Beban Kerja Perempuan Bali di Kala Hujan, Berlipat Ganda

Perempuan selalu banyak dibebankan oleh tugas domestik

Denpasar, IDN Times - Musim hujan selain memiliki potensi ancaman terhadap bencana alam, juga berdampak kepada beban kerja, serta keselamatan perempuan. Beberapa perempuan pekerja di Kota Denpasar ini lantas berbagi kisahnya kepada IDN Times. Bahwa beban kerjanya di rumah dan luar semakin berlipat ganda. Berikut ini kisah selengkapnya.

Baca Juga: Derita dan Minimnya Perlindungan Pekerja Rumah Tangga Bali

Baca Juga: Renungan Lumbung Padi di Kala Banjir Menyalahkan Curah Hujan

1. Beban untuk membersihkan rumah menjadi bertambah

Beban Kerja Perempuan Bali di Kala Hujan, Berlipat Gandailustrasi cucian dalam keranjang (pexels.com/Joshimer Biñas)

Triwidianti (41) merasa beban kerjanya di rumah semakin bertambah dengan datangnya musim hujan. Ibu sekaligus pekerja swasta ini lebih banyak mengerjakan seluruh pekerjaan domestik secara sendirian seperti membersihkan rumah, hingga mencuci pakaian. Apalagi suaminya bekerja ke luar negeri. Ia harus menjadi ibu siaga untuk mengurus dua orang anaknya, termasuk sang ayah mertua.

Triwidianti mengungkapkan, setiap musim hujan tiba, tidak ada yang memperbaiki atap rumah di saat mengalami kebocoran. Rumah yang ditinggalinya tergenang air bila hujan tiba. Sehingga memerlukan waktu dan tenaga ekstra untuk membersihkan rumah sebelum berangkat bekerja. Kondisi itu pula yang membuat keluarga di rumah kesulitan untuk mengakses sumber air bersih.

"Kendala yang saya hadapi banjir, dan genangan air dapat membuat akses ke sumber daya penting seperti air bersih menjadi sulit," kata perempuan asal Kecamatan Denpasar Baratini , pada Selasa (5/12/2023).

2. Persiapan menuju lokasi kerja menjadi lebih ribet

Beban Kerja Perempuan Bali di Kala Hujan, Berlipat GandaIlustrasi hujan (IDN Times/Sukma Shakti)

Tidak jauh berbeda dengan perempuan ÿang tinggal di Kecamatan Denpasar Timur, Putu Sinta Lestari (29). Musim hujan selalu membatasi dirinya untuk melakukan kegiatan di luar rumah. Persiapan yang diperlukan menjadi lebih banyak agar bisa sampai kantor, tempatnya bekerja. Apalagi menggunakan kendaraan roda dua.

Berangkat kerja harus memakai sandal, celana dilipat, memakai jas hujan agar pakaiannya tidak kotor dan basah. Mungkin itu hal yang biasa, namun sebenarnya meribetkan. Ia harus tiba di kantor dalam keadaan bersih. Badan, pakaian, dan sepatunya harus kering sempurna agar tidak berbau selama di kantor. Jika basah, pasti memakan waktu lama untuk mengeringkannya. Sementara, ia harus bekerja on time di kantor.

Belum lagi beban kerja rumah tangga. Apabila hujan berlangsung lama dan rutin, maka kondisi atap rumah yang ditinggalinya sering mengalami kebocoran. Ia harus menggeser beberapa barang agar terhindar dari tetesan air hujan. Kemudian mengelap lantai yang terkena tetesan air.

"Sementara solusinya hanya mengganti ring penyangga genteng rumah. Hanya saja saya belum cukup punya dana untuk memperbaikinya," jelasnya.

3. Musim hujan berisiko bagi pekerja yang memakai kacamata

Beban Kerja Perempuan Bali di Kala Hujan, Berlipat GandaIlustrasi hujan. (ANTARA FOTO/Nova Wahyudi)

Sedangkan Khania (20) yang tinggal di Kecamatan Denpasar Selatan mengaku cuciannya menjadi lebih banyak di musim hujan. Dari yang biasanya pakaian basah bisa kering dalam satu atau dua hari, sekarang harus menunggu berhari-hari dan menjadi lebih lama. Sehingga menambah beban keuangan untuk menyelesaikannya.

"Jadi bertambah banyak, dan harus mengeluarkan biaya lebih untuk laundry," ungkapnya.

Sebagai perempuan berkacamata, ia harus menghadapi perasaan waswas selama berkendara di jalan raya. Karena pandangannya terhalang kacamata minus yang berembun. Kondisi ini semakin berisiko ketika ia harus menempuh perjalanan jauh untuk urusan pekerjaan.

Tuntutan pekerjaan di luar ruangan juga lebih lama dikerjakan karena situasi ini. Faktor keselamatan dalam perjalanan menjadi pertimbangan tersendiri, karena beberapa jalan yang dilalui berlubang, dan tidak rata.

Ditambah, jika tengah menstruasi semakin membuatnya tidak nyaman. Ia harus menyiapkan beberapa pakaian atau sepatu pengganti untuk dibawa ke tempat kerja.

4. Beban kerja laki-laki tidak terpengaruh musim hujan

Beban Kerja Perempuan Bali di Kala Hujan, Berlipat GandaIlustrasi hujan (ANTARA FOTO/Aloysius Jarot Nugroho)

Sementara itu laki-laki yang tinggal di Kecamatan Denpasar Selatan, Ferry (34), mengaku musim hujan tidak membawa pengaruh besar terhadap beban kerjanya. Karena selain bekerja di lapangan, ia kerap membantu istri untuk menyelesaikannya pekerjaan rumah tangga. Sisa waktunya kemudian digunakan untuk hal lain yang lebih produktif.

"Gak pengaruh sih. Tergantung produktivitasnya kita seperti apa," katanya.

Cerita-cerita mereka memang sederhana dan sepele. Namun gambaran itu memperlihatkan ada stereotip terhadap perempuan, bahwa ruang geraknya hanya di wilayah domestik saja dan menerima beban ganda dalam rumah. Apakah ini bentuk diskriminasi? Silakan berikan pendapatmu di kolom komentar.

Topik:

  • Irma Yudistirani

Berita Terkini Lainnya