceritanya.

Selama dua minggu itu, ia terus memutar otak supaya bisa menghidupi keluarganya. Anak bungsu dari tiga bersaudara ini lalu berkeliling melihat situasi di Kota Denpasar. Muncullah ide untuk berjualan nasi atau masker. Tetapi ia lebih tertarik untuk berjualan nasi karena bisa dalam jangka panjang. Sementara berjualan masker dianggapnya hanya musiman.

Jika kondisinya sudah pulih, jualan nasi dan bisnis resin aksesoris akan dipertahankan. Ia berharap kedua usahanya berjalan lancar. Ia tak berkecil hati meski omsetnya kini hanya puluhan ribu Rupiah saja per hari. Hasil jerih payah berjualan nasi bungkus itu tetap bisa menghidupi keluarganya.

“Ibu mertua dan istri saya (yang masak). Itu kan ada namanya Bintang Nasi Jinggo. Yang ngasih nama bintang itu almarhum (mertua) waktu di Rumah Sakit Sanglah (RSUP Sanglah Denpasar). Dia ngasih nama bintang."

“Panggilnya kan 'Nak Yayan' sama saya. 'Nak Yayan kalau kamu besok kamu punya usaha kasih nama bintang.' Terus saya nanya 'Kenapa harus nama bintang?' gitu kan. Nah itu saya kasih nama, bintang itu di atas. Kedua, bintang itu banyak. Maksud dia (Mertua) biar banyak cabangnya. Gitu lho maksudnya. Makanya semua bisnis saya termasuk resin, pokoknya tak kasih nama bintang semua,” paparnya.

7 Potret Pedagang Nasi Bungkus di Bali, Pakai Jas Berdasi dan Name TagIDN Times/Ayu Afria Ulita

Berdagang nasi bungkus keliling kini menjadi kesibukan utamanya. Ia berangkat pukul 08.00 Wita dari rumahnya di Jalan Gunung Lebah menuju Buana Raya. Selanjutnya ke Jalan Mahendradatta-Buluh Indah-Jalan Gunung Agung-Jalan Kargo-ke basecamp (Jalan Teuku Umar Barat).

“Udah di sini mentoknya. Pukul 10.00 Wita sampai sore 17.30 Wita. Setiap harinya. Ya kadang habis kadang nggak. Ya pokoknya habis nggak habis sebelum magrib pulang,” jelas Sufyan.

Sebelum tempat tersebut jadi basecamp, ia sempat berjualan selama dua minggu di depan Rumah Sakit Permata Hati. Namun karena lokasi itu berdebu dan anginnya kencang, ia pindah ke lokasi yang sekarang.

3. Ia ingin memiliki anak kembar tiga yang akan diberi nama Alif, Lam dan Mim

7 Potret Pedagang Nasi Bungkus di Bali, Pakai Jas Berdasi dan Name TagIDN Times/Ayu Afria Ulita

Pria kelahiran Kepulauan Sapudi, Sumenep, tanggal 1 Agustus 1985 ini adalah seorang anak nelayan. Meski anak nelayan, tetapi ia mengaku tidak bisa memancing ikan dan sering mabuk laut jika naik perahu. Dengan kondisi di kampung halamannya yang minim kesempatan kerja dan lama menganggur, ia memutuskan ikut teman untuk merantau ke Bali sebelum tahun 2006.

“Saya itu di rumah nganggur. Itu dah ikut teman, habis itu ke sini (Bali). Pulang lagi nggak kerasan, ya namanya masih merantau. Pulang- balik-pulang-balik. Ini dah setelah punya istri sudah (Betah di Bali). Paling setahun sekali, dua tahun sekali dah (Pulang kampung). Antara tahun baru sama Idul Fitri. Cuma tahun ini nggak pulang,” katanya.

7 Potret Pedagang Nasi Bungkus di Bali, Pakai Jas Berdasi dan Name TagIDN Times/Ayu Afria Ulita

Ia kenal istri di Bali sejak lima tahun lalu, dan baru tiga tahun ini ia menikahinya. Ia mengaku tetap bahagia menjalani kehidupannya sebagai pedagang nasi. Kini tinggal di Banjar Munang Maning, Kelurahan Pemecutan Klod, Kecamatan Denpasar Barat. Ia berdoa dan berharap Tuhan akan memberikan keluarganya anak kembar tiga.

Triple. Alhamdulillah. Saya penginnya triple, cowok semua. Langsung tak kasih nama Alif, Lam, Mim. Iya benar. Serius. Saya pengin punya anak tiga,” harapnya.

Baca Juga: Tangguh! Lima Warga Bali Ini Tetap Bertahan Meski Bisnis Tersendat

Topik:

  • Irma Yudistirani

Berita Terkini Lainnya